Jumat, 28 November 2008

Nama-nama tokoh Bandara Kualanamu dapat Picu Konflik di Sumut

MHD DARWINSYAH PURBA
WASPADA ONLINE

Pengusulan nama tokoh atau pahlawan pada Bandara Kualanamu oleh pemerintah dapat terjadi konflik di masyarakat, hal ini dilihat dari perjalanan sejarah para tokoh maupun pahlawan. Karena masyarakat Sumut sangat heterogen yang terdiri dari berbagai macam suku, agama dan latar belakang sejarah yang berbeda pula. Masing-masing suku juga memiliki tokoh dan pahlawan yang mereka banggakan.

Pengusulan nama tokoh atau pahlawan pada bandar udara di Kualanamu oleh pemerintah saat ini dapat menimbulkan konflik, karena hal ini sangat erat kaitannya dengan perjalanan sejarah di Sumatera Utara. Demikian dikatakan sejarahwan Dr. Phill Ichwan Azhari, yang juga Ketua Pusat Sejarah dan Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan usai menghadiri ceramah ilmiah, kemarin siang di Universitas Negeri Medan.

Menurutnya, pengusulan nama ini akan menimbulkan konflik, sebab nama Sisingamangaraja ke-12 yang kini diusulkan oleh pemerintah daerah tidak sesuai dengan kondisi masyarakat di Sumatera Utara, dampak buruknya bisa berupa bentrok fisik pada masyarakat.  

Sementara berkaitan dengan pengusulan nama Sisingamangaraja ke-12 menurut sejahrawan asal Hawaii, Amerika Serikat, Uli Kozok dalam ceramah ilmiahnya mengatakan, bahwa Sisingamangaraja ke-12 buta huruf, itu sebabnya Dia memiliki dua asisten untuk menjalankan tugasnya, yaitu dengan ditemukannya empat surat peninggalannya pada abad ke-19.

Memang ada beberapa fraksi di DPRD mengusulkan, menurutnya juga sangat tidak tepat terlebih jika asal Sisingamangaraja XII akan menjadi provinsi tersendiri, meski belum ditetapkan namun wacana itu akan terus bergulir.

“Apa jadinya kalau dua tahun mendatang provinsi Tapanuli muncul. Orang Sumut tentunya akan mempertanyakan ke DPRD kenapa nama bandara di Sumut meminjam nama tokoh dari daerah lain,”katanya.

Sebaiknya nama bandara menggunakan nama di mana bandara itu didirikan. Bisa dengan nama Bandar Udara Medan, Kualanamu ataupun tetap memakai nama Polonia yang telah dikenal penerbangan internasional hingga tidak menimbulkan konfik.

Berkaitan dengan hal itu, seorang pengamat sosial Dr. Iskandar Zulkarnaen, M.Si mengatakan untuk pemberian calon nama Bandara Kualanamu sebagai bentuk penghargaan untuk mengingat jasa-jasa seseorang, katakan seorang pahlawan. Pemberian seharusnya dapat nama pahlawan tersebut dapat menjadi contoh bagi masyarakat Sumut.

Dia menambahkan, “penambalan nama untuk Kualanamu harus melalui pengkajian dan ranking artinya patokan apa yang menjadi tolak ukurnya. Pemerintah daerah harus membentuk pansus atau tim khusus untuk mensosialisasikan kepada masyarakat secara trnsparan dan jujur agar tidak terjadi perpecahan ataupun dikriminasi di dalam masyarakat,” tambahnya.

0 comments: