Kamis, 20 November 2008
Partai dirikan posko di Mangkubumi
MHD DARWINSYAH PURBA
WASPADA ONLINE
Musibah kebakaran jln Mangkubumi Kelurahan Kampung Aur, Medan, tadi siang dimanfaatkan sejumlah partai politik untuk menggalang simpati masyarakat di lokasi kebakaran. Hingga pukul 23.00 WIB malam, terdapat beberapa posko peduli kebakaran milik sejumlah partai politik peserta Pemilu 2009 .
Berdasarkan pengamatan Waspada Online di lapangan, setidaknya ada lima partai yang telah membuka posko. Lima partai politik tersebut adalah PKS, Demokrat, Hanura, PDIP dan PPP.
Posko-posko tersebut dihiasi spanduk dan bendera partai. Di tenda-tenda posko turut diramaikan kader-kader partai yang siap melayani korban kebakaran, seperti penyediakan makanan, kesehatan dan tempat mengungsi sementara.
“Kami langsung terjun kelokasi saat kebakaran berlangsung. Kami mengharapkan ini bisa membantu penderitaan mereka para korban bencana,” ujar seorang kader partai kepada Waspada Online.
Saat disinggung adanya unsur kampanye terselubung dalam pembentukan posko, mereka mengatakan pembangunan posko ini murni sebagai wujud kepedulian bagi korban kebakaran.
Sementara itu seorang korban musibah kebakaran, Leli (45) mengharapkan kehadiran posko-posko partai tersebut mampu meringankan beban derita mereka. “Kalau cuma untuk cari perhatian karena pemilu sudah dekat, lebih baik mereka pergi saja, kalau memang berniat bantu jangan ada embel-embel lain lah” ujarnya.
Dia sendiri merupakan salah satu korban kebakaran hebat di jln. Mangkubumi. Janda lima anak ini mengaku tidak mampu menyelamatkan barang berharganya karena api sangat cepat merambat. Di tempat tersebut dia menyewa sebuah rumah kecil dengan biaya 110 ribu per bulan. Tambahnya.
Penampungan
Sebagian besar korban kebakaran telah mengambil tempat penampungan di tiga gedung SDN 060902, 060897 dan 067094 yang berdekatan dengan lokasi kebakaran. Sementara yang lainnya, terpaksa menumpang di rumah warga yang selamat dari amukan api.
Dari data yang dikumpulkan Waspada Online dilapangan hingga malam ini. Dalam peristiwa tadi siang itu, 50 warga luka-luka dan kerugian ditaksir miliaran rupiah.
Sedikitnya 300 rumah warga di kawasan Jln Mangkubumi Medan Lingkungan IX Kel. Aur, Kec. Medan Maimun, yang musnah terbakar.
Kapoltabes Medan AKBP Drs Aton Suhartono berada di lokasi kepada Waspada Online mengatakan, pihaknya sudah menurunkan puluhan personel melakukan pengamanan terdiri dari Samapta, Reskrim Poltabes Medan, Polsekta Medan Kota dan Satlantas sekaligus mengantisipasi pencurian.
Menurut Kapoltabes, beberapa orang saksi telah diperiksa termasuk warga untuk mengungkap motif kebakaran ini. Petugas Labfor Polri Cabang Medan dan tim olah TKP Poltabes telah mengumpulkan bukti-bukti di lapangan dan memasang police line.
“Saya prihatin lihat para korban kebakaran,” kata Aton sambil memberikan pertolongan terhadap seorang warga yang menderita penyakit.
WASPADA ONLINE
Musibah kebakaran jln Mangkubumi Kelurahan Kampung Aur, Medan, tadi siang dimanfaatkan sejumlah partai politik untuk menggalang simpati masyarakat di lokasi kebakaran. Hingga pukul 23.00 WIB malam, terdapat beberapa posko peduli kebakaran milik sejumlah partai politik peserta Pemilu 2009 .
Berdasarkan pengamatan Waspada Online di lapangan, setidaknya ada lima partai yang telah membuka posko. Lima partai politik tersebut adalah PKS, Demokrat, Hanura, PDIP dan PPP.
Posko-posko tersebut dihiasi spanduk dan bendera partai. Di tenda-tenda posko turut diramaikan kader-kader partai yang siap melayani korban kebakaran, seperti penyediakan makanan, kesehatan dan tempat mengungsi sementara.
“Kami langsung terjun kelokasi saat kebakaran berlangsung. Kami mengharapkan ini bisa membantu penderitaan mereka para korban bencana,” ujar seorang kader partai kepada Waspada Online.
Saat disinggung adanya unsur kampanye terselubung dalam pembentukan posko, mereka mengatakan pembangunan posko ini murni sebagai wujud kepedulian bagi korban kebakaran.
Sementara itu seorang korban musibah kebakaran, Leli (45) mengharapkan kehadiran posko-posko partai tersebut mampu meringankan beban derita mereka. “Kalau cuma untuk cari perhatian karena pemilu sudah dekat, lebih baik mereka pergi saja, kalau memang berniat bantu jangan ada embel-embel lain lah” ujarnya.
Dia sendiri merupakan salah satu korban kebakaran hebat di jln. Mangkubumi. Janda lima anak ini mengaku tidak mampu menyelamatkan barang berharganya karena api sangat cepat merambat. Di tempat tersebut dia menyewa sebuah rumah kecil dengan biaya 110 ribu per bulan. Tambahnya.
Penampungan
Sebagian besar korban kebakaran telah mengambil tempat penampungan di tiga gedung SDN 060902, 060897 dan 067094 yang berdekatan dengan lokasi kebakaran. Sementara yang lainnya, terpaksa menumpang di rumah warga yang selamat dari amukan api.
Dari data yang dikumpulkan Waspada Online dilapangan hingga malam ini. Dalam peristiwa tadi siang itu, 50 warga luka-luka dan kerugian ditaksir miliaran rupiah.
Sedikitnya 300 rumah warga di kawasan Jln Mangkubumi Medan Lingkungan IX Kel. Aur, Kec. Medan Maimun, yang musnah terbakar.
Kapoltabes Medan AKBP Drs Aton Suhartono berada di lokasi kepada Waspada Online mengatakan, pihaknya sudah menurunkan puluhan personel melakukan pengamanan terdiri dari Samapta, Reskrim Poltabes Medan, Polsekta Medan Kota dan Satlantas sekaligus mengantisipasi pencurian.
Menurut Kapoltabes, beberapa orang saksi telah diperiksa termasuk warga untuk mengungkap motif kebakaran ini. Petugas Labfor Polri Cabang Medan dan tim olah TKP Poltabes telah mengumpulkan bukti-bukti di lapangan dan memasang police line.
“Saya prihatin lihat para korban kebakaran,” kata Aton sambil memberikan pertolongan terhadap seorang warga yang menderita penyakit.
Kebakaran Mangkubumi: Segera Memberi Bantuan!
M DARWINSYAH PURBA
WASPADA ONLINE
MEDAN - Sejumlah warga korban kebakaran di jln Mangkubumi Kelurahan Kampung Aur Kamis (20/11) tadi sore yang ditemui Waspada Online, berharap pemerintah kota secepatnya memberikan bantuan berupa bahan-bahan bangunan guna mendirikan kembali rumah warga yang hangus terbakar untuk sementara.
“Kami berharap Pemko Medan segera tanggap sebab, seluruh rumah kami dan tetangga juga hangus terbakar, kami tidak tahu harus mengungsi kemana,” ucap Wasigi (57) warga lingkungan IX Kelurahan Kampung Aur Medan Maimun.
Namun harapan Wasigi tampaknya masih jauh panggang dari api. Sebabnya, pengamatan Waspada Online, Pemko Medan hingga pukul 15.30 WIB api sudah dapat di padamkan belum menentukan di mana letak dapur umum maupun lokasi pengungsian bagi warga.
Saat dikonfirmasi kepada Lurah Kampung Aur, Puji Latuperissa mengaku pihaknya sedang sibuk menyelamatkan rumah yang berpotensi terkena jalaran api, serta warga yang terluka.
“Tapi kami akan ungsikan sebagian warga ke kantor lurah dan SD Mangkubumi, pihak Pemko Medan,” katanya.
Budi Syahputra (35), yang rumahnya hangus terbakar, sempat histeris lalu menunjuk-nunjuk wajah Lurah Kampung Aur itu sambil menagih janji Pemko Medan dan Pemprovsu tentang pemadaman arus listrik.
“Mana janji kalian Pemko Medan dan Pemprovsu, katanya tidak ada lagi pemadaman lampu semenit pun. Gara-gara kalian matikan lampu dari pagi tadi, kebakaran ini menimpa kami,” teriaknya.
Lurah berpenampilan menarik itu hanya bisa menatap wajah warga yang sedang histeris karena tertimpa musibah kebakaran itu dengan tatapan iba dan saya. Insiden tersebut tak berlangsung lama karena sejumlah warga mencoba menenangkan Budi agar tak menghabiskan tenaga untuk menyalahkan orang lain di musibah tersebut.
WASPADA ONLINE

“Kami berharap Pemko Medan segera tanggap sebab, seluruh rumah kami dan tetangga juga hangus terbakar, kami tidak tahu harus mengungsi kemana,” ucap Wasigi (57) warga lingkungan IX Kelurahan Kampung Aur Medan Maimun.
Namun harapan Wasigi tampaknya masih jauh panggang dari api. Sebabnya, pengamatan Waspada Online, Pemko Medan hingga pukul 15.30 WIB api sudah dapat di padamkan belum menentukan di mana letak dapur umum maupun lokasi pengungsian bagi warga.
Saat dikonfirmasi kepada Lurah Kampung Aur, Puji Latuperissa mengaku pihaknya sedang sibuk menyelamatkan rumah yang berpotensi terkena jalaran api, serta warga yang terluka.
“Tapi kami akan ungsikan sebagian warga ke kantor lurah dan SD Mangkubumi, pihak Pemko Medan,” katanya.
Budi Syahputra (35), yang rumahnya hangus terbakar, sempat histeris lalu menunjuk-nunjuk wajah Lurah Kampung Aur itu sambil menagih janji Pemko Medan dan Pemprovsu tentang pemadaman arus listrik.
“Mana janji kalian Pemko Medan dan Pemprovsu, katanya tidak ada lagi pemadaman lampu semenit pun. Gara-gara kalian matikan lampu dari pagi tadi, kebakaran ini menimpa kami,” teriaknya.
Lurah berpenampilan menarik itu hanya bisa menatap wajah warga yang sedang histeris karena tertimpa musibah kebakaran itu dengan tatapan iba dan saya. Insiden tersebut tak berlangsung lama karena sejumlah warga mencoba menenangkan Budi agar tak menghabiskan tenaga untuk menyalahkan orang lain di musibah tersebut.
Kebakaran Mangkubumi: Ada Unsur Sengaja
Kebakaran yang ke-3
MHD DARWINSYAH PURBA
WASPADA ONLINE
MEDAN - Warga lingkungan IX Kelurahan Kampung Aur yang terletak di Jln Mangkubumi Medan, yang menjadi korban kebakaran, Kamis (20/11) menduga musibah kebakaran tersebut disengaja oleh pihak-pihak yang berkepentingan terhadap pembebasan lahan di lingkungan tersebut.
"Sepertinya anda sudah tahu tengang masalah sengketa tanah di sini, yang hingga saat ini belum ada kepastian dari keduabelah pihak" Tegas Rawi (35) seorang warga kampung aur korban kebakaran tersebut ketus pada Waspada Online.
Menurutnya kecurigaan tersebut didasari adanya pemutusan arus listrik sejak pagi. Ditambah lagi, Musibah kebakaran yang menimpa kampungnya itu berlangsung untuk kedua kalinya pada tahun 2005 lalu.
"Sekitar bulan Agustus tahun lalu, kampung kami juga hampir terbakar, namun cepat diketahui dan tak sempat menjalar," ungkapnya.
Terkait masalah ini, menurut Kepling lingkungan IX, Bambang Supetno membenarkan kejadian tersebut, kejadian sama pernah terjadi pada tahun 1979 dan 2005 dan namun hingga kini tidak dapat diketahui, padahal kejadian tersebut sudah ditangani oleh pihak kepolisian.
Menurut Camat Medan Maimun, Arfan Harahap, penyebab kebakaran belum dapat diketahui, hal ini adalah sebuah musibah, namum sekarang yang terpenting bagaimana menangani korban dulu biar pihak polisi yang menyelidiki masalah ini.
Pernyataan warga yang menjadi korban tersebut kemungkinn ada benarnya, pasalnya tepat disamping lokasi kebakaran adalah lahan kosong yang sedang bersengketa di bawah advokasi Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Medan.
"Kami sebenarnya tak masalah harus keluar dari tanah ini, akan tetapi ganti ruginya, damai-damailah, jangan ngotot maunya pengembang kota aja," ucap Wasigi (57) salah seorang warga yang rumahnya hangus terbakar.
Sementara itu Kapoltabes Medan, Kombes Aton Suhartono yang dimintai komentarnya oleh wartawan di lokasi musibah, terkait kecurigaan warga tersebut menolak untuk berkomentar soal kecurigaan. "Kita tidak boleh menduga-duga, kami masih mencari data dan fakta sumber api," ucapnya singkat.
Teks/credit foto: Kebakaran yang terjadi sore tadi di Kelurahan Aur, Kecamatan Medan Maimun lingkungan IX, tidak hanya menimbulkan kerugian harta benda bagi penduduk setempat.[Waspada Online/fajar]
MHD DARWINSYAH PURBA
WASPADA ONLINE

"Sepertinya anda sudah tahu tengang masalah sengketa tanah di sini, yang hingga saat ini belum ada kepastian dari keduabelah pihak" Tegas Rawi (35) seorang warga kampung aur korban kebakaran tersebut ketus pada Waspada Online.
Menurutnya kecurigaan tersebut didasari adanya pemutusan arus listrik sejak pagi. Ditambah lagi, Musibah kebakaran yang menimpa kampungnya itu berlangsung untuk kedua kalinya pada tahun 2005 lalu.
"Sekitar bulan Agustus tahun lalu, kampung kami juga hampir terbakar, namun cepat diketahui dan tak sempat menjalar," ungkapnya.
Terkait masalah ini, menurut Kepling lingkungan IX, Bambang Supetno membenarkan kejadian tersebut, kejadian sama pernah terjadi pada tahun 1979 dan 2005 dan namun hingga kini tidak dapat diketahui, padahal kejadian tersebut sudah ditangani oleh pihak kepolisian.
Menurut Camat Medan Maimun, Arfan Harahap, penyebab kebakaran belum dapat diketahui, hal ini adalah sebuah musibah, namum sekarang yang terpenting bagaimana menangani korban dulu biar pihak polisi yang menyelidiki masalah ini.
Pernyataan warga yang menjadi korban tersebut kemungkinn ada benarnya, pasalnya tepat disamping lokasi kebakaran adalah lahan kosong yang sedang bersengketa di bawah advokasi Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Medan.
"Kami sebenarnya tak masalah harus keluar dari tanah ini, akan tetapi ganti ruginya, damai-damailah, jangan ngotot maunya pengembang kota aja," ucap Wasigi (57) salah seorang warga yang rumahnya hangus terbakar.
Sementara itu Kapoltabes Medan, Kombes Aton Suhartono yang dimintai komentarnya oleh wartawan di lokasi musibah, terkait kecurigaan warga tersebut menolak untuk berkomentar soal kecurigaan. "Kita tidak boleh menduga-duga, kami masih mencari data dan fakta sumber api," ucapnya singkat.
Teks/credit foto: Kebakaran yang terjadi sore tadi di Kelurahan Aur, Kecamatan Medan Maimun lingkungan IX, tidak hanya menimbulkan kerugian harta benda bagi penduduk setempat.[Waspada Online/fajar]
Kebakaran Mangkubumi: Mobil DP2K di rusak warga
MHD DARWINSYAH PURBA
WASPADA ONLINE
MEDAN - Kebakaran yang terjadi sore tadi di Kelurahan Aur, Kecamatan Medan Maimun lingkungan IX, tidak hanya menimbulkan kerugian harta benda bagi penduduk setempat.
2 unit mobil pemadam kebakaran milik Pemko Medan yang diterjunkan ke lokasi kebakaran di rusak warga. Akibatnya kaca depan mobil pemadam tersebut hancur berantakan. yang mengakibatkatkan api semakin membesar dan mengakibatkan seorang petugas pemadam kebakaran, Toni Hutagalung terluka parah.
Toni Hutagalung yang sedang bertugas memadamkan api mengalami patah tulang kaki akibat tertimpa besi alat pemadam api. Toni langsung dilarikan ke rumah sakit dengan ambulans oleh petugas.
Warga kesal dengan petugas pemadam yang dinilai sangat lamban sehingga kebakaran cepat meluas. Di Jln Mangkubumi sendiri hanya terdapat tiga unit mobil pemadam kebakaran saat api telah membesar. Mobil yang dirusak tersebut langsung meninggalkan lokasi kebarakaran.Tidak lama berselang dua mobil lainnya juga meninggalkan lokasi.
Sekitar 15 menit, tidak ada satupun mobil pemadam kebakaran di lokasi Jln Mangkubumi. Warga berusaha memblokir api dengan merusak sejumlah rumah yang masih berkontruksi kayu namun tidak membuahkan hasil, api tetap saja menjalar.
Menurut DP2K, Redward W. Balura, hal tersebut wajar terjadi karena korban merasa panik, kami sudah berusaha semaksimal mungkin untuk memadamkan api, katanya
Hingga saat ini menurut pantauan tim Waspada Online dilapangan api dapat dijinakkan sekira pukul 17.30 sore tadi, korban jiwa tidak ada namun kerugian materi mencapai ratusan juta.
WASPADA ONLINE
2 unit mobil pemadam kebakaran milik Pemko Medan yang diterjunkan ke lokasi kebakaran di rusak warga. Akibatnya kaca depan mobil pemadam tersebut hancur berantakan. yang mengakibatkatkan api semakin membesar dan mengakibatkan seorang petugas pemadam kebakaran, Toni Hutagalung terluka parah.
Toni Hutagalung yang sedang bertugas memadamkan api mengalami patah tulang kaki akibat tertimpa besi alat pemadam api. Toni langsung dilarikan ke rumah sakit dengan ambulans oleh petugas.
Warga kesal dengan petugas pemadam yang dinilai sangat lamban sehingga kebakaran cepat meluas. Di Jln Mangkubumi sendiri hanya terdapat tiga unit mobil pemadam kebakaran saat api telah membesar. Mobil yang dirusak tersebut langsung meninggalkan lokasi kebarakaran.Tidak lama berselang dua mobil lainnya juga meninggalkan lokasi.
Sekitar 15 menit, tidak ada satupun mobil pemadam kebakaran di lokasi Jln Mangkubumi. Warga berusaha memblokir api dengan merusak sejumlah rumah yang masih berkontruksi kayu namun tidak membuahkan hasil, api tetap saja menjalar.
Menurut DP2K, Redward W. Balura, hal tersebut wajar terjadi karena korban merasa panik, kami sudah berusaha semaksimal mungkin untuk memadamkan api, katanya
Hingga saat ini menurut pantauan tim Waspada Online dilapangan api dapat dijinakkan sekira pukul 17.30 sore tadi, korban jiwa tidak ada namun kerugian materi mencapai ratusan juta.
Rabu, 19 November 2008
Cerpen Pujangga
Bujang Lapokh Sejati
Oleh Mhd Darwinsyah Purba
Bersih dan bersinar. Tubuhnya yang masih berbalutkan tubuh perempuan usia belasan tahun, layaknya seperti beras punel pulen. Tentu saja sebagian orang tak kan mengira dia sudah berumur kepala empat. Parto, seperti yang ditanya banyak orang kepadanya, selalu ia menjawab belum ada perempuan yang benar-benar Tuhan jodohkan buatku. tungu aja tanggal mainnya??
Singkat namun menggetarkan hati jawaban itu. Dan, akhirnya menjadi maklum, biasanya tersirat dari si penanya tadi. Memang, begitu menyebut nama Parto, nama itu yang akan mengusik dan dieluk-elukan di Kampung Bandar Slamet Ujung. Kemudian, setiap bibir perempuan itu untuk digunakan selalu mengulum liur, jika mengingat Parto. Memendam kepekatan kata-kata di dada, bagaimanapun keseganan untuk mengusik status Parto yang masih lajang diusia 39 tahun. Rasa eman, hormat, menggumpal bagi setiap perempuan, jika melihat Parto. Dia ibarat manusia setengah dewa. Yakin terhadap pilihan hidupnya.
Bayangan Parto, mungkin gambaran seorang Robin Hood . Segala kebaikan sifat dan behaviour-nya ada pada Ariel . Siapa perempuan yang akan bisa tahan, berhadapan dengan bidadari itu. Termasuk aku mungkin ndak akan tahan.
Aku hampir menangis jika selalu mengingat dan mengenang riwayat percintaannya. Mungkin hanya aku tahu seorang yang bias tahu isi hati Parto. Karena mungkin pula di sana aku juga terlibat. Pada akhirnya aku hampir tak berdaya serta tak kuasa untuk bisa menolongnya.
Sudah cukuplah aku anggap kamu menolong aku, sedemikian besar meskipun hanya mendengar ceritaku yang terasa menyesakan dada ini, begitu selalu kata Parto, setiap kali ku telphon dia.
Aku mengenal Parto, sejak duduk di bangku SMA. Sebuah SMA Negeri favorit di kampung kami. Dan, 21 tahun sudah aku mengenalnya. Parto tak berubah. Tetap menjadi primadona. Incaran perempuan-perempuan desa.
Aku tahu keluarganya merupakan keluarga demokratis. Kawin campur beda agama. Ayah-ibunya, kakak perempuannya, adiknya laki-laki .. Parto, pun saat itu juga mungkin akan mengalami hal serupa, jika jadi menikah dengan aku. Dan kini, adiknya juga demikian. Ibunya pergi meninggalkan keluarga, ke negeri jiran tetangga. Parto,
Yang aku tahu saat kali pertama, berkenalan, kakaknya sudah memilih menetap di kapung lain. Tidak tahan dengan kekangan Bapaknya .. katanya.
Mamankya pun demikian, kali. Hanya tiga kali aku melihat mamanya. Pertama saat mengajak Parto kencan. Kedua, membantu membersihkan halaman dari daun-daunan kerung serta ranting-ranting patah yang berhamburan. Ketiga, Saat liburan panjang, mamaknya pulang ke Surabaya. Kesanku, sungguh aku dalam sebuah pertemuan dengan seorang ibu.
Dialah yan merubah hidupku. Hidupku sejak itu menjadi berwarna. Aku benar-benar merasakan pengaruhnya begitu dahsyat dalam penentuan pilihan jalan hidupku. Memag sebuah cita-cita yang akan diraih selalu didorong oleh cinta ataupun amarah. Tapi Parto begitu tabah ..
Aku ingin jadi biarawati aku setengah gila setelah mendengar Parto mengatakan demikian. Wanita yang kupuja, ternyata menentukan pilihannya di saat usia belia. Bukan aku tak tahu, pilihan biarawati mengharuskan dia harus tidak boleh menikah hingga hayat menjemput.
Namun, biarlah ... itu tetap jadi pilihan hidupnya. Aku sendiri, asik dengan kehidupanku. Parto pun memang sepatutnya tak membawaku ke dalam kehidupannya. Banyak perempuan yang mendekat ... Dari mulai Asnay, Ahduy dan terakhir Sanimen. Semuanya kandas.
perempuan yang dipilihnya, selalu unik. Pernah dia mengungkap, apakah seorang aktor, layak untuk mendampinginya. Kepadaku, dia berkata seakan, Ahduy pilihannya telah menyakitinya. "Semua perempuan memainkan drama. Munafik," katanya.
perempuan pemain band, juga pernah hinggap dalam kehidupannya. Namun, memang segalanya tak cocok. Tentu saja, seperti problema klasik lainnya, perbedaan agama.
Sanimen, mungkin aku kira dia yang terlama dalam kehidupan Parto. Sejak bangku SMA dia mengincarnya. Namun cukup posesif memang Sanimen ini. Urakan dan semau gue. "Paranoid, kataku," begitu Parto berkata, kemarin.
Akibatnya, sungguh diluar dugaan. Parto memutuskan hubungan Sanimen. Sanimen marah berat. "Sanimen mengancam akan menculik adikku dan membunuhku," ujarnya.
Setiap kali, itu terjadi. Parto tak mampu menepisnya. Tiada bukti. Maka diputuskannyalah ia, ayah dan kedua adiknya pindah dari Surabaya ke kota Bandung.
Parto sejenak melupakannya. Dia lulus dari Fakultas Sastra sebuah universitas negeri di tanah Jawa. Kelar, dia melamar bekerja di Malaysia. Sungguh, ternyata, suasana laut membuat hatinya tentram. "Gajinya banyak..." ucapmu. Dan bisa bepergian secara gratis.
Sebagai karyawan di sebuah perusahaan traveling di Singapura, agaknya membuat semangat hidup Parto kembali terbuka. Dua tahun ditekuninya, dan Parto bisa mengembangkan bakatnya. "Aku sempat juara pertama untk kategori penyanyi band di atas kapal pesiar, " katamu bangga.
Menyanyi, membuatmu seakan melangkah di atas awan. Aku dulu pernah membawamu ke dalam dunia band. Band kampus, meski kamu bukan penyanyi utama. Tapi kebahagiaan di wajahmu membuat dunia ini seakan cerah.
"Agaknya, cara pendang orang Singapura terhadap profesi selalu begitu bisa mengungkap sisi kehidupan manusia yang diletakan pada porsinya," kata Parto.
cerita Parto begitu berkesan. Dia mempunyai teman seorang bule perempuan. Menghormati dan rasa respek terhadap dirinya, sungguh pujian yang begitu berharga baginya. Bule itu penumpang kapal dan Parto seorang waitres. "Aku pelayan, tapi, bule itu tidak canggung," katamu. Maka seperti kisah film Love Boat, arti sebuah persahabatan terjadi. Parto menceritakan dengan antusiasisme seorang gadis yang masih polos. Tapi aku kini kembali berpijak pada duniaku kembali.
"Aku menerima kartu pos-mu setiap kali sebelum sampai ke tanganku, selalu dibaca teman-temanku. Katanya basi,.. abis kamu pakai bahasa Indonesia sih ??" ujarmu tentang kartu pos yang selalu aku kirim setiap kali. Tentu saja dengan kata-kata pujaan sejak dulu terhadap sikap dan sifatnya serta perjuangan hidupnya. Parto bertambah matang.
Tapi, kebohongan ternyata mulai masuk dalam relung jiwanya. Parto berani membohongiku. Dia mengatakan menikah dengan seorang temannya. Bertaut muda usianya. Namun, dia suka. Dan dikatakannya ia telah menikah.
"Aku bohong kepadamu. Sebenarnya aku masih sendiri. Aku banyak yang mencintai tapi tidak ada yang berkesan di hati. Semuanya menunggu suara dari Tuhan," ucapmu.
Mungkin .. ini balasan. Aku pernah membuatmu kecut ... mungkin. Mungkin, sekali lagi. Tapi, tidak. Aku dan kamu yang hanya tahu ketidakseriusan ini. Maafkanlah aku Parto.
Kau pun meminta tolong untuk dicarikan kerja. Namun, aku sekali lagi tak pernah bisa mengabulkannya. Aku merasa berdosa lagi. Dari dulu ....
ceritamu menyadarkan aku. Kamu gigih dan feminin, peka sebagai seorang perempuan. Dan itu pula, yang membuatmu bertahan sebagai seorang Bujang lapokh sejati.
Oleh Mhd Darwinsyah Purba

Singkat namun menggetarkan hati jawaban itu. Dan, akhirnya menjadi maklum, biasanya tersirat dari si penanya tadi. Memang, begitu menyebut nama Parto, nama itu yang akan mengusik dan dieluk-elukan di Kampung Bandar Slamet Ujung. Kemudian, setiap bibir perempuan itu untuk digunakan selalu mengulum liur, jika mengingat Parto. Memendam kepekatan kata-kata di dada, bagaimanapun keseganan untuk mengusik status Parto yang masih lajang diusia 39 tahun. Rasa eman, hormat, menggumpal bagi setiap perempuan, jika melihat Parto. Dia ibarat manusia setengah dewa. Yakin terhadap pilihan hidupnya.
Bayangan Parto, mungkin gambaran seorang Robin Hood . Segala kebaikan sifat dan behaviour-nya ada pada Ariel . Siapa perempuan yang akan bisa tahan, berhadapan dengan bidadari itu. Termasuk aku mungkin ndak akan tahan.
Aku hampir menangis jika selalu mengingat dan mengenang riwayat percintaannya. Mungkin hanya aku tahu seorang yang bias tahu isi hati Parto. Karena mungkin pula di sana aku juga terlibat. Pada akhirnya aku hampir tak berdaya serta tak kuasa untuk bisa menolongnya.
Sudah cukuplah aku anggap kamu menolong aku, sedemikian besar meskipun hanya mendengar ceritaku yang terasa menyesakan dada ini, begitu selalu kata Parto, setiap kali ku telphon dia.
Aku mengenal Parto, sejak duduk di bangku SMA. Sebuah SMA Negeri favorit di kampung kami. Dan, 21 tahun sudah aku mengenalnya. Parto tak berubah. Tetap menjadi primadona. Incaran perempuan-perempuan desa.
Aku tahu keluarganya merupakan keluarga demokratis. Kawin campur beda agama. Ayah-ibunya, kakak perempuannya, adiknya laki-laki .. Parto, pun saat itu juga mungkin akan mengalami hal serupa, jika jadi menikah dengan aku. Dan kini, adiknya juga demikian. Ibunya pergi meninggalkan keluarga, ke negeri jiran tetangga. Parto,
Yang aku tahu saat kali pertama, berkenalan, kakaknya sudah memilih menetap di kapung lain. Tidak tahan dengan kekangan Bapaknya .. katanya.
Mamankya pun demikian, kali. Hanya tiga kali aku melihat mamanya. Pertama saat mengajak Parto kencan. Kedua, membantu membersihkan halaman dari daun-daunan kerung serta ranting-ranting patah yang berhamburan. Ketiga, Saat liburan panjang, mamaknya pulang ke Surabaya. Kesanku, sungguh aku dalam sebuah pertemuan dengan seorang ibu.
Dialah yan merubah hidupku. Hidupku sejak itu menjadi berwarna. Aku benar-benar merasakan pengaruhnya begitu dahsyat dalam penentuan pilihan jalan hidupku. Memag sebuah cita-cita yang akan diraih selalu didorong oleh cinta ataupun amarah. Tapi Parto begitu tabah ..
Aku ingin jadi biarawati aku setengah gila setelah mendengar Parto mengatakan demikian. Wanita yang kupuja, ternyata menentukan pilihannya di saat usia belia. Bukan aku tak tahu, pilihan biarawati mengharuskan dia harus tidak boleh menikah hingga hayat menjemput.
Namun, biarlah ... itu tetap jadi pilihan hidupnya. Aku sendiri, asik dengan kehidupanku. Parto pun memang sepatutnya tak membawaku ke dalam kehidupannya. Banyak perempuan yang mendekat ... Dari mulai Asnay, Ahduy dan terakhir Sanimen. Semuanya kandas.
perempuan yang dipilihnya, selalu unik. Pernah dia mengungkap, apakah seorang aktor, layak untuk mendampinginya. Kepadaku, dia berkata seakan, Ahduy pilihannya telah menyakitinya. "Semua perempuan memainkan drama. Munafik," katanya.
perempuan pemain band, juga pernah hinggap dalam kehidupannya. Namun, memang segalanya tak cocok. Tentu saja, seperti problema klasik lainnya, perbedaan agama.
Sanimen, mungkin aku kira dia yang terlama dalam kehidupan Parto. Sejak bangku SMA dia mengincarnya. Namun cukup posesif memang Sanimen ini. Urakan dan semau gue. "Paranoid, kataku," begitu Parto berkata, kemarin.
Akibatnya, sungguh diluar dugaan. Parto memutuskan hubungan Sanimen. Sanimen marah berat. "Sanimen mengancam akan menculik adikku dan membunuhku," ujarnya.
Setiap kali, itu terjadi. Parto tak mampu menepisnya. Tiada bukti. Maka diputuskannyalah ia, ayah dan kedua adiknya pindah dari Surabaya ke kota Bandung.
Parto sejenak melupakannya. Dia lulus dari Fakultas Sastra sebuah universitas negeri di tanah Jawa. Kelar, dia melamar bekerja di Malaysia. Sungguh, ternyata, suasana laut membuat hatinya tentram. "Gajinya banyak..." ucapmu. Dan bisa bepergian secara gratis.
Sebagai karyawan di sebuah perusahaan traveling di Singapura, agaknya membuat semangat hidup Parto kembali terbuka. Dua tahun ditekuninya, dan Parto bisa mengembangkan bakatnya. "Aku sempat juara pertama untk kategori penyanyi band di atas kapal pesiar, " katamu bangga.
Menyanyi, membuatmu seakan melangkah di atas awan. Aku dulu pernah membawamu ke dalam dunia band. Band kampus, meski kamu bukan penyanyi utama. Tapi kebahagiaan di wajahmu membuat dunia ini seakan cerah.
"Agaknya, cara pendang orang Singapura terhadap profesi selalu begitu bisa mengungkap sisi kehidupan manusia yang diletakan pada porsinya," kata Parto.
cerita Parto begitu berkesan. Dia mempunyai teman seorang bule perempuan. Menghormati dan rasa respek terhadap dirinya, sungguh pujian yang begitu berharga baginya. Bule itu penumpang kapal dan Parto seorang waitres. "Aku pelayan, tapi, bule itu tidak canggung," katamu. Maka seperti kisah film Love Boat, arti sebuah persahabatan terjadi. Parto menceritakan dengan antusiasisme seorang gadis yang masih polos. Tapi aku kini kembali berpijak pada duniaku kembali.
"Aku menerima kartu pos-mu setiap kali sebelum sampai ke tanganku, selalu dibaca teman-temanku. Katanya basi,.. abis kamu pakai bahasa Indonesia sih ??" ujarmu tentang kartu pos yang selalu aku kirim setiap kali. Tentu saja dengan kata-kata pujaan sejak dulu terhadap sikap dan sifatnya serta perjuangan hidupnya. Parto bertambah matang.
Tapi, kebohongan ternyata mulai masuk dalam relung jiwanya. Parto berani membohongiku. Dia mengatakan menikah dengan seorang temannya. Bertaut muda usianya. Namun, dia suka. Dan dikatakannya ia telah menikah.
"Aku bohong kepadamu. Sebenarnya aku masih sendiri. Aku banyak yang mencintai tapi tidak ada yang berkesan di hati. Semuanya menunggu suara dari Tuhan," ucapmu.
Mungkin .. ini balasan. Aku pernah membuatmu kecut ... mungkin. Mungkin, sekali lagi. Tapi, tidak. Aku dan kamu yang hanya tahu ketidakseriusan ini. Maafkanlah aku Parto.
Kau pun meminta tolong untuk dicarikan kerja. Namun, aku sekali lagi tak pernah bisa mengabulkannya. Aku merasa berdosa lagi. Dari dulu ....
ceritamu menyadarkan aku. Kamu gigih dan feminin, peka sebagai seorang perempuan. Dan itu pula, yang membuatmu bertahan sebagai seorang Bujang lapokh sejati.
Batak dan Budaya Malu
MHD DARWINSYAH PURBA
Ada yang bertanya: Apakah Batak memilki budaya malu? Sampai sejauh mana budaya malu itu? Jika mayoritas Batak adalah Kristen, bagaimana pastoralnya?
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, saya rasa kita harus membedakan dulu antara konsep “budaya malu” dan konsep “malu”. Budaya malu itu adalah sebuah konsep baru dalam bahasa Indonesia. Ia dikembangkan pada masa pemerintahan seorang Raja Jawa bernama Suharto, yang memerintah Indonesia dari 1965–1988. Boleh jadi konsep ini memang berasal dari budaya feodal Jawa.
Untuk mengeliminir praktek-praktek korupsi di kalangan pejabat dan rakyatnya Suharto memperkenalkan budaya malu sebagai “self-controlled”. Sebenarnya banyak budayawan (antara lain Mochtar Lubis–orang Batak) yang menentang konsep budaya malu ini. Konsep ini tidak memiliki dasar moral yang kokoh. Seseorang diajar untuk tidak korupsi, bukan dikarenakan korupsi itu adalah sesuatu yang bertentangan dengan perintah Tuhan atau suara hati nurani, tapi karena korupsi adalah suatu hal yang ditertawakan oleh orang banyak. Korupsi boleh dilakukan asal jangan ketahuan, karena akan memalukan.
Implikasi lebih jauh dari konsep ini ialah, orang tetap korupsi tapi berusaha untuk menutup-nutupi perbuatannya. Sementara itu, karena orang yang melakukan korupsi semakin banyak saja, dan semua saling tutup-menutupi, maka pemahaman bahwa korupsi adalah sebuah perbuatan yang memalukan, pun semakin pudar. Korupsi menjadi hal yang biasa-biasa saja dan tidak memalukan lagi. Puncaknya adalah apa yang terjadi dalam minggu-minggu terakhir ini: Suharto yang mempopulerkan konsep budaya malu itu hanya senyum-senyum saja ketika oleh sebuah badan PBB ia “dinobatkan” sebagai kepala negara yang mencuri uang paling banyak. (Dan oleh Mahkamah Agung RI, nama baiknya oleh majalah Times juga telah “dicemarkan” sebagai koruptor besar-dipulihkan dengan ganti-rugi sebesar 1,5 triliun rupiah!).
Sebagai akibat persentuhan dengan budaya feodal Jawa itu, maka tidak dapat dipungkiri bahwa kini banyak juga orang Batak yang menganut konsep budaya malu, atau konsep mendasarkan tindakan lebih pada pertimbangan apakah nantinya dia akan dihina atau ditertawakan orang. Dan ukuran akan hal-hal apa saja yang akan dihina atau ditertawakan
orang itu pun menjadi sama dengan yang dipahami oleh budaya feodal Jawa, dan yang secara perlahan-lahan berkembang menjadi budaya Indonesia.
Malu itu adalah kesepakatan. Dengan lain perkataan, hal-hal apa saja yang akan dihina atau ditertawakan oleh orang banyak, berbeda-beda dari satu masyarakat ke masyarakat yang lain. Bahkan di suatu masyarakat yang sama pun, disebabkan oleh perbedaan jaman, hal-hal apa saja yang dihina atau ditertawakan oleh orang banyak bisa berubah.
Bagi beberapa sub-etnis Papua, berseliweran kesana-kemari hanya dengan memakai koteka sebagai penutup penis tentu bukalah hal yang memalukan. Tapi bagi orang-orang Jawa yang tinggal di keraton hal yang demikian tentu sesuatu yang sangat memalukan. Bagi orang Batak menandaskan teh atau juadah yang dihidangkan oleh tuan rumah bukanlah hal yang memalukan. (Itu justeru merupakan penghormatan). Tapi bagi orang Jawa atau Sunda hal itu tentu adalah sesuatu yang memalukan.
Dahulu bagi orang Batak melacur adalah sesuatu hal yang memalukan. Tapi kini sudah banyak pelacur yang berasal dari etnis Batak.Dahulu bagi orang Batak menyemayamkan jenazah orang tua di rumah duka adalah sesuatu yang memalukan. Tapi kini disebabkan oleh situasi dan kondisi hidup di kota besar, hal itu bukanlah sesuatu yang memalukan lagi.
Sebagaimana halnya masyarakat dan budaya lain yang ada di muka bumi ini, maka orang Batak juga tentu mengenal konsep malu (maila). Tapi budaya malu, sebagaimana yang telah diterangkan di atas, bukanlah konsep Batak in the first place.
Pada dasarnya orang Batak memiliki karakter yang suka berterus-terang dan apa adanya. Agak aneh juga kalau orang yang memiliki karakter seperti ini mendasarkan suatu tindakan lebih banyak atas penilaian orang lain (dihina atau ditertawakan) . Pada orang yang memiliki karakter berterus terang dan apa adanya, suatu tindakan seyogianyalah lebih didasarkan kepada apakah hal itu menyenangkan hati sendiri, atau apakah hal itu sejalan dengan pertimbangan moral yang dimiliki. Tapi sebagaimana yang telah diterangkan di atas, budaya Batak pun telah terkontaminasi dengan budaya malu.
Orang Batak perlu kembali ke akar budaya dan imannya. Orang Batak perlu mereformasi konsep budaya malu, bahkan konsep malu itu sendiri: Kalau seorang Batak tidak mencuri, tida kmelakukan pelecehan seksual, rajin pergi ke gereja, tidak berjudi dsb maka seyogianya itu bukanlah karena dilandasi oleh ketakutan akan malu kalau ketahuan orang, tapi lebih karena tindakan itu akan
Ada yang bertanya: Apakah Batak memilki budaya malu? Sampai sejauh mana budaya malu itu? Jika mayoritas Batak adalah Kristen, bagaimana pastoralnya?
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, saya rasa kita harus membedakan dulu antara konsep “budaya malu” dan konsep “malu”. Budaya malu itu adalah sebuah konsep baru dalam bahasa Indonesia. Ia dikembangkan pada masa pemerintahan seorang Raja Jawa bernama Suharto, yang memerintah Indonesia dari 1965–1988. Boleh jadi konsep ini memang berasal dari budaya feodal Jawa.
Untuk mengeliminir praktek-praktek korupsi di kalangan pejabat dan rakyatnya Suharto memperkenalkan budaya malu sebagai “self-controlled”. Sebenarnya banyak budayawan (antara lain Mochtar Lubis–orang Batak) yang menentang konsep budaya malu ini. Konsep ini tidak memiliki dasar moral yang kokoh. Seseorang diajar untuk tidak korupsi, bukan dikarenakan korupsi itu adalah sesuatu yang bertentangan dengan perintah Tuhan atau suara hati nurani, tapi karena korupsi adalah suatu hal yang ditertawakan oleh orang banyak. Korupsi boleh dilakukan asal jangan ketahuan, karena akan memalukan.
Implikasi lebih jauh dari konsep ini ialah, orang tetap korupsi tapi berusaha untuk menutup-nutupi perbuatannya. Sementara itu, karena orang yang melakukan korupsi semakin banyak saja, dan semua saling tutup-menutupi, maka pemahaman bahwa korupsi adalah sebuah perbuatan yang memalukan, pun semakin pudar. Korupsi menjadi hal yang biasa-biasa saja dan tidak memalukan lagi. Puncaknya adalah apa yang terjadi dalam minggu-minggu terakhir ini: Suharto yang mempopulerkan konsep budaya malu itu hanya senyum-senyum saja ketika oleh sebuah badan PBB ia “dinobatkan” sebagai kepala negara yang mencuri uang paling banyak. (Dan oleh Mahkamah Agung RI, nama baiknya oleh majalah Times juga telah “dicemarkan” sebagai koruptor besar-dipulihkan dengan ganti-rugi sebesar 1,5 triliun rupiah!).
Sebagai akibat persentuhan dengan budaya feodal Jawa itu, maka tidak dapat dipungkiri bahwa kini banyak juga orang Batak yang menganut konsep budaya malu, atau konsep mendasarkan tindakan lebih pada pertimbangan apakah nantinya dia akan dihina atau ditertawakan orang. Dan ukuran akan hal-hal apa saja yang akan dihina atau ditertawakan
orang itu pun menjadi sama dengan yang dipahami oleh budaya feodal Jawa, dan yang secara perlahan-lahan berkembang menjadi budaya Indonesia.
Malu itu adalah kesepakatan. Dengan lain perkataan, hal-hal apa saja yang akan dihina atau ditertawakan oleh orang banyak, berbeda-beda dari satu masyarakat ke masyarakat yang lain. Bahkan di suatu masyarakat yang sama pun, disebabkan oleh perbedaan jaman, hal-hal apa saja yang dihina atau ditertawakan oleh orang banyak bisa berubah.
Bagi beberapa sub-etnis Papua, berseliweran kesana-kemari hanya dengan memakai koteka sebagai penutup penis tentu bukalah hal yang memalukan. Tapi bagi orang-orang Jawa yang tinggal di keraton hal yang demikian tentu sesuatu yang sangat memalukan. Bagi orang Batak menandaskan teh atau juadah yang dihidangkan oleh tuan rumah bukanlah hal yang memalukan. (Itu justeru merupakan penghormatan). Tapi bagi orang Jawa atau Sunda hal itu tentu adalah sesuatu yang memalukan.
Dahulu bagi orang Batak melacur adalah sesuatu hal yang memalukan. Tapi kini sudah banyak pelacur yang berasal dari etnis Batak.Dahulu bagi orang Batak menyemayamkan jenazah orang tua di rumah duka adalah sesuatu yang memalukan. Tapi kini disebabkan oleh situasi dan kondisi hidup di kota besar, hal itu bukanlah sesuatu yang memalukan lagi.
Sebagaimana halnya masyarakat dan budaya lain yang ada di muka bumi ini, maka orang Batak juga tentu mengenal konsep malu (maila). Tapi budaya malu, sebagaimana yang telah diterangkan di atas, bukanlah konsep Batak in the first place.
Pada dasarnya orang Batak memiliki karakter yang suka berterus-terang dan apa adanya. Agak aneh juga kalau orang yang memiliki karakter seperti ini mendasarkan suatu tindakan lebih banyak atas penilaian orang lain (dihina atau ditertawakan) . Pada orang yang memiliki karakter berterus terang dan apa adanya, suatu tindakan seyogianyalah lebih didasarkan kepada apakah hal itu menyenangkan hati sendiri, atau apakah hal itu sejalan dengan pertimbangan moral yang dimiliki. Tapi sebagaimana yang telah diterangkan di atas, budaya Batak pun telah terkontaminasi dengan budaya malu.
Orang Batak perlu kembali ke akar budaya dan imannya. Orang Batak perlu mereformasi konsep budaya malu, bahkan konsep malu itu sendiri: Kalau seorang Batak tidak mencuri, tida kmelakukan pelecehan seksual, rajin pergi ke gereja, tidak berjudi dsb maka seyogianya itu bukanlah karena dilandasi oleh ketakutan akan malu kalau ketahuan orang, tapi lebih karena tindakan itu akan