This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions..

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions..

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions..

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions..

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions..

Senin, 17 Agustus 2009

Profile

Albert Kang: Iklan sebuah karya seni

Oleh: Darwinsyah Purba


Jalan menuju sukses begitu pahit tapi akan menghasilkan buah yang sangat manis hal tersebut benar-benar dirasakan salah satu pengusaha advertising sukses di kota Medan Albert Kang, Dirut PT Multigrafindo Mandiri. Berawal bekerja sebagai marketing iklan di sebuah suratkabar Bukit Barisan pada tahun 1978 dan di tahun 1987 dengan modal awal, menjual rumah untuk mendirikan perusahan advertising hingga sekarang.
Filosofi hidupnya, “Kejujuran, kepercayaan dan mengutamakan pelanggan” membawa bapak dari 3 orang anak ini ke gerbang sukses sebagai pengusahan iklan terkemuka. Namun, selain itu ternyata memiliki kecintaan terhadap seni, darah seni yang mengalir dalam tubuhnya dituangkan dalam sebuah produk iklan. Dan, Multigrafindo diambil dari hasil kreasi yang mandiri yang memiliki makna multi adalah warna dalam seni grafik. “Karena disini tempat pekerja seni,” ungkapnya.
Kepercayaan konsumen menjadikan PT Multigrafindo Mandiri Advertising berkreasi mengembangkan informasi promosi. Wujudnya, tahun 2000 pilihan pameran sebagai event promosi cukup efektif. Pusat pembelajaan dan hotel menjadi media. Dikemas dengan tema menyentuh masyarakat yakni Menara Expo ( 2001 ), Infotech ( 2002 ) dan masih banyak lagi event-event yang mampu menyedot banyak pengunjung dan transaksi yang sangat memuaskan peserta. Kreasi promosi terus mengalir menjadi yang pertama dan pelopor hadirnya TV Tron dan running Text di kota Medan sebagai media promosi elektronik yang efektif.
Kemasan promosi yang disediakan PT Multigrafindo Advertising berkembang dalam tatanan jasa penyelenggaraan undian promosi berhadiah. PT. Multigrafindo Advertising menyediakan jasa bentuk efektif penyelenggaraan undian promosi mulai dari pemilihan produk, promosi, perizinan, hadiah serta yang berhubungan dengan pajak undian.
Produk-produk PT. Multigrafindo Advertising ini menyebar dari kota Medan memasuki Wilayah tingkat II yang ada di propinsi Sumatera Utara. Lintas Antar Propinsi Sumatera Utara. Lintas Antar Propinsi juga dikerjakan PT. Multigrafindo Advertising menjawab kebutuhan konsumenya mulai dari propinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan Riau.
Produk iklan yang baik selain, memperhatikan estetika, kontruksi dan tata letak kota, bagaimana menggabungkan dengan seni sehingga akan melahirkan iklan dalam sebuah karya seni. Frame yang memiliki karya seni akan menghasilkan daya tarik bagi publik, kreator yang hebat akan menghasikan kreasi yang hebat dan berkualitas. Sampai dengan sekarang beliau sangat senang meninjau langsung ke lapangan, ia bias berjam-jam berada dilokasi memperhatikan produk iklan sangat indah tersebut. “Iklan adalah sebuah karya seni” ulangnya.

“Sebagai pengusaha advertising sudah seharusnya memperhatikan hal-hal tersebut dan satu hal lagi, kita siap menenerima kritikan dari orang lain karena kritikan apabila menjadi menjadi guru yang membuat jauh lebih pintar.” Pesannya dalam perbincangan informal dengan Bisnis.com dikantornya disela-sela kesibukan.

Di usia yang ke-49 tahun ini, ia berbagi pengalaman selain yang sudah dijabarkan di atas tadi, ia juga berpesan karena banyak tidak mengerti. oleh sebaba itu, kepada pengusaha advertising di kota Medan, sebagai perusahaan periklanan hendaknya memperhatikan letak arah mata angin, sebuah produk iklan seperti billboard jangan mengadab ke arah timur sebab, hal ini dapat membuat warna tidak dapat bertahan lama dan mengganggu orang-orang untuk melihatnya, sebaiknya mengadab ke utara. Dan, tetap mengkaji dan belajar dari buku-buku tentang iklan dan kontruksi sebuah iklan.

Phone : 061 - 786 7972 (Hunting) Fax : 061 - 787 1838, Medan www.multiadv.com






Syamsul Arifin: Birokrat berkarakter entrepreneur

oleh : Hambali Batubara

Syamsul Arifin, Gubernur Sumatra Utara 2008-2013 dikenal sebagai pribadi yang unik. Terkenal ramah, suka berguyon dan membantu. Tak jarang orang di sekitarnya terbahak-bahak mendengar leluconnya yang segar dan mengena, termasuk Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ketika beberapa kali berkunjung ke Sumut.
Pria yang lahir 25 September 1952 lalu di Medan, mengaku tidak begitu menyukai aturan protokoler sebagai mana berlaku bagi seorang pejabat. Hal ini terlihat di masa kepemimpinannya selama dua periode Bupati Kabupaten Langkat Sumut,1998-2003 dan 2003-2008 dan Gubernur 2008 hingga sekarang. Ia tidak segan menyambangi masyarakat dengan sepeda motor sendirian dipagi hari ketika masih berdinas di Kabupaten Langkat dan jarang berpidatosesuai dengan teks pidato dan tidak menyukai basa-basi terhadap orang yang menyampaikan maksud dan tujuannya.
Ketika terpilih menjadi Gubernur Sumut, dia mengingatkan para pegawai, kunci melayani masyarakat harus disiplin, baik waktu maupun tanggung jawab. Untuk melakukan perubahan di jajaran stafnya, ia mengatakan tidak perlu dengan teori-teori baris-berbaris atau outbond, tetapi hanya dengan menyentuh hatinya agar bekerja lebih giat.
Syamsul saat baru terpilih menjadi Gubernur berpasangan dengan Gatot Pujo Nugroho sebagai wakilnya berjanji untuk lebih dekat dengan rakyatnya dengan membuka kantornya di Jalan Diponegoro sebagai rumah rakyat, sehingga siapa pun bisa bertandang ke sana.
Ia juga akan menyambangi setiap kabupaten/kota untuk menggerakkan roda pembangunan di Sumut. "Dalam sebulan saya hanya akan berkantor selama seminggu di Medan, dan sisanya saya akan berkeliling ke kabupaten/kota di Sumut," ujar Bapak tiga orang anak ini.
Menurut suami Hj. Fatimah Habibie mengatakan dirinya sekuat mungkin berusaha memenuhi janjinya ketika kampanye dulu sesuai dengan empat hal utama dalam misi dan visinya.
Keempat hal utama itu adalah mencegah masyarakat kelaparan dengan menggerakkan roda perekonomian; membuat rakyat tidak bodoh dengan meningkatkan kualitas pendidikan; membuat rakyat sehat dengan meningkatkan kesadaran akan pentingnya kesehatan; serta membuat rakyat memiliki masa depan dengan memberikan semangat berupa keyakinan untuk menatap masa depan yang lebih baik." Slogan saya waktu itu (kampanye), rakyat tidak bodoh, tidak lapar dan tidak sakit," kata Syamsul yang juga pernah menjabat anggota DPRD Langkat dari Fraksi Golkar selama dua periode, 1977-1987.
Pada peringatan ulang tahun Pemprov Sumut yang ke 61, Syamsul Arifin mengatakan performa pembangunan ekonomi yang dicapai Sumut 2008 sampai posisi Triwulan IV ekonomi Sumatra Utara mampu tumbuh hingga sebesar 6,97% atau lebih tinggi dari keadaan ekonomi Tahun 2007 yang tumbuh 6,90%. "Secara sektoral pertumbuhan ekonomi tahunan itu didorong oleh sektor jasa, sektor pengangkutan dan komunikasi serta sektor keuangan dan persewaan" jelas Syamsul Arifin.
Syamsul mengatakan pemerintahanya juga berhasil mengatasi dampak krisis ekonomi global yang terjadi diakhir 2008 lalu.Kendati jumlah tenaga kerja yang di PHK meningkat 1800 orang, tetapi mereka tidak menjadi pengangguran aktif, melainkan masuk ke sektor informal.

Vincent Wijaya: Komit majukan ekonomi daerah

oleh : Yusran Yunus

Bak air sungai mengalir begitu derasnya, demikian juga dengan Vincent Wijaya, salah satu pengusaha sukses Medan. Dalam kesibukannya mengendalikan beberapa perusahaan di bawah naungan PT.Juta Jelita Grup, dia masih saja meluangkan waktu untuk memikirkan kemajuan perekonomian daerah Sumut.
Apa yang dia lakukan? Saban hari ia melihat masih begitu banyak pengangguran dan orang miskin terlihat di beberapa sudut Medan, ibukota provinsi Sumut. Ada isyarat dari sanubarinya, ingin memberi yang terbaik untuk masyarakat kurang beruntung tersebut.

''Paling tidak dalam konteks ini, saya terus bertekad sampai kapan pun agar operasional perusahaan saya berjalan normal, sehingga beberapa orang yang menggantungkan hidupnya pada perusahaan saya, tetap bekerja normal,'' katanya satu ketika dalam beberapa kali perbincangan informal dengan Bisnis.com.
Eksportir udang ini menggarisbawahi beberapa masalah serius yang perlu diperhatikan pemerintah daerah se-Sumut. Salah satunya, bagaimana menjalankan otonomi daerah agar bermanfaat langsung terhadap peningkatan kesejahteraan rakyatnya.
Menurut pemilik Taipan Restoran yang berlokasi di Capital Building Medan ini, tujuan obyektif dari otonomi daerah diantaranya meningkatnya tingkat pendapatan dan kesejahteraan masyarakat setempat. Sayangnya dia tidak melihat hal itu tercapai.
''Yang saya amati selama beberapa tahun berjalan, otonomi daerah masih belum signifikan memberikan manfaat bagi masyarakat. Hal ini harus menjadi bahan evaluasi, tidak saja bagi pemerintah pusat maupun provinsi, tetapi juga bagi masing-masing pemda,'' ujarnya.
Di lain pihak, tutur dia, dunia usaha juga merasakan otonomi daerah belum terasa memberikan efek yang positif, bahkan dirasakan di saat otonomi daerah berjalan, high cost economy demikian menonjol.
''Tiap-tiap daerah otonom dalam sebuah provinsi, saling berlomba menggenjot meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD), tanpa melihat efek negatifnya terhadap dunia usaha.''
Baginya, otonomi daerah itu harus memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi semua kalangan, tidak hanya bagi pemerintah, tetapi lebih dari itu adalah meningkatnya pendapatan dan kesejahteraan rakyat. ''Salah satu rakyat itu kan pengusaha,'' ujarnya tersenyum.

Harry Sutanto: Bertekad jadikan Belawan pelabuhan international

oleh : Master Sihotang

Pelabuhan Belawan seiring waktu terus berbenah. Di bawah kepemimpinan Harry Sutanto, Dirut PT Pelindo I Medan bertekad menjadikan pelabuhan Belawan menjadi pelabuhan international, bukan pelabuhan pengumpan bagi Singapura dan Port Klang Malaysia yang selama ini dilakoni pelabuhan yang berada di Medan, Sumut itu.

Harry Sutanto, pria kelahiran Malang, Jawa Timur, 27 November 1957 adalah Alumni Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia pada 1996. Menurut penilaian ayah satu putri ini, sampai 25 tahun mendatang, belum ada pelabuhan di Sumatra yang mampu menandingi Belawan. Begitu hebatnya pelabuhan Belawan dimatanya.
Suami dari Endah Anggrowati yang mengikuti berbagai kursus kepelabuhan di dalam dan luar negeri itu, memang kembali diserahi pemerintah tugas menjadi Direktur Utama PT Pelindo I Medan periode 2009-2014, setelah sebelumnya Direktur Operasional (2004-2009) di Pelindo I Medan.
Mantan Direktur PT Jakarta International Container Terminal (PT JICT) periode 1999-2001 itu, tidak menduga bakal diangkat kembali untuk meneruskan jabatan nomor satu di pelabuhan nomor tiga terbesar di Indonesia itu.
Harry bertekad akan membawa Pelabuhan Belawan menjadi pelabuhan international sehingga ekportir dan importir bisa langsung mengapalkan produksinya tanpa harus melalui Singapura dan Malaysia.
Langkah-langkah yang dilakukannya untuk mewujudkannya adalah mengembangkan lapangan kontainer 100 hektare dengan menimbun laut. Kemudian, memperluas alur Pelabuhan Belawan dari 100 meter menjadi 200 meter, sehingga dapat dilalui dua kapal besar yang dapat keluar masuk dari dan ke dermaga sekaligus.
“Kendala saat ini adalah pendangkalan Belawan terlalu cepat sehingga harus dikeruk setiap tahun dengan biaya sedikitnya Rp30 miliar,” kata pria yang pernah menajdi manajer humas Pelindo II Jakarta.
Kalau pengembangan lapangan kontainer dan dermaga yang akan dimulai pada 2010 itu sudah selesai, menurut dia, Belawan akan menjadi pelabuhan internasional. Namun mewujudkan hal itu bukan perkara mudah.
Pelabuhan Belawan sudah terkenal dengan pelabuhan yang waktu tunggu kapal lama, peralatan minim, dan pelayanan masih belum dapat disejajarkan dengan pelabuhan internasional seperti Singapura, Hongkong, dan Port Klang, Malaysia. “Saya berobsesi selama kepemimpinan sampai 2014 Belawan sudah menjadi pelabuhan internasional, sehingga kapal-kapal besar mampu sandar di Belawan.”katanya.
Peluang untuk mewujudkan sudah ada setelah Islamic Development Bank (IDB) menyatakan komitmennya untuk mengucurkan dana memperluas dermaga dan lapangan penumpukan di Belawan. “Jika segera mendapatkan pembenahan dan melengkapi seluruh peralatan, maka sampai 2025 belum ada pelabuhan di Sumatra yang mampu menandingi Belawan.” ujarnya.
Selain itu, pihaknya sedang melakukan pembenahan non teknis seperti sumber daya manusia dan fasilitas dan prasarana pelayanan kepada pengguna jasa.Untuk menambah pemasukan, dia mengatakan mengurangi kerja sama operasional dengan pihak ketiga di Belawan yang selama ini sering kurang memberi arti bagi pemasukan perusahaan. Semua akan dikelola PT Pelindo I Medan, sehingga pemasukan semakin besar dan pemeliharaan peralatan mencukupi.”Kontrak kontrak kerja sama operasional (KSO) dengan sejumlah operator, kalau sudah habis tidak akan dilanjutkan,” terangnya.Operator tunggal yang sudah dimulai di Unit Terminal Peti Kemas (UTPK) Belawan tahun ini, menurut dia, sebagai salah satu bukti keseriusan manajemen PT Pelindo I Medan untuk membenahi pelayanan di Belawan.



Sejarah di kota Medan


Guru Patimpus sang pendiri Kota Medan

Kota Medan didirikan Guru Patimpus Sinambela pada tanggal 1 Juli 1590 atau pada 'Nggara 10 paka 5' menurut perkalaan Batak. Guru Patimpus Sinambela adalah cucu Si Singamangaraja melalui anaknya yang bernama Tuan Siraja Hita. Tuan Siraja Hita adalah anak kedua dari Jalipa. Anak pertama dari Jalipa ini yang bernama Tuan Manjolang kemudian menjadi Singa Mahraja di Bakerah (Bakkara). Karena abangnya Tuan Manjolang sudah menjadi Raja, Tuan Siraja Hita kemudian merantau, dan dengan menempuh perjalanan bertahun-tahun akhirnya sampailah ia ke Gunung Si Bayak.
Dari Gunung Si Bayak kemudian sampai di Kendit. Di sana, Tuan Siraja Hita kemudian membuka kampung, itulah keturunan Karo Sepuluh Dua Kuta (Toba: Sappuludua Huta, naraja) yang sekarang ini. Tuan Siraja Hita kemudian kembali ke Bakkara. Kawin di sana dan memperoleh 3 anak laki, yang tua Timpus, tengah si Pakan, dan yang kecil si Balige. Si Pakan dan Si Balige kemudian menjadi raja, masing-masing di Pakan dan di Balige. Sedangkan si Timpus pergi ke hutan mencari ilmu. Sepulang dari hutan ia oleh orang-orang memanggilnya Guru Patimpus.

Guru Patimpus pertama kawin dengan putri Ketusing dan mendapat 7 orang anak. Yang pertama Sibenara, kedua si Kuluhu, ketiga si Batu, keempat si Salahan, kelima si Paropa, keenam si Liang Tanah, dan ketujuh anak perempuan dikawinkan dengan Raja Tangging. Guru Patimpus selalu membuka kampung dan menamai kampung tersebut sesuai dengan nama anak-anaknya.

Setelah mendengar di Karo ada huru-hara, ia pun kesana dan memadamkan kegaduhan tersebut. Di sana ia kawin yang kedua dan mendapat anak 2 orang yakni, Si Gelit dan Si Jahei. Setelah menyelesaikan kegaduhan di Batu Karang, iapun kawin yang ketiga dan memperoleh anak, yaitu si Ajji. Untuk si Ajji dibuka kampung bernama Perbaji. Tak berapa lama kemudian ia mendapat anak lagi dan diberi nama Si Raja Hita (mengambil nama bapanya, naraja) dan membawa si Raja Hita ke dusun Langkat mencari tanah yang baik, yang kemudian tanah itu diberi nama Durian Kerajaan dengan Si Raja Hita menjadi raja di sana. Ketika inilah Guru Patimpus mendengan kabar: "...Jawi said datang dari negeri Jawa..."

Mendirikan Kampung Medan

Setelah bertemu dengan Datuk Kota Bangun dan masuk Islam, Guru Patimpus kemudian tinggal di kuala Sungai Sikambing. Setelah kawin yang keempat dengan putri Panglima Hali raja bangsa Tarigan dari dusun Berayan, ia pun pindah dan membuat kampung Medan. Setelah selesai mendirikan kampung Medan, ia memerintah disana. Di sinilah ia mendapat anak lagi yaitu si Kolok dan Si Kecik. Sebelum ia masuk Islam, ia mengatakan: "....aku pikir jikalau aku tiada masuk Islam, tentulah tanah kita yang dekat laut diambil oleh Jawi dari seberang..."

Riwayat Hamparan Perak

Cerita di atas bukan dongeng, tapi sejarah yang terekam di dalam naskah Hamparan Perak. Dokumen Hamparan Perak inilah yang dijadikan sebagai salah satu bahan riset oleh Panitia Penyusun Hari Jadi Kota Medan yang diketuai oleh Prof. Mahadi, SH , dimana pada hasil rapatnya yang terakhir Tanggal 24 Oktober 1973 mengemukakan, bahwa: " Kuta Medan didirikan oleh Guru Patimpus sendiri pada tanggal 1 Juli 1590 pada 'Nggara 10 paka 5' menurut perkalaan Batak"



*150 Year Tjong A Fie Heritage Eshibition
Sejarah Perjalanan Tjong A Fie Hidup Hingga Kini

Tak terasa, 150 tahun sudah kita diingatkan akan seorang saudagar etnis tionghoa yang banyak memberi jejak perniagaan masa lampau di Medan. Tjong A Fie, seorang dermawan yang tiada taranya telah mengangkat tatanan ekonomi dalam kehidupan masyarakat Medan yang wafat pada 4 Februari 1921 silam, dan dimakamkan di Pulo Brayan.

Kediaman Tjong A Fie yang terletak di jalan Jendral A. Yani No. 105 sampai sekarang tetap dengan bentuk apa adanya dan dalam kondisi relatif baik. Untuk mengenang wafatnya Tjong A Fie pihak keluarga dan The Tjong A Fie Memorial Institute membuka Pameran 150 Year Tjong A Fie Heritage Eshibition, Kamis (18/6) lalu.

Peringatan itu dibuka oleh Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sumatera Utara, Ir. Nurlisa Ginting, M.Sc mewakili Gubernur Sumatera, Syamsul Arifin, SE. "Kediaman Tjong A Fie ini sangat unik dengan ornamen yang menghiasi atap dan setiap sudut ruangan bercorak Melayu, Eropa dan China, sangat cocok sebagai objek wisata. Saya mengharapkan agar masyarakat dapat mengikuti sejarah dan budaya yang berkembang di Medan yang dipelopori oleh Tjong A Fie ini," tutur Nurlisa Ginting kepada wartawan.

Peringatan ini dimaksudkan untuk mengajak masyarakat menyaksikan pameran tersebut dalam waktu dekat ini. Bentuk pameran yang telah digelar diantaranya adalah pembukaan pameran photo-photo sejarah-sejarah perjalanan Tjong A Fie dan keluarga, museum dan gallery Tjong A Fie, pameran masakan kuliner peranakan, serta bazaar.

Selain itu, kadis berharap dengan dibukanya rumah tersebut dapat menambah kunjungan wisatawan baik lokal maupun mancanegara. Peringatan itu pun dibuka dengan pagelaran Tarian Melayu dan pertunjukan Barong Shai. Dihadiri pula oleh Duta Besar Jerman, Mr. Paul Matzalhn.

Mengenang kisah Tjong A Fie dahulu, adalah perantau China yang datang dari Hokian. Dengan bermodal sepotong kayu pikul untuk mengumpulkan goni-goni bekas dan botol-botol kosong. Dia berhasil membangun kerajaan bisnisnya di Medan. Dia mendirikan toko yang diberi nama Kesawan dan kemudian menjadi nama kawasan tersebut. Sayangnya, tidak seorang pun di antara anak dan cucunya mampu mempertahankan bisnis Cong A Fie. Rumahnya yang begitu megah di Kesawan, masih berdiri dengan kokoh menunjukkan sisa-sisa kejayaan Cong A Fie.

Konon, banyak sekali harta peninggalan berupa tanah dan bangunan milik Tjong A Fie yang ada di Medan. Ada juga tanah peninggalannya yang sangat luas di daerah Deli Tua, bahkan hingga daerah Medan Labuhan.

Fon Prawira, salah seorang cucu (generasi ketiga) Tjong A Fie mengaku dari sekian banyak tanah peninggalan kakeknya, sebahagian besar memiliki sertifikat walaupun hampir semuanya sudah tidak menjadi milik mereka lagi. Namun, masih berdirinya kediaman Tjong A Fie ini membuktikan sejarah perjalanan hidupnya yang berhasil dalam perniagaan masih hidup hingga kini.


Renovasi

Kediaman Tjong A Fie yang masih ada kini menurut pihak keluarga, Fon Prawira, membutuhkan biaya perawatan yang tidak sedikit. Diperkirakan, sekitar 2 miliar dana harus disiapkan guna merenovasi dan perawatan kediaman tersebut.

"Selama ini, kediaman Tjong A Fie kakek kami belum pernah direnovasi secara utuh. Sebab, dana yang kami miliki sangat terbatas. Alangkah baiknya kediaman ini direnovasi sedemikian rupa agar dapat menampung masyarakat yang berkunjung nantinya," demikian kata Fon Prawira.

Fon mengakui, memang ada bantuan yang pernah diterima dari Pempovsu, tapi hanya Rp20 juta. Sementara Pemko Medan sendiri belum pernah memberikan bantuan biaya renovasi yang sebelumnya sempat berjanji. Namun hingga kini belum juga terealisasi.

Sementara Nurlisa Ginting selaku Kadis Kebudayaan dan Pariwisata mengatakan sudah membahasnya dengan pihak pengelola kediaman Tjong A Fie ini. Nurlisa meminta agar The Tjong A Fie Memorial Institute beserta pihak keluarga membuat program prioritasnya. "Harus ada kejelasan tentang program prioritas yang harus dibuat pengelola kediaman ini. Kami berharap hal ini dilakukan dengan profesional dan terbuka," ungkapnya.

Dosen Universitas Sains Malaysia Gali Sejarah Tjong A Fie


Universitas Sains Malaysia (USM) Penang, Research & Post Graduate Studies, Assoc, Prof Sohaimi Abdul Aziz didampingi Associate Professor, Dr Noriah Mohamed mengunjungi kediaman Tjong A Fie, Jalan Ahmad Yani Medan, pekan lalu.

Dalam kunjungan tersebut,Tjong A Fie Memorial Institute dan Dosen USM sepakat akan mengadakan seminar sejarah peranakan Tionghoa dan pameran pada bulan September mendatang sekaligus menandatangani memorandum of understanding (MoU) untuk menjalin kerjasama yang lebih erat lagi dari segi budaya dan sejarah di masa mendatang.
“Dukungan dari masyarakat luas, Pemda Medan dan Pemprovsu sangat diharapkan dari kegiatan ini karena sejarah budaya peranakan Tionghoa akan kita angkat dalam seminar tersebut,” kata Pendiri Tjong A Fie Memorial Institute, Fon Prawira dalam siaran persnya.
Dikatakan, kelak di Medan akan dibentuk sebuah lembaga yang akan merintis atau memajukan kepentingan sejarah budaya peranakan Tionghoa yang berhubungan erat dengan Tionghoa peranakan Malaysia. Sementara itu, menurut Dosen USM, Sohaimi, tujuan kedatangan mereka adalah untuk membuat penyelidikan peranakan Tionghoa di Medan dan melihat hubungannya dengan Tionghoa peranakan di Pulau Penang.
Berdasarkan informasi dari Fon Prawira selaku salah seorang cucu Tjong A Fie kata Sohaimi, dari segi sejarah Tjong A Fie dan istrinya Lim Koei Yap apabila ditelusuri sepertinya memiliki hubungan dengan Pulau Penang. Hal ini dapat dilihat dari foto dan pakaian yang dikenakan istri Tjong A Fie.
“Setelah kembali ke Pulau Penang kami akan segera mencari dan menelusuri jejak-jejak sejarah dan bukti-bukti yang ada, khususnya istri Tjong A Fie karena orangtuanya berasal dari keluarga Melayu Pulau Penang. Kita sendiri tidak mengetahui secara mendetail beluk-beluknya, apakah mereka orang Siam atau Melayu. Dari foto-foto yang ada sepertinya orangtua Lim Koei Yap memang orang tempatan atau penduduk lokal Pulau Penang. Ini bisa diketahui dari busana yang dikenakannya,” kata Sohaimi.
Sohaimi menambahkan, usai menyelidiki peranakan Tionghoa di Medan, dirinya akan melanjutkan penyelidikan tersebut ke Phuket. ”Peranakan Tionghoa cukup besar dan tersebar di mana-mana dan kami akan menyelidikinya seca lebih luas lagi,” ucapnya.
“Kami bernasib baik bisa menemukan kediaman Tjong A Fie dan bertemu cucunya. Ternyata rumah Tjong A Fie ini lebih hebat lagi dari rumah pamannya Tjong Fatt Tze yang ada di Pulang Penang. Barang-barang yang dipamerkan di dalam rumah ini perlu dilakukan penambahan seperti artifak dan lainnya. Oleh sebab itu kami akan menggelar seminar dan menandatangani MoU,” kata Suhaimi.

Kediaman Tjong A Fie Terbuka Untuk Umum


Selama ini, kediaman Tjong A Fie yang menjadi satu-satunya peninggalan yang masih utuh tidak pernah dibuka untuk umum dalam jangka waktu yang relatif lama. Pameran 150 Year Tjong A Fie Heritage Eshibition, Kamis (15/6) lalu itu merupakan simbol akan dibukanya kediaman itu bagi masyarakat umum hingga 18 Agustus 2009 nanti.

Itu dilakukan karena adanya tuntutan dari berbagai kalangan termasuk Gubernur Sumatera Utara, Syamsul Arifin yang menginginkan kediaman yang penuh sejarah itu bisa dikunjungi secara umum oleh masyarakat. Pada suatu kesempatan, gubsu pernah bertemu dengan salah satu cucu Tjong A Fie yang merupakan keturunan ketiga, Fon Prawira, agar pihaknya memberi kesempatan bagi masyarakat dapat mengikuti dan menelusuri sejarah yang ditorehkan dalam perjalanan hidup Tjong A Fie.

Tjong A Fie, konon adalah seorang yang gemar membantu orang tanpa memandang etnis dan banyak mendirikan rumah ibadah. Istrinya pun adalah wanita keturunan melayu asa Binjai. Sangat banyak jejak sejarah Tjong A Fie, baik dari bidang perniagaan maupun sosial kemasyarakatan yang berbaur dengan etnis lainnya di Medan dahulu.

Rumah Tjong A Fie dibangun dengan konstruksi beton dan kayu. Desain interiornya memancarkan kharisma yang kuat pada sosok yang megah luas. Secara umum, bangunan ini terbagi menjadi bagian depan untuk menerima tamu, bagian tengah yang terbuka beratap langit, tempat sembahyang, dan bagian dapur. Selain itu, terdapat juga bagian samping berupa kamar-kamar keluarga dan taman. Sebagian ruangan samping bagian belakang dijadikan gudang dan kamar pelayan.
Bangunan utama dibangun berlantai dua. Lantai kedua disokong oleh kayu-kayu besar yang ditutup papan-papan tebal. Secara umum, bangunan lantai dua memang terbuat dari kayu. Seluruh kusen dan perlengkapan interior dirancang dengan kayu-kayu terbaik yang utuh. Namun sayang, sebagian mulai rapuh dimakan waktu. Bangunan ini masih terlihat mewah meski membutuhkan sentuhan renovasi untuk kelayakannya sebagai objek kunjungan wisata di Medan.

Fon Prawira, cucu Tjong A Fie berusaha menjadikan kediaman ini menjadi objek wisata yang menarik. "Kami melalui The Tjong A Fie Memorial Institute tengah berupaya menjadikan kediaman ini menjadi objek wisata. Lembaga ini terdiri dari dosen-dosen USU, Nommensen, Unimed sebagai pembinanya. Melalui lembaga inilah kediaman ini akan diupayakan menjadi objek wisata yang baik," kata Fon ketika ditemui Nasional Pos di Kediaman Tjong A Fie, Kamis (18/6) disela-sela Pameran 150 Year Tjong A Fie Heritage Eshibition berlangsung.

"Kami sedang merintis program kedepan untuk menjadikan kediaman ini sebagai objek pariwisata di Medan. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sumut meminta kami menyiapkan program prioritasnya. Itu sedang kami kerjakan sekarang," katanya lagi.

Selama ini kata Fon, sejarah Tjong A Fie masih banyak yang belum diketahui oleh masyarakat. Sejarah itu sendiri katanya tidak mungkin ditutup-tutupi apalagi dihilangkan. "Kami mencoba memberikan nuansa yang terbuka. Karena selama ini sepertinya masih banyak sejarah yang belum terekspose oleh masyarakat. Jadi, dengan ini kita bermaksud membuka kediaman Tjong A Fie ini untuk dapat dikunjungi masyarakat," ungkapnya.

Dari sejarah ini, menurut Fon dapat diketahui bahwa Tjong A Fie tidak hanya bergelut dalam sistem perniagaan, tapi juga disegala sektor, termasuk spiritual keagamaan dan sosial kemasyarakatan yang tidak membeda-bedakan etnis dan agama.


Foto-foto Rumah bersejarah Tjong A Fie





*Soal Biaya Administrasi Rp3000

Kinerja Komisi C DPRD Sumut Timbulkan Tanda Tanya

MEDAN Pasca disahkannya Rancangan Peraturan Daerah (Ranperda) terkait biaya administrasi PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum) Tirtanadi sebesar Rp.3000 beberapa waktu yang lalu oleh DPRD Sumut, kinerja Komisi C DPRD Sumut yang membidangi perusahaan daerah tersebut kini mulai dipertanyakan.
Hal ini diungkapkan, Kordinator Aksi Aliansi Masyarakat Pengguna Air Minum Sumatera Utara (AMPAM SU) Chairil Anhar Siregar kepada sejumlah wartawan, Senin (17/8).
“Sebelumnya anggota Komisi C tersebut sangat vokal mengomentari dan menentang biaya administrasi tersebut, namun secara tiba-tiba Komisi C DPRD Sumut justru mendukung dan menyetujui ranperda tersebut dengan alasan yang tidak jelas,” tuturnya.
Lebil lanjut, Chairil mengatakan tidak hanya itu, kini beredar isu di lapangan yang menayatakan bahwa telah ada terjadi kesepakatan antara PDAM Tirtanadi dengan Komisi C DPRD Sumut terkait dengan biaya administrasi tersebut. Hal itu mengingat sebagian besar pasal-pasal yang dicantumkan dalam peraturan daerah tersebut justru banyak mengatur masalah kenaikan honor dan tunjangan pegawai PDAM Tirtanadi.
Tidak hanya itu sambungnya, dalam peraturan daerah itu juga tidak dimuat unsur menimbang dari undang-undang perlindungan konsumen yang seharusnya hak-hak konsumen atau pelanggan PDAM Tirtanadi harus dimuat untuk menjamin hak-hak konsumen sebagai pelanggan PDAM Tirtanadi. Dengan kata lain terangnya, peraturan daerah yang disahkan oleh DPRD Sumut sarat akan pesanan dan cacat demi hukum karena tidak menjamin hak-hak konsumen yang menjadi pelanggan PDAM Tirtanadi dan malah juntru membebani konsumen dengan biaya administrasi sebesar Rp3000 tiap bulannya.
“Dari sekian banyak anggota Komisi C DPRD Sumut yang dulunya menentang kebijakan administrasi tersebut, hanya tinggal satu anggota saja yang tetap menentang dan tidak menyetujui disahkannya peraturan daerah tersebut,” herannya.

Arwana Unik di Akuarium Distanla Medan

Teks Photo : Ikan Arwana Unik berbentuk seperti kuda bewarna silver putih bercahaya dipercaya membawa rezeki dan tolak bala bagi si pemelihara ikan aneh tersebut.

MEDAN Percaya atau tidak yang jelas ada ikan Arwana berbentuk unik seperti kuda, tak seperti ikan arwana lainnya, saking anehnya makanya tak guna heran bila Arwana warna Silver ini ditempatkan pada akuarium kantor Dinas Pertanian dan Kelautan (Distanla) Kota Medan di Jalan Bukit Barisan Pekan Labuhan dan bagi yang penasaran bisa kunjungi kantor dinas yang memang mengurusi soal ikan.
Anehnya ikan Arwana berbentuk kuda itu bila dilihat secara serius akan memantulkan cahaya yang dipercaya banyak orang merupakan cahaya pembawa rezeki, “saya pernah melihat cahaya yang keluar dari sisik ikan Arwana tak berapa lama saya mendapat tawaran kerja,”ungkap Roy, seorang pengunjung yang pernah melihat ikan aneh tersebut.
Tak sampai disitu, ikan Arwana aneh itu pembawa rezeki dan menolak bala petaka, terbukti ada orang bilang sejak ikan Arwana itu dipelihara pihak Dinas Perikanan Medan, Kadis Distanla Ir Wahid Msi semankin mendapatkan kedudukan dan jabatan rangkap tak hanya mengurusi masalah perikanan namun kini terpaksa mengurusi soal Pertanian dan Peternakan bahkan kasus yang menimpa pegawai perikanan bisa diselesaikan.
Cerita punya cerita, asal mulanya ikan Arwana itu sejak kecil memang dipelihara Darsono seorang pegawai Dinas Perikanan, “Dulu ikan arwana itu memang sengaja saya beli masih kecil namun entah kenapa setelah besar tiba-tiba bentuknya berubah seperti kuda, kemungkinan karena daya tarik badannya bengkok dan keluarkan cahaya itulah ikan tersebut sengaja diletakkan di akuarium,”Aku Darsono sembari berpikir tujuh kali akan menjual ikan aneh tersebut.


Batik motif Batak asal Medan merambah pulau Jawa

Medan Keindahan suatu batik tidak hanya hasil kerajinan pulau Jawa yang sudah terkenal sejak puluhan tahun silam. Tapi kini bagi pencinta batik bisa mengkoleksi asal Medan yang tak kalah indahnya dari daerah asal batik.
Berkat tangan Nurasyiah beralamat Jalan Bersama Tembung, kini Medan sudah mampu bersaing dalam hal kerajinan batik, padahal hasil kerajinan tersebut baru dimulai pada Februari lalu, bedanya batik tulis dari ranah Melayu ini diberikan nama ‘Batik Batak’. Alasan kenapa hasil kerajinan tangan ini diberi nama seperti itu, karena setiap motifnya kental dengan motif Batak.
Batik tulis buatan Medan memang belum begitu populer. Pasarannya masih terbatas. Tapi jika produk ini mengikuti pameran, pemesanan selalu saja ada. Yang memesan juga masih kalangan tertentu, misalnya instansi pendidikan seperti sekolah, instansi pemerintah, dan peminat batik. Untuk harga juga masih harga promosi, yakni Rp75.000 per pasang.
Jika dibanding dengan produk Jawa, seperti Pekalongan batik ini masih sedikit kurang bagus. Artinya secara teknis masih kalah, misalnya saja dari segi pewarnaan. Soalnya perajin batik di Medan tidak banyak.
Sementara
Ketua UKM Center
, Deny Faisal Mirza yakin produk Batik Medan bisa laku di pasar Jawa karena ciri khasnya. Mengenai bantuan dana, pihaknya bersama instansi, seperti Koperasi, Disperindag, dan juga BUMN bisa membantu. Menurutnya hanya tinggal pengembangan pemasaran saja. Produk ini juga bisa menjadi saingan produk Pekalongan yang selama ini didambakan para pebatik Indonesia. “Semua belajar dari nol. “Untuk memadankan warna masih kurang. Kalau di Pekalongan kan sudah bagus dan banyak yang ahli. Kita bisa unggul dari motif yang lain dari batik di Jawa,” ujarnya.


Pariwisata Sumut Perlu Diselamatkan
MEDAN Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Sumatera Utara Riadil Akhir Lubis, menyatakan Pariwisata Sumatera Utara harus bangkit dan perlu diselamatkan serta pantas menjadi idola masyarakat dan pemerintahan Sumut sebagai salah satu penyumbang Pendapatan Asli Daerah (PAD) serta Devisa negara terbesar dalam rangka pendongkrak perekonomian rakyat dan negara.

Hal tersebut diungkapkannya kepada Bisnis, menyikapi soal pariwisata di Sumatera Utara, baru baru ini. "Kalau tidak dari sekarang kapan lagi pariwisata Sumatera Utara akan menjadi primadona di Indonesia dan menjadi daerah tujuan wiasata bagi turis manca negara pada tahun 2010 nanti," ungkapnya.

Riadil juga mengatakan, dalam rangka pencapaian tersebut kiranya perlu sekali mendapat dukungan penuh secara nyata dari masyarakat, pelaku pariwisata,terutama adalah pemerintah Provinsi Sumatera Utara untuk menjadikan pariwisata idola masyarakat kita.

"Tapi semuanya tidak bisa juga tercapai kalau pers sebagai sosial kontrol pemerintah Sumatera Utara tidak melakukan perannya dengan baik dengan selalu menyampaikan informasi aktual dan benar tentang salah satu objek wisata di Sumatera Utara kepada masyarakat. Dengan adanya informasi pariwisata Sumatera Utara maka diharapkan masyarakat Sumatera Utara umumnya turis dari luar daerah kita bisa tahu tentang objek wisata yang pantas mereka kunjungi ketika berada di Sumut,"ujar Kepala Bappeda Sumut, Riadil Akhir Lubis.


Bangun Pariwisata Sumut, Pers Jadi Ujung Tombak

MEDAN Pers yang menjadi ujung tombak pemerintah dalam menjalankan roda pemerintahan di Sumatera Utara dalam rangka membangun pariwisata sangat diharapkan sekali berperan. Hal tersebut dikatakan Kepala Bappeda Sumut Ir Riadil Akhir Lubis MSi. menyoal kondisi pariwisata di Sumatera Utara.
"Tanpa adanya pemberitaan dari pers itu sendiri maka tujuan pembangunan pariwisata Sumatera Utara tidak akan tercapai dengan baik. Dan pemerintah dalam hal ini Dinas Pariwisata Sumatera Utara tidak akan mampu bekerja dalam rangka peningkatan objek pariwisata itu sendiri," jelasnya.
Riadil mengakui, bahwa pengembangan pariwisata Sumatera Utara kerap mengadapi masalah dikarenakan pembangunan masih terfokus pada pengembangan objek fisik, objek pariwisata yang bersifat non-fisik.
Keterbatasan sarana dan prasarana penunjang (penyedian akses akomodasi,sarana angkutan), masyarakat yang berada didalam kawasan wisata belum ikut memiliki, perlunya ikon untuk pariwisata."Dan ke depannya Bappeda Sumut telah merencanakan pembangunan jalan menuju objek wisata sebagai salah satu untuk mempersingkat perjalanan mereka," urainya.