Senin, 17 Agustus 2009





*Soal Biaya Administrasi Rp3000

Kinerja Komisi C DPRD Sumut Timbulkan Tanda Tanya

MEDAN Pasca disahkannya Rancangan Peraturan Daerah (Ranperda) terkait biaya administrasi PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum) Tirtanadi sebesar Rp.3000 beberapa waktu yang lalu oleh DPRD Sumut, kinerja Komisi C DPRD Sumut yang membidangi perusahaan daerah tersebut kini mulai dipertanyakan.
Hal ini diungkapkan, Kordinator Aksi Aliansi Masyarakat Pengguna Air Minum Sumatera Utara (AMPAM SU) Chairil Anhar Siregar kepada sejumlah wartawan, Senin (17/8).
“Sebelumnya anggota Komisi C tersebut sangat vokal mengomentari dan menentang biaya administrasi tersebut, namun secara tiba-tiba Komisi C DPRD Sumut justru mendukung dan menyetujui ranperda tersebut dengan alasan yang tidak jelas,” tuturnya.
Lebil lanjut, Chairil mengatakan tidak hanya itu, kini beredar isu di lapangan yang menayatakan bahwa telah ada terjadi kesepakatan antara PDAM Tirtanadi dengan Komisi C DPRD Sumut terkait dengan biaya administrasi tersebut. Hal itu mengingat sebagian besar pasal-pasal yang dicantumkan dalam peraturan daerah tersebut justru banyak mengatur masalah kenaikan honor dan tunjangan pegawai PDAM Tirtanadi.
Tidak hanya itu sambungnya, dalam peraturan daerah itu juga tidak dimuat unsur menimbang dari undang-undang perlindungan konsumen yang seharusnya hak-hak konsumen atau pelanggan PDAM Tirtanadi harus dimuat untuk menjamin hak-hak konsumen sebagai pelanggan PDAM Tirtanadi. Dengan kata lain terangnya, peraturan daerah yang disahkan oleh DPRD Sumut sarat akan pesanan dan cacat demi hukum karena tidak menjamin hak-hak konsumen yang menjadi pelanggan PDAM Tirtanadi dan malah juntru membebani konsumen dengan biaya administrasi sebesar Rp3000 tiap bulannya.
“Dari sekian banyak anggota Komisi C DPRD Sumut yang dulunya menentang kebijakan administrasi tersebut, hanya tinggal satu anggota saja yang tetap menentang dan tidak menyetujui disahkannya peraturan daerah tersebut,” herannya.

Arwana Unik di Akuarium Distanla Medan

Teks Photo : Ikan Arwana Unik berbentuk seperti kuda bewarna silver putih bercahaya dipercaya membawa rezeki dan tolak bala bagi si pemelihara ikan aneh tersebut.

MEDAN Percaya atau tidak yang jelas ada ikan Arwana berbentuk unik seperti kuda, tak seperti ikan arwana lainnya, saking anehnya makanya tak guna heran bila Arwana warna Silver ini ditempatkan pada akuarium kantor Dinas Pertanian dan Kelautan (Distanla) Kota Medan di Jalan Bukit Barisan Pekan Labuhan dan bagi yang penasaran bisa kunjungi kantor dinas yang memang mengurusi soal ikan.
Anehnya ikan Arwana berbentuk kuda itu bila dilihat secara serius akan memantulkan cahaya yang dipercaya banyak orang merupakan cahaya pembawa rezeki, “saya pernah melihat cahaya yang keluar dari sisik ikan Arwana tak berapa lama saya mendapat tawaran kerja,”ungkap Roy, seorang pengunjung yang pernah melihat ikan aneh tersebut.
Tak sampai disitu, ikan Arwana aneh itu pembawa rezeki dan menolak bala petaka, terbukti ada orang bilang sejak ikan Arwana itu dipelihara pihak Dinas Perikanan Medan, Kadis Distanla Ir Wahid Msi semankin mendapatkan kedudukan dan jabatan rangkap tak hanya mengurusi masalah perikanan namun kini terpaksa mengurusi soal Pertanian dan Peternakan bahkan kasus yang menimpa pegawai perikanan bisa diselesaikan.
Cerita punya cerita, asal mulanya ikan Arwana itu sejak kecil memang dipelihara Darsono seorang pegawai Dinas Perikanan, “Dulu ikan arwana itu memang sengaja saya beli masih kecil namun entah kenapa setelah besar tiba-tiba bentuknya berubah seperti kuda, kemungkinan karena daya tarik badannya bengkok dan keluarkan cahaya itulah ikan tersebut sengaja diletakkan di akuarium,”Aku Darsono sembari berpikir tujuh kali akan menjual ikan aneh tersebut.


Batik motif Batak asal Medan merambah pulau Jawa

Medan Keindahan suatu batik tidak hanya hasil kerajinan pulau Jawa yang sudah terkenal sejak puluhan tahun silam. Tapi kini bagi pencinta batik bisa mengkoleksi asal Medan yang tak kalah indahnya dari daerah asal batik.
Berkat tangan Nurasyiah beralamat Jalan Bersama Tembung, kini Medan sudah mampu bersaing dalam hal kerajinan batik, padahal hasil kerajinan tersebut baru dimulai pada Februari lalu, bedanya batik tulis dari ranah Melayu ini diberikan nama ‘Batik Batak’. Alasan kenapa hasil kerajinan tangan ini diberi nama seperti itu, karena setiap motifnya kental dengan motif Batak.
Batik tulis buatan Medan memang belum begitu populer. Pasarannya masih terbatas. Tapi jika produk ini mengikuti pameran, pemesanan selalu saja ada. Yang memesan juga masih kalangan tertentu, misalnya instansi pendidikan seperti sekolah, instansi pemerintah, dan peminat batik. Untuk harga juga masih harga promosi, yakni Rp75.000 per pasang.
Jika dibanding dengan produk Jawa, seperti Pekalongan batik ini masih sedikit kurang bagus. Artinya secara teknis masih kalah, misalnya saja dari segi pewarnaan. Soalnya perajin batik di Medan tidak banyak.
Sementara
Ketua UKM Center
, Deny Faisal Mirza yakin produk Batik Medan bisa laku di pasar Jawa karena ciri khasnya. Mengenai bantuan dana, pihaknya bersama instansi, seperti Koperasi, Disperindag, dan juga BUMN bisa membantu. Menurutnya hanya tinggal pengembangan pemasaran saja. Produk ini juga bisa menjadi saingan produk Pekalongan yang selama ini didambakan para pebatik Indonesia. “Semua belajar dari nol. “Untuk memadankan warna masih kurang. Kalau di Pekalongan kan sudah bagus dan banyak yang ahli. Kita bisa unggul dari motif yang lain dari batik di Jawa,” ujarnya.


Pariwisata Sumut Perlu Diselamatkan
MEDAN Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Sumatera Utara Riadil Akhir Lubis, menyatakan Pariwisata Sumatera Utara harus bangkit dan perlu diselamatkan serta pantas menjadi idola masyarakat dan pemerintahan Sumut sebagai salah satu penyumbang Pendapatan Asli Daerah (PAD) serta Devisa negara terbesar dalam rangka pendongkrak perekonomian rakyat dan negara.

Hal tersebut diungkapkannya kepada Bisnis, menyikapi soal pariwisata di Sumatera Utara, baru baru ini. "Kalau tidak dari sekarang kapan lagi pariwisata Sumatera Utara akan menjadi primadona di Indonesia dan menjadi daerah tujuan wiasata bagi turis manca negara pada tahun 2010 nanti," ungkapnya.

Riadil juga mengatakan, dalam rangka pencapaian tersebut kiranya perlu sekali mendapat dukungan penuh secara nyata dari masyarakat, pelaku pariwisata,terutama adalah pemerintah Provinsi Sumatera Utara untuk menjadikan pariwisata idola masyarakat kita.

"Tapi semuanya tidak bisa juga tercapai kalau pers sebagai sosial kontrol pemerintah Sumatera Utara tidak melakukan perannya dengan baik dengan selalu menyampaikan informasi aktual dan benar tentang salah satu objek wisata di Sumatera Utara kepada masyarakat. Dengan adanya informasi pariwisata Sumatera Utara maka diharapkan masyarakat Sumatera Utara umumnya turis dari luar daerah kita bisa tahu tentang objek wisata yang pantas mereka kunjungi ketika berada di Sumut,"ujar Kepala Bappeda Sumut, Riadil Akhir Lubis.


Bangun Pariwisata Sumut, Pers Jadi Ujung Tombak

MEDAN Pers yang menjadi ujung tombak pemerintah dalam menjalankan roda pemerintahan di Sumatera Utara dalam rangka membangun pariwisata sangat diharapkan sekali berperan. Hal tersebut dikatakan Kepala Bappeda Sumut Ir Riadil Akhir Lubis MSi. menyoal kondisi pariwisata di Sumatera Utara.
"Tanpa adanya pemberitaan dari pers itu sendiri maka tujuan pembangunan pariwisata Sumatera Utara tidak akan tercapai dengan baik. Dan pemerintah dalam hal ini Dinas Pariwisata Sumatera Utara tidak akan mampu bekerja dalam rangka peningkatan objek pariwisata itu sendiri," jelasnya.
Riadil mengakui, bahwa pengembangan pariwisata Sumatera Utara kerap mengadapi masalah dikarenakan pembangunan masih terfokus pada pengembangan objek fisik, objek pariwisata yang bersifat non-fisik.
Keterbatasan sarana dan prasarana penunjang (penyedian akses akomodasi,sarana angkutan), masyarakat yang berada didalam kawasan wisata belum ikut memiliki, perlunya ikon untuk pariwisata."Dan ke depannya Bappeda Sumut telah merencanakan pembangunan jalan menuju objek wisata sebagai salah satu untuk mempersingkat perjalanan mereka," urainya.

0 comments: