Senin, 17 Agustus 2009

Profile

Albert Kang: Iklan sebuah karya seni

Oleh: Darwinsyah Purba


Jalan menuju sukses begitu pahit tapi akan menghasilkan buah yang sangat manis hal tersebut benar-benar dirasakan salah satu pengusaha advertising sukses di kota Medan Albert Kang, Dirut PT Multigrafindo Mandiri. Berawal bekerja sebagai marketing iklan di sebuah suratkabar Bukit Barisan pada tahun 1978 dan di tahun 1987 dengan modal awal, menjual rumah untuk mendirikan perusahan advertising hingga sekarang.
Filosofi hidupnya, “Kejujuran, kepercayaan dan mengutamakan pelanggan” membawa bapak dari 3 orang anak ini ke gerbang sukses sebagai pengusahan iklan terkemuka. Namun, selain itu ternyata memiliki kecintaan terhadap seni, darah seni yang mengalir dalam tubuhnya dituangkan dalam sebuah produk iklan. Dan, Multigrafindo diambil dari hasil kreasi yang mandiri yang memiliki makna multi adalah warna dalam seni grafik. “Karena disini tempat pekerja seni,” ungkapnya.
Kepercayaan konsumen menjadikan PT Multigrafindo Mandiri Advertising berkreasi mengembangkan informasi promosi. Wujudnya, tahun 2000 pilihan pameran sebagai event promosi cukup efektif. Pusat pembelajaan dan hotel menjadi media. Dikemas dengan tema menyentuh masyarakat yakni Menara Expo ( 2001 ), Infotech ( 2002 ) dan masih banyak lagi event-event yang mampu menyedot banyak pengunjung dan transaksi yang sangat memuaskan peserta. Kreasi promosi terus mengalir menjadi yang pertama dan pelopor hadirnya TV Tron dan running Text di kota Medan sebagai media promosi elektronik yang efektif.
Kemasan promosi yang disediakan PT Multigrafindo Advertising berkembang dalam tatanan jasa penyelenggaraan undian promosi berhadiah. PT. Multigrafindo Advertising menyediakan jasa bentuk efektif penyelenggaraan undian promosi mulai dari pemilihan produk, promosi, perizinan, hadiah serta yang berhubungan dengan pajak undian.
Produk-produk PT. Multigrafindo Advertising ini menyebar dari kota Medan memasuki Wilayah tingkat II yang ada di propinsi Sumatera Utara. Lintas Antar Propinsi Sumatera Utara. Lintas Antar Propinsi juga dikerjakan PT. Multigrafindo Advertising menjawab kebutuhan konsumenya mulai dari propinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan Riau.
Produk iklan yang baik selain, memperhatikan estetika, kontruksi dan tata letak kota, bagaimana menggabungkan dengan seni sehingga akan melahirkan iklan dalam sebuah karya seni. Frame yang memiliki karya seni akan menghasilkan daya tarik bagi publik, kreator yang hebat akan menghasikan kreasi yang hebat dan berkualitas. Sampai dengan sekarang beliau sangat senang meninjau langsung ke lapangan, ia bias berjam-jam berada dilokasi memperhatikan produk iklan sangat indah tersebut. “Iklan adalah sebuah karya seni” ulangnya.

“Sebagai pengusaha advertising sudah seharusnya memperhatikan hal-hal tersebut dan satu hal lagi, kita siap menenerima kritikan dari orang lain karena kritikan apabila menjadi menjadi guru yang membuat jauh lebih pintar.” Pesannya dalam perbincangan informal dengan Bisnis.com dikantornya disela-sela kesibukan.

Di usia yang ke-49 tahun ini, ia berbagi pengalaman selain yang sudah dijabarkan di atas tadi, ia juga berpesan karena banyak tidak mengerti. oleh sebaba itu, kepada pengusaha advertising di kota Medan, sebagai perusahaan periklanan hendaknya memperhatikan letak arah mata angin, sebuah produk iklan seperti billboard jangan mengadab ke arah timur sebab, hal ini dapat membuat warna tidak dapat bertahan lama dan mengganggu orang-orang untuk melihatnya, sebaiknya mengadab ke utara. Dan, tetap mengkaji dan belajar dari buku-buku tentang iklan dan kontruksi sebuah iklan.

Phone : 061 - 786 7972 (Hunting) Fax : 061 - 787 1838, Medan www.multiadv.com






Syamsul Arifin: Birokrat berkarakter entrepreneur

oleh : Hambali Batubara

Syamsul Arifin, Gubernur Sumatra Utara 2008-2013 dikenal sebagai pribadi yang unik. Terkenal ramah, suka berguyon dan membantu. Tak jarang orang di sekitarnya terbahak-bahak mendengar leluconnya yang segar dan mengena, termasuk Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ketika beberapa kali berkunjung ke Sumut.
Pria yang lahir 25 September 1952 lalu di Medan, mengaku tidak begitu menyukai aturan protokoler sebagai mana berlaku bagi seorang pejabat. Hal ini terlihat di masa kepemimpinannya selama dua periode Bupati Kabupaten Langkat Sumut,1998-2003 dan 2003-2008 dan Gubernur 2008 hingga sekarang. Ia tidak segan menyambangi masyarakat dengan sepeda motor sendirian dipagi hari ketika masih berdinas di Kabupaten Langkat dan jarang berpidatosesuai dengan teks pidato dan tidak menyukai basa-basi terhadap orang yang menyampaikan maksud dan tujuannya.
Ketika terpilih menjadi Gubernur Sumut, dia mengingatkan para pegawai, kunci melayani masyarakat harus disiplin, baik waktu maupun tanggung jawab. Untuk melakukan perubahan di jajaran stafnya, ia mengatakan tidak perlu dengan teori-teori baris-berbaris atau outbond, tetapi hanya dengan menyentuh hatinya agar bekerja lebih giat.
Syamsul saat baru terpilih menjadi Gubernur berpasangan dengan Gatot Pujo Nugroho sebagai wakilnya berjanji untuk lebih dekat dengan rakyatnya dengan membuka kantornya di Jalan Diponegoro sebagai rumah rakyat, sehingga siapa pun bisa bertandang ke sana.
Ia juga akan menyambangi setiap kabupaten/kota untuk menggerakkan roda pembangunan di Sumut. "Dalam sebulan saya hanya akan berkantor selama seminggu di Medan, dan sisanya saya akan berkeliling ke kabupaten/kota di Sumut," ujar Bapak tiga orang anak ini.
Menurut suami Hj. Fatimah Habibie mengatakan dirinya sekuat mungkin berusaha memenuhi janjinya ketika kampanye dulu sesuai dengan empat hal utama dalam misi dan visinya.
Keempat hal utama itu adalah mencegah masyarakat kelaparan dengan menggerakkan roda perekonomian; membuat rakyat tidak bodoh dengan meningkatkan kualitas pendidikan; membuat rakyat sehat dengan meningkatkan kesadaran akan pentingnya kesehatan; serta membuat rakyat memiliki masa depan dengan memberikan semangat berupa keyakinan untuk menatap masa depan yang lebih baik." Slogan saya waktu itu (kampanye), rakyat tidak bodoh, tidak lapar dan tidak sakit," kata Syamsul yang juga pernah menjabat anggota DPRD Langkat dari Fraksi Golkar selama dua periode, 1977-1987.
Pada peringatan ulang tahun Pemprov Sumut yang ke 61, Syamsul Arifin mengatakan performa pembangunan ekonomi yang dicapai Sumut 2008 sampai posisi Triwulan IV ekonomi Sumatra Utara mampu tumbuh hingga sebesar 6,97% atau lebih tinggi dari keadaan ekonomi Tahun 2007 yang tumbuh 6,90%. "Secara sektoral pertumbuhan ekonomi tahunan itu didorong oleh sektor jasa, sektor pengangkutan dan komunikasi serta sektor keuangan dan persewaan" jelas Syamsul Arifin.
Syamsul mengatakan pemerintahanya juga berhasil mengatasi dampak krisis ekonomi global yang terjadi diakhir 2008 lalu.Kendati jumlah tenaga kerja yang di PHK meningkat 1800 orang, tetapi mereka tidak menjadi pengangguran aktif, melainkan masuk ke sektor informal.

Vincent Wijaya: Komit majukan ekonomi daerah

oleh : Yusran Yunus

Bak air sungai mengalir begitu derasnya, demikian juga dengan Vincent Wijaya, salah satu pengusaha sukses Medan. Dalam kesibukannya mengendalikan beberapa perusahaan di bawah naungan PT.Juta Jelita Grup, dia masih saja meluangkan waktu untuk memikirkan kemajuan perekonomian daerah Sumut.
Apa yang dia lakukan? Saban hari ia melihat masih begitu banyak pengangguran dan orang miskin terlihat di beberapa sudut Medan, ibukota provinsi Sumut. Ada isyarat dari sanubarinya, ingin memberi yang terbaik untuk masyarakat kurang beruntung tersebut.

''Paling tidak dalam konteks ini, saya terus bertekad sampai kapan pun agar operasional perusahaan saya berjalan normal, sehingga beberapa orang yang menggantungkan hidupnya pada perusahaan saya, tetap bekerja normal,'' katanya satu ketika dalam beberapa kali perbincangan informal dengan Bisnis.com.
Eksportir udang ini menggarisbawahi beberapa masalah serius yang perlu diperhatikan pemerintah daerah se-Sumut. Salah satunya, bagaimana menjalankan otonomi daerah agar bermanfaat langsung terhadap peningkatan kesejahteraan rakyatnya.
Menurut pemilik Taipan Restoran yang berlokasi di Capital Building Medan ini, tujuan obyektif dari otonomi daerah diantaranya meningkatnya tingkat pendapatan dan kesejahteraan masyarakat setempat. Sayangnya dia tidak melihat hal itu tercapai.
''Yang saya amati selama beberapa tahun berjalan, otonomi daerah masih belum signifikan memberikan manfaat bagi masyarakat. Hal ini harus menjadi bahan evaluasi, tidak saja bagi pemerintah pusat maupun provinsi, tetapi juga bagi masing-masing pemda,'' ujarnya.
Di lain pihak, tutur dia, dunia usaha juga merasakan otonomi daerah belum terasa memberikan efek yang positif, bahkan dirasakan di saat otonomi daerah berjalan, high cost economy demikian menonjol.
''Tiap-tiap daerah otonom dalam sebuah provinsi, saling berlomba menggenjot meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD), tanpa melihat efek negatifnya terhadap dunia usaha.''
Baginya, otonomi daerah itu harus memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi semua kalangan, tidak hanya bagi pemerintah, tetapi lebih dari itu adalah meningkatnya pendapatan dan kesejahteraan rakyat. ''Salah satu rakyat itu kan pengusaha,'' ujarnya tersenyum.

Harry Sutanto: Bertekad jadikan Belawan pelabuhan international

oleh : Master Sihotang

Pelabuhan Belawan seiring waktu terus berbenah. Di bawah kepemimpinan Harry Sutanto, Dirut PT Pelindo I Medan bertekad menjadikan pelabuhan Belawan menjadi pelabuhan international, bukan pelabuhan pengumpan bagi Singapura dan Port Klang Malaysia yang selama ini dilakoni pelabuhan yang berada di Medan, Sumut itu.

Harry Sutanto, pria kelahiran Malang, Jawa Timur, 27 November 1957 adalah Alumni Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia pada 1996. Menurut penilaian ayah satu putri ini, sampai 25 tahun mendatang, belum ada pelabuhan di Sumatra yang mampu menandingi Belawan. Begitu hebatnya pelabuhan Belawan dimatanya.
Suami dari Endah Anggrowati yang mengikuti berbagai kursus kepelabuhan di dalam dan luar negeri itu, memang kembali diserahi pemerintah tugas menjadi Direktur Utama PT Pelindo I Medan periode 2009-2014, setelah sebelumnya Direktur Operasional (2004-2009) di Pelindo I Medan.
Mantan Direktur PT Jakarta International Container Terminal (PT JICT) periode 1999-2001 itu, tidak menduga bakal diangkat kembali untuk meneruskan jabatan nomor satu di pelabuhan nomor tiga terbesar di Indonesia itu.
Harry bertekad akan membawa Pelabuhan Belawan menjadi pelabuhan international sehingga ekportir dan importir bisa langsung mengapalkan produksinya tanpa harus melalui Singapura dan Malaysia.
Langkah-langkah yang dilakukannya untuk mewujudkannya adalah mengembangkan lapangan kontainer 100 hektare dengan menimbun laut. Kemudian, memperluas alur Pelabuhan Belawan dari 100 meter menjadi 200 meter, sehingga dapat dilalui dua kapal besar yang dapat keluar masuk dari dan ke dermaga sekaligus.
“Kendala saat ini adalah pendangkalan Belawan terlalu cepat sehingga harus dikeruk setiap tahun dengan biaya sedikitnya Rp30 miliar,” kata pria yang pernah menajdi manajer humas Pelindo II Jakarta.
Kalau pengembangan lapangan kontainer dan dermaga yang akan dimulai pada 2010 itu sudah selesai, menurut dia, Belawan akan menjadi pelabuhan internasional. Namun mewujudkan hal itu bukan perkara mudah.
Pelabuhan Belawan sudah terkenal dengan pelabuhan yang waktu tunggu kapal lama, peralatan minim, dan pelayanan masih belum dapat disejajarkan dengan pelabuhan internasional seperti Singapura, Hongkong, dan Port Klang, Malaysia. “Saya berobsesi selama kepemimpinan sampai 2014 Belawan sudah menjadi pelabuhan internasional, sehingga kapal-kapal besar mampu sandar di Belawan.”katanya.
Peluang untuk mewujudkan sudah ada setelah Islamic Development Bank (IDB) menyatakan komitmennya untuk mengucurkan dana memperluas dermaga dan lapangan penumpukan di Belawan. “Jika segera mendapatkan pembenahan dan melengkapi seluruh peralatan, maka sampai 2025 belum ada pelabuhan di Sumatra yang mampu menandingi Belawan.” ujarnya.
Selain itu, pihaknya sedang melakukan pembenahan non teknis seperti sumber daya manusia dan fasilitas dan prasarana pelayanan kepada pengguna jasa.Untuk menambah pemasukan, dia mengatakan mengurangi kerja sama operasional dengan pihak ketiga di Belawan yang selama ini sering kurang memberi arti bagi pemasukan perusahaan. Semua akan dikelola PT Pelindo I Medan, sehingga pemasukan semakin besar dan pemeliharaan peralatan mencukupi.”Kontrak kontrak kerja sama operasional (KSO) dengan sejumlah operator, kalau sudah habis tidak akan dilanjutkan,” terangnya.Operator tunggal yang sudah dimulai di Unit Terminal Peti Kemas (UTPK) Belawan tahun ini, menurut dia, sebagai salah satu bukti keseriusan manajemen PT Pelindo I Medan untuk membenahi pelayanan di Belawan.



0 comments: