This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions..

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions..

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions..

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions..

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions..

Sabtu, 08 November 2008

Surat-surat R.A Kartini Sebagai Catatan Sejarah

Oleh Mhd Darwinsyah Purba

Presiden Soekarno mengeluarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia No.108 Tahun 1964, tanggal 2 Mei 1964, yang menetapkan Kartini sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional sekaligus menetapkan hari lahir Kartini, tanggal 21 April, untuk diperingati setiap tahun sebagai hari besar yang kemudian dikenal sebagai Hari Kartini.

Hari Kartini, yang diperingati setiap tanggal 21 April, selalu di kenang dengan Lomba kebaya dan lagu “Ibu Kita Kartini,” demikianlah kenangan itu dirayakan. Dari tingkat sekolah-sekolah dasar sampai Sekolah Menengah Atas sudah menjadi agenda dan pemandangan tahunan. Peringatan dari tahun ke tahun yang statis, akhirnya timbul satu pertanyaan: apa yang kebanyakan orang ketahui tentang Kartini? Selain tentang tanggal kelahirannya pada 21 April 1879 di Jepara, bisa dipastikan khalayak juga tahu tentang surat-surat Kartini yang terkumpul dalam sebuah buku dan diberi judul “Habis Gelap Terbitlah Terang,” Judul buku kumpulan surat-surat Kartini kepada beberapa sahabatnya di Belanda ini memang sudah amat dikenal orang. Semacam pengetahuan umum yang wajib diketahui.

Namun sayangnya, kepopuleran “Habis Gelap Terbitlah Terang” di negeri ini bukan berarti telah banyak orang yang benar-benar mengetahui isi surat-surat Kartini. Padahal, apa makna peringatan Hari Kartini bisa dipahami semata-mata hanya dengan mengetahui buah-buah pikirannya dalam surat-surat tersebut. Apabila disurvei atas “tuduhan” ini. Memang, Sebagian besar perempuan dan seluruh bangsa Indonesia tidak banyak yang mengetahui atau pernah mendengar, apalagi membaca tentang buku kumpulan surat-surat Kartini “Habis Gelap Terbitlah Terang,” mengaku belum pernah membaca kumpulan surat Kartini. Bahkan ironisnya, hampir tidak pernah melihat "wujud" buku tersebut.

Surat-surat setelah Kartini wafat, Mr. J.H. Abendanon mengumpulkan dan membukukan surat-surat yang pernah dikirimkan R.A Kartini pada para teman-temannya di Eropa. Abendanon saat itu menjabat sebagai Menteri Kebudayaan, Agama, dan Kerajinan Hindia Belanda. Buku itu diberi judul “Door Duisternis tot Licht” yang artinya “Habis Gelap Terbitlah Terang”. Buku kumpulan surat Kartini ini diterbitkan pada tahun 1911. Buku ini dicetak sebanyak lima kali dan pada cetakan terakhir terdapat tambahan surat Kartini. Dalam bahasa Inggris, surat-surat Kartini juga pernah diterjemahkan oleh Agnes L. Symmers.

Terbitnya surat-surat Kartini, seorang perempuan pribumi, sangat menarik perhatian masyarakat Belanda dan pemikiran-pemikiran Kartini mulai mengubah pandangan masyarakat Belanda terhadap perempuan pribumi di Jawa. Pemikiran-pemikiran Kartini yang tertuang dalam surat-suratnya juga menjadi inspirasi bagi tokoh-tokoh kebangkitan nasional Indonesia.

Pemikiran
Pada surat-surat Kartini tertulis pemikiran-pemikirannya tentang kondisi sosial saat itu, terutama tentang kondisi perempuan pribumi. Sebagian besar surat-suratnya berisi keluhan dan gugatan khususnya menyangkut budaya di Jawa yang dipandang sebagai penghambat kemajuan perempuan. Dia ingin wanita memiliki kebebasan menuntut ilmu dan belajar. Kartini menulis ide dan cita-citanya, seperti tertulis: Zelf-ontwikkeling dan Zelf-onderricht, Zelf-vertrouwen dan Zelf-werkzaamheid dan juga Solidariteit. Semua itu atas dasar Religieusiteit, Wijsheid en Schoonheid (yaitu Ketuhanan, Kebijaksanaan dan Keindahan), ditambah dengan Humanitarianisme (Perikemanusiaan) dan Nasionalisme (cinta tanah air).

Surat-surat Kartini juga berisi harapannya untuk memperoleh pertolongan dari luar. Pada perkenalan dengan Estelle “Stella” Zeehandelaar, Kartini mengungkap keinginan untuk menjadi seperti kaum muda Eropa. Ia menggambarkan penderitaan perempuan Jawa akibat kungkungan adat, yaitu tidak bisa bebas duduk di bangku sekolah, harus dipingit, dinikahkan dengan laki-laki yang tak dikenal dan harus bersedia dimadu. Pandangan-pandangan kritis lain yang diungkapkan Kartini dalam surat-suratnya adalah kritik terhadap agamanya. Ia mempertanyakan mengapa kitab suci harus dilafalkan dan dihafalkan tanpa diwajibkan untuk dipahami. Ia ungkapkan juga tentang pandangan: Dunia akan lebih damai jika tidak ada agama yang sering menjadi alasan manusia untuk berselisih, terpisah, dan saling menyakiti. “... Agama harus menjaga kita daripada berbuat dosa, tetapi berapa banyaknya dosa diperbuat orang atas nama agama itu...”

Kartini juga mempertanyakan tentang agama yang dijadikan pembenaran bagi kaum laki-laki untuk berpoligami. Bagi Kartini, lengkap sudah penderitaan perempuan Jawa yang dunianya hanya sebatas tembok rumah dan tersedia untuk dimadu pula. Pada bab awal ini. Surat-surat Kartini banyak mengungkap tentang kendala-kendala yang harus dihadapi ketika bercita-cita menjadi perempuan Jawa yang lebih maju. Meski memiliki seorang ayah yang tergolong maju karena telah menyekolahkan anak-anak perempuannya meski hanya sampai umur 12 tahun, tetap saja pintu untuk ke sana tertutup.

Kartini sangat mencintai sang ayah. Namun ternyata, cinta kasih terhadap sang ayah tersebut juga pada akhirnya menjadi kendala besar dalam mewujudkan cita-cita. Sang ayah, dalam surat, juga diungkapkan begitu mengasihi Kartini. Ia disebutkan akhirnya mengizinkan Kartini untuk belajar menjadi guru di Betawi, meski sebelumnya tak mengizinkan Kartini untuk melanjutkan studi ke Belanda ataupun untuk masuk sekolah kedokteran di Betawi.

Keinginan Kartini untuk melanjutkan studi terutama ke Eropa memang diungkap dalam surat-surat. Beberapa sahabat penanya mendukung dan berupaya mewujudkan keinginan Kartini tersebut. Dan ketika akhirnya Kartini membatalkan keinginan yang hampir terwujud tersebut, terungkap adanya kekecewaan dari sahabat-sahabat penanya. Niat dan rencana untuk belajar ke Belanda tersebut akhirnya beralih ke Betawi saja setelah dinasehati oleh Nyonya Abendanon bahwa itulah yang terbaik bagi Kartini dan adiknya Rukmini.

Kemudian, pada pertengahan tahun 1903 saat berusia sekitar 24 tahun, niatan untuk melanjutkan studi menjadi guru di Betawi pun pupus. Dalam sebuah surat kepada Nyonya Abendanon, Kartini mengungkap tidak berniat lagi karena ia sudah akan menikah. “...Singkat dan pendek saja, bahwa saya tiada hendak mempergunakan kesempatan itu lagi, karena saya sudah akan kawin...” Padahal saat itu pihak departemen pengajaran Belanda sudah membuka pintu kesempatan bagi Kartini dan Rukmini untuk belajar di Betawi.

Pada saat menjelang pernikahan, terdapat perubahan penilaian Kartini soal adat Jawa. Ia menjadi lebih toleran. Ia menganggap pernikahan akan membawa keuntungan tersendiri dalam mewujudkan keinginan mendirikan sekolah bagi para perempuan bumiputra kala itu. Dalam surat-suratnya, Kartini menyebutkan bahwa sang suami tidak hanya mendukung keinginannya untuk mengembangkan ukiran Jepara dan sekolah bagi perempuan bumi putra saja, tetapi juga disebutkan agar Kartini dapat menulis sebuah buku. Mengenai Kartini ada satu hal menarik yang jarang dikemukakan pada publik. Dalam surat yang dikirim oleh R.A Kartini pada 27 Oktober 1902 kepada nyonya R.M.Abendanon-Mandri seperti yang dimuat dalam buku “Door Duisternis to Licht”

Karya-Karya
* Habis Gelap Terbitlah Terang
Pada 1922, oleh Empat Saudara, Door Duisternis Tot Licht disajikan dalam bahasa Melayu dengan judul “Habis Gelap Terbitlah Terang”; Buah Pikiran. Buku ini diterbitkan oleh balai pustaka. Armijn Pane, salah seorang sastrawan pelopor Pujangga Baru, tercatat sebagai salah seorang penerjemah surat-surat Kartini ke dalam “Habis Gelap Terbitlah Terang”.

Pada 1938, buku “Habis Gelap Terbitlah Terang” diterbitkan kembali dalam format yang berbeda dengan buku-buku terjemahan dari “Door Duisternis Tot Licht”. Buku terjemahan Armijn Pane ini dicetak sebanyak sebelas kali. Selain itu, surat-surat Kartini juga pernah diterjemahkan ke dalam bahasa Jawa dan bahasa Sunda. Armijn Pane menyajikan surat-surat Kartini dalam format berbeda dengan buku-buku sebelumnya. Ia membagi kumpulan surat-surat tersebut ke dalam lima bab pembahasan. Pembagian tersebut ia lakukan untuk menunjukkan adanya tahapan atau perubahan sikap dan pemikiran Kartini selama berkorespondensi. Pada buku versi baru tersebut, Armijn Pane juga menciutkan jumlah surat Kartini. Hanya terdapat 87 surat Kartini dalam “Habis Gelap Terbitlah Terang”. Menurut Armijn Pane, surat-surat Kartini dapat dibaca sebagai sebuah roman kehidupan perempuan. Ini pula yang menjadi salah satu penjelasan mengapa surat-surat tersebut ia bagi ke dalam lima bab pembahasan.

* Surat-surat Kartini, Renungan Tentang dan Untuk Bangsanya
Surat-surat Kartini juga diterjemahkan oleh Sulastin Sutrisno. Pada mulanya Sulastin menerjemahkan ”Door Duisternis Tot Licht” di Universitas Leiden, Belanda, saat ia melanjutkan studi di bidang sastra tahun 1972. Salah seorang dosen pembimbing di Leiden meminta Sulastin untuk menerjemahkan buku kumpulan surat Kartini tersebut. Tujuan sang dosen adalah agar Sulastin bisa menguasai bahasa Belanda dengan cukup sempurna. Kemudian, pada 1979, sebuah buku berisi terjemahan Sulastin Sutrisno versi lengkap “Door Duisternis Tot Licht” pun terbit.

* Letters from Kartini, An Indonesian Feminist 1900-1904
Buku lain yang berisi terjemahan surat-surat Kartini adalah Letters from Kartini, An Indonesian Feminist 1900-1904. Penerjemahnya adalah Joost Cote. Ia tidak hanya menerjemahkan surat-surat yang ada dalam “Door Duisternis Tot Licht versi” Abendanon. Joost Cote juga menerjemahkan seluruh surat asli Kartini pada Nyonya Abendanon-Mandri hasil temuan terakhir. Pada buku terjemahan Joost Cote, bisa ditemukan surat-surat yang tergolong sensitif dan tidak ada dalam “Door Duisternis Tot Licht” versi Abendanon. Menurut Joost Cote, seluruh pergulatan Kartini dan penghalangan pada dirinya sudah saatnya untuk diungkap. Buku “Letters from Kartini, An Indonesian Feminist” 1900-1904 memuat 108 surat-surat Kartini kepada Nyonya Rosa Manuela Abendanon-Mandri dan suaminya JH Abendanon. Termasuk di dalamnya: 46 surat yang dibuat Rukmini, Kardinah, Kartinah dan Soematrie.

* Panggil Aku Kartini Saja
Selain berupa kumpulan surat, bacaan yang lebih memusatkan pada pemikiran Kartini juga diterbitkan. Salah satunya adalah Panggil Aku Kartini Saja karya Pramoedya Ananta Toer. Buku Panggil Aku Kartini Saja terlihat merupakan hasil dari pengumpulan data dari berbagai sumber oleh Pramoedya.

* Kartini Surat-surat kepada Ny RM Abendanon-Mandri dan suaminya
Akhir tahun 1987, Sulastin Sutrisno memberi gambaran baru tentang Kartini lewat buku Kartini Surat-surat kepada Ny RM Abendanon-Mandri dan suaminya. Gambaran sebelumnya lebih banyak dibentuk dari kumpulan surat yang ditulis untuk Abendanon, diterbitkan dalam “Door Duisternis Tot Licht”.

*Aku Mau... Feminisme dan Nasionalisme.
Surat-surat Kartini kepada Stella Zeehandelaar 1899-1903: Sebuah buku kumpulan surat kepada Stella Zeehandelaar periode 1899-1903 diterbitkan untuk memperingati 100 tahun wafatnya. Isinya memperlihatkan wajah lain Kartini. Koleksi surat Kartini itu dikumpulkan Dr Joost Coté, diterjemahkan dengan judul “Aku Mau ... Feminisme dan Nasionalisme”. Surat-surat Kartini kepada Stella Zeehandelaar 1899-1903. "Aku Mau ..." adalah moto Kartini. Sepenggal ungkapan itu mewakili sosok yang selama ini tak pernah dilihat dan dijadikan bahan perbincangan. Kartini berbicara tentang banyak hal: sosial, budaya, agama, bahkan korupsi.

Penghargaan
Kartini di Belanda dijunjung tinggi sebagai pejuang emansipasi di Hindia-Belanda dulu sampai sekarang. Pemda Den Haag di tahun 2007 ini spesial menyediakan tropi Kartini untuk perorangan/organisasi di Den Haag yang berjuang dalam bidang emansipasi ala Kartini dulu. Kartini-Tropi tahun 2007 ini diberikan kepada wanita Maroko bernama Rahma El Hamdaoui yang berjuang membela emansipasi di sebuah kampung bernama Schilderswijk di Den Haag.

Penutup
Perempuan Indonesia di abad modernisasi ini yang materialistis dalam memandang dagelan hidup, sungguh berbeda dengan perempuan Anak pertama dan sekaligus terakhirnya, RM Soesalit, lahir pada tanggal 13 September 1904. yang wafat pada usia 25 tahun. Perempuan yang dimakamkan di Desa Bulu, Kecamatan Bulu, Rembang. Datang dari kelas menengah atas ini, Indonesia masih dipenuhi oleh buruh-buruh kecil tanpa pendidikan yang menulis di remang-remang lampu teplok di pemukiman kumuh. Di sanalah tersisa pergulatan Kartini pada abad ke-21 di era yang masih terpingit di tengah hiruk-pikuk persilangan global-lokal berjuang setengah mati dan penuh peluh dalam memperjuangkan emansipasi kaumnya..

Sebagian dari mereka punya kesempatan mengaktualisasikan diri melalui komunitas buruh atau komunitas sastra, sebagian besar tak punya akses untuk membuat suaranya terdengar. Bagaimana mereka menyikapi proses-proses peluasan atau penyempitan ruang gerak dalam otonomi daerah, dalam tatanan ekonomi global, dalam kekerasan berbasis budaya maupun ideologi? Siapa akan mendengar mereka? Masih banyak Kartini-Kartini yang bahkan belum bisa menemukan suara mereka. Berapa harga yang harus mereka bayar untuk bersuara dan siapa yang akan menanggungnya? Siapa yang lagi yang peduli dengan kaumnya, kalau tidak bukan kaumnya sendiri………

Novel “Laskar Pelangi” Antara Budaya dan Sastra


Oleh Mhd Darwinsyah Purba

“Tidak pernah ada yang bisa mengalahkan kekuatan cinta yng murni dan tulus, cinta yang mendalam menebar energi positif yang tidak hanya mengubah hidup seseorang, tetapi juga menerangi kehidupan orang banyak”. (potongan puisi yang tertera di cover novel).

Dunia perbukuan Indonesia belakangan ini dimarakkan oleh munculnya penulis-penulis baru yang berprestasi melahirkan karya-karya bestseller. Satu dari sekian penulis tersebut adalah Andrea Hirata, seorang pria asal Belitong yang mengisahkan perjalanan hidupnya dalam novel tetralogi Laskar Pelangi. novel ini merupakan karya fenomenal dari pria yang mengaku belum pernah sekalipun menulis suatu karya sastra sebelumnya. Penjualan buku ini benar-benar mengagumkan. Sejak diterbitkan pertama kali pada September 2005 sampai Oktober 2007, buku ini telah dicetak ulang sepuluh kali dan berhasil mendapat penghargaan “Indonesia most powerful book”.

Alur cerita Laskar Pelangi sangat inspiratif, novel ini mampu mengobarkan semangat mereka yang selalu dirudung kesulitan dalam menjalani blantika pendidikan di mana tokoh-tokoh didalamnya adalah manusia sederhana, jujur, tulus, gigih, penuh dedikasi, ulet, tawakal dan takwa yang dituturkan secara indah.

Selami ironisnya kehidupan mereka, kejujuran pemikiran mereka, indahnya petualangan dan temukan arti kita tertawa, menangis dan terseduh ketika kita membaca setiap lembar bukunya. Ketika membacanya seolah menemukan Gabriel Garcia Marquez, Nicolai Gogal atau Alan Lighman ia seperti trance menulis “Laskar Pelangi” dengan kadar emosi demikian kental, bertabur metafora penuh pesona, deskripsi yang kuat, filmis ketika memotret lanskep dan budaya yang dikerjakan dalam kurun waktu tiga pekan.

Budaya Melayu Belitong
Ia menceritakan tentang orang-orang Melayu yang memiliki pribadi yang sederhana yang memperoleh kebijakan Melayu dari para guru mengaji dan orang-orang tua di Surau sehabis shalat maghrib. Kebijakan yang disarikan dalam hikayat para Nabi, kisah Hang Tuah dan rama-rama gurindam. Ras Melayu Belitong adalah ras tertua Malay atau Melayu dikenal Albert Buffon sejak lampau ketika ia mengidentifikasikan ras-ras besar kaukasia, Negroid dan Mongoloid. Meskipun banyak antropolog berpendapat bahwa ras Melayu Belitong tidak sama dengan ras Malay seperti yang diungkapkan oleh Buffon dengan kata lain mereka sebenarnya bukan orang Melayu. Kenapa?

Pertama, karena orang-orang Belitong tidak paham akan hal itu dan kedua, karena mereka tidak memiliki semangat primordialisme. Bagi kebanyakan pendapat bahwa orang-orang sepanjang pesisir selat Malaka sampai Malaysia adalah Melayu, atas dasar ketergilaan mereka pada irama semenanjung, dentaman rebana dan pantun yang sambut menyambut bukan atas dasar bahasa, warna kulit, kepercayaan atau struktur bangunan tulang belulang. Melayu Belitong adalah ras egalitarian.

Seperti ikan yang hidup dalam akuarium, senantiasa lupa akan air, begitu pula Melayu Belitong. Sekian lama hidup berdampingan dengan orang sawang tidak menyadari bahwa mereka seperti orang Aborigin. Kulit gelap, rahang tegas, mata dalam, pandangan tajam. Bidang kening yang sempit, struktur tengkorak seperti suku Teuton dan bermbut kasat lurus seperti sikat.

Melayu Belitong seperti terisolasi karena mereka tinggal di sebuah pulau kecil dikelilingi Samudra sementara tidak semua peta memuat pulau ini. Satu-satunya akses suku ini kepada dunia luar adalah melalui sebuah pintu baja setebal 30 sentimeter bagi orang Belitong, pintu baja itu adalah tabur pemisah kehidup jahiliyah dan dunia moderen dan sekaligus laksana teropong kapal selam yang timbul untuk mengolok-olok dunia luar.

Pintu baja tulun itu menutup sebuah ruangan sempit rahasia yang menyimpan benda-benda keramat berwarna-warni. Ruangan ini disebut Kluis dan merupakan bagian utama dari sebuah kantor peninggalan Belanda. Jika pintu ini ditutup maka orang Melayu Belitong merasa bahwa di dunia ini tuhan yang menciptakan mereka dan bumi berbentuk lonjong. Kluis adalah jendela alam semesta bagi suku Melayu Belitong oleh karena itu Kluis sangat penting dan kuncen (penjaga pintu) bukan orang sembarangan di dunia ini hanya ia dan tuhan yang tahu kombinasi sebelas digit nomor benteng pertama Kluis setelah memutar kombinasi itu ia harus melalui tiga tahapan lagi untuk membukanya: Pertama, ia harus memasukan dua kunci dan memutarnya setengah lingkaran secara bersamaan, Kedua, ia kembali memasukan sebuah anak kunci besr yang harus diputar dengan kedua tangan karena harus cukup tenaga untuk membalikan enam buah batangan baja murni sebesar lengan dewasa dari pengekatnya. Inilah tuas kunci utama Kluis. Dan yang ketiga, setelah pintu besi 30 sentimenter itu terbuka ternyata masih ada lagi pintu besi jeruji yang dikunci dengan gembok tembaga selebar telapak tangan.

Sastra yang jujur dan sederhana
Andrea Hirata selain unsur budaya disisipkan ke dalam novelnya, ia juga tidak lupa memasukan beberapa unsur sastra yang begitu jujur, sederhana dan penuh makna bagi pembaca, yang merupakan sebuah perasan jiwa yang sedang jatuh cinta serta rasa cintanya kepada sang pencipta.

Aku Bermimpi Melihat Surga
Sungguh malam ketika di pangkalan punai aku mimpi melihat surga
Ternyata tidak megah, hanya sebuah istana kecil di tengah hutan
Tidak ada bidadari seperti disebutkan di kitab-kitab suci
Aku meniti jembatan kecil
Seorang wanita berwajah jernih menyambutku
“inilah surga” katanya
Ia tersenyum, kerling matanya mengajakku menengadah
Seketika aku terkesiap oleh pantulan sinar matahari senja
Menyirami kubah-kubah istana
Mengapa sinar matahari berwarna perak, jingga dan biru?
Sebuah keindahan yang asing
Di istana surga dahan-dahan pohon ara menjalar kedalam kamar-kamar
Sunyi yang bertingkat-tingkat
Gelas-gelas kristal berdenting dialiri air zamzam
Menebar rasa kesejukan
Bunga Petunia ditanam di dalam pot-pot kayu
Pot-pot itu digantungkan pada kosen-kosen jendela tua berwarna biru
Di beranda, lampu-lampu kecil disembunyikan dibalik tilam
Indah sekali sinar memmancarkan kedamaian
Tembus membelah perdu-perdu di halaman
Sunyi begitu sepi’
Tapi aku ingin di sini
Karena ku ingat janjimu tuhan
Kalau akau datang dengan berjalan
ENGKAU akan menjemputku dengan berlari-lari. (Bab XVI, hal: 181-182)

“Demikian berlangsung beberapa bulan, setiap Senin pagi aku dapat menjumpai belahan jiwaku, hanya hati ini yang bicara melalui kuku-kuku yang cantik, tidak ada perkenalan, tidak ada tatap muka, tidak ada rayuan dan tidak ada pertemuan, cinta kami adalah cinta yang bisu, cinta yang sederhana dan cinta yang sangat malu tapi indah, indah sekali tak terperikan”. (Bab XX, hal: 252)

Bunga cinta Krisan
A ling, lihatlah ke langit
Jauh tinggi di angkasa
Awan-awan putih yang beranak itu
Aku mengirim bunga-bunga Krisan untukmu.(Bab XX, hal: 257)

Rindu
Cinta benar-benar telah menyusahkanku
Ketika kita saling memandang saat sembayang rebut malamnya
Aku tak bisa tidur karena wajahmu tak mau pergi dari kamarku
Kepala pusing sejak itu
Siapa dirimu...?
Yang berani merusak tidur dan selera makanku?
Yang membuat melamun sepanjang waktu
Setiap malam aku bersyukur kita telah bertemu
Karena hanya padamu, aku akan merasa rindu.....
A Ling.....(Bab XXI, hal: 280-281)

Novel “Laskar Pelangi” yang imajinatif apabila dibaca akan dapat menjadi sumber inspirasi bagi generasi bangsa Indonesia yang kini sudah terinfeksi nilai-nilai budaya eropa, berbaur menjadi sebuah tradisi atau budaya baru yang memilukan. Hingga kini sebagian generasi kita telah kehilangan budayanya sendiri artinya generasi kita sekarang sebagian besar tidak berbudaya alias bertopeng dengan budaya bangsa lain sementara bangsa lain begitu mengagumi budaya Indonesia yang beranekaragam.

Sebuah novel yang memadukan semangat seorang pejuang yang sedang meniti pengetahuan demi masa depannya, dengan tidak lupa menambahkan unsur penting dalam menulis sebuah novel yaitu budaya dan sastra agar nilai estetika dan pendidikan tetap tertanam dalam sebuah karya-karya tulis karena hal ini yang akan menjadi nilai plus dalam sebuah tulisan.

Apabila anda seorang berbudaya dan mencintai sastra anda harus membaca novel “Laskar Pelangi” sebagai tolak ukur anda dalam menjalani kehidupan berbangsa dan bernegara agar generasi kita selanjut tidak terjebak dalam sebuah lembah budaya yang tidak memliki nilai apapun.

Prosesi Pernikahan Masyarakat Aceh

WASPADA ONLINE
Oleh Mhd Darwinsyah Purba

Prosesi pernikahan budaya Aceh tidak bisa dipisahkan antara syariat agama (Islam) dengan adapt istiadat; Hukom ngon adat lagee zat dengan sifeut yang berarti hukum dan adat bagaikan zat (Allah) yang dan sifat-Nya. Proses nikah menurut Qanun Al-Achiy, menetapkan bahwa bagi setiap pemuda yang hendak menikah dituntut memilih gadis/calon istri menurut pilihannya. Kemudian dia sampaikan kepada keluarganya agar orang tuanya mengutus orang tua gampong untuk mendatangi rumah si gadis (dengan membawa emas pertunanangan) untuk melakukan pelamaran dengan tatacara yang santun sesuai budaya Aceh.

Orang tua/wali dan keluarga dari calon dara baro (calon isteri) mempertimbangkan untuk mengabulkan lamaran nikah dari pihak calon linto baro (calon suami). Jika tidak ada aral melintang (seperti belum menerima lamaran dari pemuda lain), mereka dapat memutuskan untuk mengabulkan atau menolak lamaran tersebut secara santun. Bila ternyata lamaran linto tidak diterima, mereka pandai dalam menenangkan hati pelamar. Bahkan dapat mencari alternatif lain yang membuat pihak pelamar tidak tersinggung. Namn jika lamaran diterima, maka pihak calon linto mengirin seunangke (utusan) untuk langkah perencanaan nikah selanjutnya, sehingga dapat dilangsungkan sampai menuju ke pesta pernikahan (walimatul ursyi).

Jika si pihak wali calon isteri, ternyata mungkir di kemudian hari dalam masa sebelum akad nikah dilangsungkan, maka pihak Isteri harus membayar dua kali harga pertunanagan. Dan bila hal itu datangnya dari pihak suami, emas tunangan yang telah diberikan tidak boleh diambil kembali. Hal ini bertujuan agar kedua pihak Tidak mudah mengingkari kesepakatan semula. Sehingga siapa yang mamatuhui perjanjian akan dimenangkan, sedang yang tidak ata ingkar akan menerima hukuman (denda) adat yang berlaku. Konsep hukum inilah yang turut membawa Aceh pada puncak kejayaannya pada masa silam (1607-1636).

Melamar
Keluarga pria yang akan melamar seorang gadis, mengutus seorang penghubung yang disebut seulangke, bila pihak keluarga wanita menerima lamaran tersebut maka pihak keluarga pria mengantarkan tanda ikatan yang disebut ranub kong baba. Tanda ikatan ini biasanya berupa barang-barang yang terbuat dari emas dan pakaian untuk si gadis. Keluarga kedua belah pihak kemudian menetapkan pula hari perkawinan dan jumlah mas kawin yang harus diberikan oleh pihak lelaki. Mas kawin ini disebut jeunameu.

Persiapan Perkawinan
Menjelang pernikahan, sang gadis dipingit selama satu bulan. Selama itu pula sang gadis dibimbing cara-cara berumah tangga, juga dianjurkan agar tekun mengaji. Dua hari sebelum pernikahan, pihak keluarga wanita mengadakan upacara mandi dengan air bunga bagi sang gadis. Hal ini dimaksudkan sebagai pembersih dosa bagi calon pengantin wanita, di samping sebagai pengharum badan. Setelah itu, pihak keluarga wanita mengadakan pula upacara koh andam, yaitu upacara membersihkan anak rambut ditengkuk, dahi dan merapikan alis mata, juga menginai kuku-kuku menjadi merah dan memerahkan bibir dengan memakan sirih.

Upacara Pernikahan
Sebelum upacara pernikahan dilangsungkan, calon pengantin perempuan atau dara baru akan memperlihatkan kemampuannya menamatkan pembacaan kitab suci Al- Quran. Kemudian, ayah kandung calon pengantin perempuan memimpin upacara pernikahan atau ijab kabul. Setelah itu, Pihak keluarga Pengantin Pria menyerahkan jeunameu atau mas kawin berupa sekapur sirih, seperangkat kain baju adat, dan emas paun. Emas paun adalah uang emas kuno seberat 100 gram. Sebelum kedua mempelai dipersandingkan di pelaminan, keluarga mengadakan upacara menginjak telur yang dilakukan oleh pengantin lelaki.

Peusejeuk
Menurut Cut Fatimah, 89, kelahiran Lhosukhon-Aceh Utara yang masih memiliki garis keturunan dari Ulee Balang Aceh Utara; “Ritual puesejeuk adalah salah satu ritual pernikahan Aceh, ritual ini mirip dengan ritual tepung tawar Namun peusejuek ini berbeda dengan tepung tawar walaupun secara pelaksanaannya hampir sama. Hanya daun yg digunakan daun peusejeuk yang tumbuh di tanah Aceh”.

Beliau menambahkan, ritual ini mempercayai sampeuna-sampeuna (kekuatan-kekuatan) yang ada dalam daun-daun, tumbuhan-tumbuhan yang tahan lama, air, beras, padi, gula dan garam. Bukankah kepercayaan ini ada kaitannya dengan kepercayaan dinamisme bahwa dalam benda-benda ada kekuatan-kekuatan dan keselamatan manusia tergantung pada kekuatan-kekuatan yang ada dalam benda tersebut, maka untuk selamat perlu mengadakan suatu upacara yang beguna memindahkan kekuatan/sampeuna itu kepada manusia itu sehingga ia memberi keselamatan kepada kedua mempelai-Red.

Busana Pernikahan
Pakaian upacara adat Aceh dengan tata warna dan corak-corak sulaman benang emas yang khas. Sulaman khusus pada latar hitam untuk baje meukasah (jas), sarung songket pinggang pria (ija lamgugap) dan wanita (ija pinggang). Detail kopiah mukeutop Aceh Besar dan pinggir krah boy meukasah yang dihiasi dengan corak sulaman emas. Detail hiasan-hiasan dada, pinggang dan tangan pada busana wanita (Dara baro), terdiri atas memakai celana panjang cekak musang, baju kurung sampai pinggul, dan kain sarung. Perhiasan berupa kalung yang disebut kula, pending, gelang tangan, serta gelang kaki, kaluny bahru (leher). taloesusun Ihee (dada) dan taloe keuing (pinggang). Pergelangan tangan dihias oleh yleung pucok reubany (gelang pucuk rebung).

Novel “Laskar Pelangi” Menuju Layar Lebar

Oleh MHD Darwinsyah Purba, S,Sos

Setelah novel “Ayat-ayat cinta” sukses di layar lebar yang telah menghipnotis 3,5 juta penonton di Indonesia. Novel “Laskar Pelangi” yang telah penghargaan “Indonesia most powerful book”. Bakalan dibuat sekuel film layar lebar. Dunia perfilman seperti mulai dewasa dan mulai tidak memanjakan penontonya dengan jenis film berbau mitos, komedi serta horor. Mereka mulai mengangkat cerita-cerita yang diadaptasi dari sebuah novel yang memiliki unsur budaya, sastra dan pendidikan.

Hal ini merupakan sebuah inovasi bagi insan film untuk membangun jiwa generasi Indonesia muda yang telah dimatisurikan oleh budaya eropa. Dengan adanya sebuah film yang mengandung unsur budaya, sastra dan pendidikan mungkin dapat membendung budaya luar tersebut. Agar di generasi yang selanjutnya tidak lagi terjebak di dalam lembah budaya bangsa lain.

Menurut rencana film ini akan mengambil lokasi syuting di tempat kejadian aslinya yaitu pulau Belitong-Sumatera. Sebagai produser film ini ialah Mira Lesmana dan di sutradrai oleh sutradara film GIE yaitu Riri Riza. Novel “Laskar Pelangi” karya Andrea Hirata telah memberi suasana baru di dunia sastra kita sekarang. Begitu santun, jujur dan sederhana. Di “Laskar Pelangi” (LP), begitu kental, bertabur metafora penuh pesona, deskripsi yang kuat, filmis ketika memotret lanskep dan budaya. Casting sudah dimulai sejak Desember 2007 kemarin dan diharapkan akan mulai shooting pada Mei 2008 serta diharapkan rilis pada bulan Lebaran. film “Laskar Pelangi” ini tertera moral yang terdapat dalam kisah ini ingin mereka sebar kepada seluruh penonton di Indonesia.

Andrea menceritakan kisah hidupnya sendiri bersama teman-temannya ketika masa-masa menikmati pendidikan dasar di daerah pelosok Pulau Belitong, daerah yang sebenarnya merupakan penghasil timah terbesar nasional. Sekawanan anak manusia itulah yang mereka namakan sendiri sebagai laskar pelangi, karena kesukaannya pada fenomena pelangi yang mereka nikmati di atas pohon Filicium.

Laskar Pelangi berkisah tentang sepuluh anak kampung yang tinggal di Belitung, Sumatra dimana mereka sekolah di sebuah Sekolah Dasar yang bangunannya sudah hampir hancur yang juga merupakan kandang hewan ternak. Sekolah itu sempat hampir ditutup oleh pemerintah dikarenakan jumlah murid yang sangat minim, tidak sampai sepuluh. Mereka agak kesulitan dalam memilih pemain film ini karena harus disesuaikan dengan wajah aslinya serta karakternya.

Ceritanya mengalir dimulai dari hari pertama penerimaan murid baru SD Muhammadiyah, sebuah sekolah swasta yang digambarkan dengan bangunan seperti kandang ayam yang terdiri dari seorang kepala sekolah dan seorang guru untuk 9 tingkat sekolah (SD dan SMP), akhirnya berhasil memenuhi target jumlah minimal 10 siswa sehingga sekolah tidak dibubarkan. Karena semata-mata sekolah itu gratis Dan hari-hari petualangan LP mulai menarik dinikmati, dengan karakteristik anak-anaknya yang unik.

Misalnya, seorang anak pesisir bernama Lintang, yang mewakili adegium bahwa kecerdasan bisa terlahir di mana saja, tidak melihat status sosial dan geografis. Kemudian Mahar, dengan kemampuannya berhasil mendalami dan mengaktualisasikan bahasa seni dari alam sekitarnya. Dan keduanya seperti perpaduan Yin-Yang, mampu menciptakan keseimbangan dinamis yang mengangkat posisi sekolahnya menjadi terpandang di Belitong.

Hal yang paling kuat disampaikan dalam novel ini, bahwa dibutuhkan keteguhan, ketekunan, keinginan dan kerja keras untuk mewujudkan cita-cita. Keterbatasan yang dimiliki, tetap akan menumbuhkan kebahagiaan bila dimaknai dengan keihlasan berkorban untuk sebanyak-banyaknya memberi, bukan menerima. Kita juga dihadapkan pada banyak perjuangan manusia dengan segala keterbatasannya, sangat menghargai pendidikan.

Tidak sedikit potret kehidupan yang ditampilkan novel ini. Kesahajaan seorang guru, Bu Mus, yang benar-benar layak digugu dan ditiru. Atau kebijaksanaan sang Kepala Sekolah, Pak Harfan. Kesenjangan pendidikan di daerah-daerah pelosok negeri ini, ketidakadilan yang harus menenggelamkan potensi kecerdasan anak bangsa dan kehidupan sosial masyarakat Pulau Belitong, sebuah gambaran paradoks pemerataan pembangunan.
Kisah Asmara gaya anak ingusan, keberanian dan keingintahuan yang besar menjadi feature dalam cerita ini. Andrea sendiri sengaja mengeksplorasi pengetahuan hayati, sehingga kita disajikan dengan banyak kiasan menggunakan bahasa tumbuhan, yang di satu sisi memperkaya kosakata.

Novel LP Dari jenisnya, bisa dimasukan dalam deretan novel realis, hampir sejalan misalnya dengan cerita fiksi yang disandarkan pada kisah nyata atau sejarah. Dan bagi penulis pemula, sebuah karya akan mudah lahir bila alur ceritanya memiliki ikatan emosional kuat dengan pengarang. Pun demikian dengan Andrea. Sehingga kelemahan seorang pengarang pemula yang terjebak pada ketidakjelasan alur dan muatan cerita, gaya bahasa serta kemampuan deskriptif banyak tertutupi karena Andrea seolah-olah hanya memindahkan pengalamannya ke dalam LP.

Akhirnya, “Laskar Pelangi” layak dibaca siapa saja, tidak hanya penikmat sastra, tapi juga penggiat atau stakeholder pendidikan. Dan khasanah cerita kita, akan semakin bermakna dengan kehadiran “Laskar Pelangi” ini. Bagi penikmat novel amda harus membacanya. Tapi, bagaimana dengan filmnya apakah dapat mengimbangi film fenomena “Ayat-ayat Cinta”...?

Ketika Kaum perempuan Menulis

Sunday, 18 November 2007
WASPADA Online

Oleh MHD Darwinsyah Purba, S,Sos


Kaum hawa biasa mengeluarkan isi jiwanya kepada sahabat-sahabatnya. Ada sebagian kaum feminisme ini dalam menumpahkan perasahan ke diary sebagai tempat ternyaman dalam menuangkan isi hatinya, tanpa disadari ternyata banyak manfaat yang dipetik dari aktivitas tersebut selain aman, catatan harian dapat menjadi saksi sejarah bagi kehidupan di masa yang akan datang. Tanpa mereka sadari tuliasan-tulisan yang di gali dari perasaan tersebut dapat menjadi sebuah cerpen bahkan novel ataupun sebuah sejarah pribadi sampai dengan sejarah bangsa yang kelak di butuhkan bagi anak cucu kita.

Seperti R.A kartini lebih terkenal memperjuangkan kaum perempuan dibandingkan dengan Dewi Sartika, Laksamana Kemala Hayati, Cut Nyak Dien dan Cristina Martha Tiahahu? Alasannya sederhana saja: Kartini terbiasa menulis diary. Terlepas aspek politisnya, Kartini memiliki bukti-bukti otentik dalam bentuk teks-teks surat yang beliau kirim lewat surat kepada temannya di luar negeri seperti ke Nyonya JH. Abendanon. Surat-surat ini kemudian dibukukan dan dapat dibaca oleh generasi ke generasi selanjutnya. Gagasan Kartini, lewat apa yang ditulisnya menjadi inspirasi banyak perempuan, mungkin kalau Kartini masih hidup, beliau tidak akan percaya coretan tangan yang jujur tersebut menjadi karangan ilmiah yang berpengaruh sekali bagi bangsa dan kaum perempuan di Indonesia.

Sang penulis klasikal, Alm. Bunda Hj. Ani Idrus yang banyak menyumbangkan karya-karyanya lewat pena dari kelembutan jemarinya yang melahirkan buku-buku yang berjudul; "Wanita Dulu, Sekarang dan Esok" (1984), "Menunaikan Ibadah Haji" (1953), "Terbunuhnya Indira Ghandi" (1984), "Sekilas Pers dan Organisasi PWI di Sumatera Utara" (1985) dan "Doa Utama dalam Islam" (1987). Yang memberi sumbangan bagi kaum perempuan yang idealisme. Dalam bukunya "Wanita Dulu, Sekarang dan Esok" mengatakan bahwa sejarah kesatuan pergerakan tanah air dan bangsa pergerakan perempuan Indonesia itu timbulnya justru pada waktu "Sumpah Pemuda" (28 Oktober 1928) hingga sekarang. Begitulah isi salah satu buku beliau yang imajinatif dan penuh semangat pejuang yang tinggi untuk menjadi seorang perempuan Indonesia. Dalam bukunya itu beliau juga menyebutkan mengenai "Panca Dharma Wanita" yang memaparkan bagaimana untuk menjadi seorang wanita, yaitu:
1.Wanita sebagai istri,
2. Wanita sebagai ibu rumah tangga
3. Wanita sebagai penerus/keturunan
4. Wanita sebagai ibu pendidik anak-anaknya
5. Wanita sebagai warga masyarakat.

Kini, penulis muda dari kaum hawa ini laksana jamur di musim hujan ikut berkreasi dan menyemarakkan tumpukan-tumpukan etalase toko-toko buku. Satu sisi hal ini sangat menggembirakan. Lonjakan karya-karya berupa buku dari penulis perempuan mencitrakan peningkatan melek huruf dan intelektualisasi. Sisi lain ada dari penulis-penulis perempuan itu membawa misi-misi tersendiri. Mereka menulis sebagai simbol pemberontakan tehadap ketidakadilan yang melingkupi dunia perempuan dalam perspektif kesetaraan peran dalam kehidupan.

Selain, banyak bentuk dan ragamnya namun mudah dikonsumsi publik, akhir-akhir ini dunia sastra mendapat respon baik dari khalayak. Karya-karya mereka berusaha menyaingi karya kaum laki-laki yang begitu berani tampil dengan mengeksplorasi vulgar dan seksualitas. Seperti Ayu Utami, Djenar Maesa Ayu, Dewi Lestari, Fira Basuki dll. Buku Supernova karya Dewi Lestari. Buku ini mengisahkan Diva, pelacur kelas kakap yang berkarakter mandiri, berwawasan luas, kritis, cerdas dan mempunyai pilihan hidup, tentu saja di dalamnya dibumbui "adegan bapak ibu," perselingkuhan dan sebagainya, hal ini menepis ketidakberdayaan tokoh perempuan yang banyak digambarkan sastra lama. Seakan-akan menunjukkan hargai pilihan hidup orang dan pekerjaan seorang pelacur adalah perkerjaan yang sangat terhormat.

Tak hanya sastra, tulisan pop (populer) misalnya komik, Teenlit dan Chicklit juga membanjiri dunia buku. Gaya tulisan ringan dan enak membuat bacaan ini digandrungi remaja. Pasalnya, isi buku pop itu tadak jauh-jauh dari propaganda kehidupan "gaul" bebas nilai. Buku-buku seperti ini sebenarnya cukup membahayakan stabilitas psikologis dan jati diri generasi muda.

Misalnya, novel-novel Helvy Tiana Rosa, Asma Nadia, Pipiet Senja dan lainnya. Konon tulisan-tulisan mereka banyak mengantarkan perempuan kepada hakekatnya kehidupan seorang perempuan. Penulis sekaligus pejuang Zainab Al-Ghazali juga rajin menggoreskan perjalanan hidupnya selama enam tahun di penjara lewat tinta semasa Pemerintahan Mesir Gamal Abdul Naser. Kisah dukanya yang menggugah hati siapapun yang membacanya. Kisah lara ini bisa dijumpai dalam bukunya yang berjudul: "Peran dan Tugas Wanita Muslimah atau Hari-hari dalam hidupku."

Zainab al-Ghazali adalah wanita luar biasa. Seperti Aisha Abd al-Rahman, tokoh asal Mesir ini begitu gigih memperjuangkan persamaan hak kaum perempuan berdasarkan keyakinannya, sesuai doktrin ajaran Islam yang benar. Oleh karenanya, sejarah mencatat Zainab lebih dikenal sebagai aktivis Islam ketimbang cendekiawan Islam. Dia lahir di wilayah Al-Bihira, Mesir pada 1917 dan merupakan keturunan dari kalifah kedua Islam, Umar bin Khattab dan Hasan bin Ali bin Abi Thalib.

Ketika masih berusia sangat muda, 10 tahun, Zainab Al-Ghazali telah memperlihatkan kepandaian dan kelancarannya dalam berbicara di depan umum. Dan sepanjang hidupnya, dia lantas membentuk dirinya sebagai orang yang berhasil belajar secara otodidak. Ambisinya yang kuat dan tekadnya yang membara, membuatnya maju untuk mencapai jenjang pendidikan tinggi, pada saat kaum wanita pada saat itu jarang yang mengenyam pendidikan karena dianggap tabu.

Al-Ghazali banyak dipengaruhi oleh pendiri Ihkwanul Muslimin, Syekh Hasan al-Banna. Ia memegang teguh pandangannya bahwa tidak ada konflik antara agama dan politik. Al-Ghazali adalah orang yang lantang mempertahankan syariah dan kerap menghadapi masalah dengan rezim Mesir pada saat itu, Presiden Gamal Abdul Naser. Dia mengalami hidup yang penuh siksaan dalam tahanan rezim itu. Penjara dan siksaan, tidak pernah mematahkan tekadnya bahkan membuatnya lebih kuat. Zainab Al-Ghazali meninggalkan warisan berupa perjuangan membela Islam dan reputasinya sebagai aktivis perempuan yang tanpa ragu melawan sekularisme dan liberalisme dan menggantikannya dengan nilai-nilai Islam.

Seorang penulis kelahiran tahun 1940 di Fez, Marokko perempuan yang terkenal, Dosen tetap dan guru besar Sosiologi di Universitas Mohammed V Rabat-Marokko dan Gelar Ph.D didapatkan di Universitas Brandels, Amerika Serikat tahun 1973, Fatima Mernissi, yang telah sekian lama merebut perhatian para aktivis perempuan dan peminat gender melalui buku-bukunya seperti Beyond the Veil: Male-Female Dynamic in Modern Moslem Society- yang aslinya adalah disertasi doktornya. Dari tulisan-tulisannya, sedikit atau banyak kita dapat menarik benang merah untaian pemikiran Mernisi sekitar feminisme: Yakni betapa gigihnya dia menelisik kekurangan-kekurangan yang ada pada pemerintahan Arab -yang menurutnya- bukanlah intrinsik karena doktrin agama. Namun, lebih karena agama itu telah dimanipulasi oleh orang yang berkuasa untuk kepentingan dirinya sendiri. Mernissi rela "mewakafkan" sebagian besar usianya untuk melakukan penggalian arkeologis dengan membuka-buka teks agama dan mengakrabi ruang-ruang perpustakaan. Dengan maksud, tentu saja, untuk membuktikan hipotesis dia tentang intervensi budaya patriarkhat dalam teks-teks sakral yang bersifat misoginis.

Misalnya kita lihat dalam karyanya "The Veil and Male Elite," (diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, "Menengok kontroversi Keterlibatan Wanita Dalam Politik," (Surabaya: Dunia Ilmu, 1997) yang kemudian ia revisi menjadi "Women and Islam: "A Historical and Theological Enquiry," (diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia: "Wanita dalam Islam," Bandung: Pustaka, 1994) dan seabrek buku lainnya. Ia pernah mengatakan, dengan menulis setiap hari kulit kita akan bercahaya dan kencang! Karena bisa jadi segala yang terpendam dalam benaknya terlampiaskan lewat tulisan sehingga bisa menjadi kita lebih fresh dan bergairah dalam hidup.

Bukan kelahiran, kehidupan, kematian dan kecantikan yang membuat kaum hawa dimuliakan serta dicintai oleh kaumnya namun akhlak yang baik, keringat, air mata, kesabaran, kelembutan hati yang diperjuangankan dengan konsisten yang dapat memuliakan kaum hawa. Oleh sebab itu mulailah dari hal-hal yang kecil karena suatu saat akan menjadi sesuatu hal yang besar, jangan ragu-ragu untuk menulis apapun itu sejak dini. Ingat pesan penulis yang ternama Harry Potter J.K Rowling, "Mulailah dengan menuliskan hal-hal yang kuketahui tulislah tentang pengalaman dan perasaanku sendiri."

TBSU Sebagai Wadah Seni dan Budaya

Sunday, 30 March 2008

WASPADA ONLINE
Oleh MHD DARWINSYAH PURBA

Letaknya yang strategis di Jln Perintis Kemerdekaan no.33 Medan, Taman Budaya Sumatera Utara (TBSU) yang berdiri tahun 1978 ini, tumbuh di antara hiruk-pikuk kota Medan. Di mana kegiatan utama TBSU adalah Mengadakan pembinaan dan pelatihan kesenian, Mengadakan eksperimen dan pergelaran kesenian, Mengadakan ceramah, workshop, temu karya dengan tema-tema kesenian, Melaksanakan pendokumentasian dan pengumpulan/penyebaran informasi seni. Dan ada beberapa even yang pernah diselenggarakan yaitu sabagai, Tuan Rumah PPSS IV Tahun 2000 dan Peserta Pameran Nusantara II 2002 di Galeri Nasional (Jakarta).

Berbagai kegiatan tersebut TBSU tanpa di sadari banyak melahirkan beberapa pekerja seni yang profesional dan dapat dibanggakan. TBSU merupakan wadah di mana para pekerja seni dapat mengekspresikan segala aktifitas dan kretifitas mereka.

Sebagai institusi pemerintah yang melakukan pembinaan dan pengembangan kesenian daerah, rutinitas kegiatan TBSU akan sangat mendukung masyarakat untuk memperoleh informasi sekaligus mengetahui bentuk-bentuk dan perkembangan seni budaya yang ada di Sumatera Utara. Melalui program berkelanjutan sepanjang triwulan I hingga triwulan IV diselenggarakan Pameran Rutin TBSU antara lain yaitu:

Pameran Rutin, Publikasi dan Promosi Seni
Sebagai institusi pemerintah yang melakukan pembinaan dan pengembangan kesenian daerah, rutinitas kegiatan TBSU akan sangat mendukung masyarakat untuk memperoleh informasi sekaligus mengetahui bentuk-bentuk dan perkembangan seni budaya yang ada di Sumatera Utara. Melalui program berkelanjutan sepanjang triwulan I hingga triwulan IV diselenggarakan Pameran Rutin TBSU.

Keberadaan musik tradisional Sumatera Utara sebagai salah satu kekayaan budaya bangsa tidak cukup hanya dilestarikan keberadaannya, dengan pesatnya perkembangan zaman, sebagai upaya memasyarakatkan dan mempromosikannya tidak bisa diabaikan. Karena musik tradisional Sumatera Utara memiliki nilai jual untuk mendukung program pengembangan pariwisata. Salah satu upaya yang dilakukan TBSU, dalam hal ini adalah Program Publikasi dan Promosi seni, di arena Pekan Raya Sumatera Utara.

Seni Musik
Untuk lebih menumbuh kembangkan dunia musik, sangat dibutuhkan adanya kegiatan yang merangsang daya kreatifitas para senimannya sekaligus meningkatkan kemampuan apresiasi masyarakat selaku penikmat. Sehubungan dengan itu TBSU menyelenggarakan Pagelaran Seni Musik, dengan komposisi musik yang cukup menawan bagi pendengarnya.

Sebagai bidang seni yang diminati oleh banyak kalangan, keberadaan seni musik kini telah masuk dalam lingkup industri yang memberikan penghasilan tidak saja bagi senimannya, tapi untuk bangsa dan negara. Dengan demikian upaya meningkatkan kualitas karya seiring pertumbuhan dan perkembangannya, untuk tujuan tersebut TBSU menyelenggarakan Pelatihan dan Pengembangan Seni Musik yang bertujuan menyiapkan seniman musik yang berkemampuan untuk melahirkan karya-karya berkualitas dan memiliki nilai jual.

Seni Rupa
Upaya meningkatkan kwalitas berkarya dan pengembangan kreatifitas seni para perupa merupakan bagian dari tanggung jawab TBSU sebagai Unit Pelaksana Teknis Daerah Dinas Kebudayaan dan Pariwisata. Menyingkapi hal itu, melalui program bimbingan teknis seni rupa diharapkan para seniman rupa didaerah ini mampu melahirkan karya-karya kreatif dan inovatif.

Potensi seniman dibidang teater merupakan modal awal yang perlu mendapat arahan dan masukan pengetahuan guna mendapatkan karya-karya yang berkualitas. Untuk itu TBSU menyelenggarakan lokakarya seni teater sebagai wadah bagi para seniman teater di daerah ini untuk mendapatkan bimbingan dalam rangka lebih memperluas pengetahuan dan wawasannya.

Seni Sastra
Kemajuan dan perkembangan seni sastra ditandai dengan munculnya minat bersastra dari para pemula baik sebagai kreator maupun peminat. Oleh karenanya diperlukan pengetahuan dan wawasan dalam mendukung pencapaian kualitas karya serta kemampuan apresiasi. Ceramah sastra merupakan program TBSU untuk mewujudkan hal tersebut dengan menghadirkan penceramah dari sastrawan senior diikuti peserta dari para sastrawan pemula, pelajar, mahasiswa dan penikmat karya seni.

Karya sastra berupa puisi, cerita pendek, novel dan sebagainya adalah merupakan suatu suguhan tidak sekedar dalam bentuk tulisan. Salah satunya melalui media pentas untuk lebih memungkinkan penikmat menangkap pesan-pesan yang hendak disampaikan pengarangnya. Dalam kaitan ini TBSU memprogramkan Pergelaran sastra yang bertujuan merangsang minat dan daya apresiasi masyarakat terhadap karya sastra.

Seni Lukis
Untuk lebih dekat mengenal seni rupa/seni lukis kepada masyarakat dan dapat memahami arti yang terkandung di dalam medium cat di atas kanvas sesuai citra perupa. Untuk hal tersebut TBSU memprogramkan Melukis Bersama sehingga para perupa muda lebih kreatif dalam berkarya serta mengenal dunia lukis secara mendalam.

Seni Tari
Sebagai salah satu seni pertunjukan, seni tari akhir-akhir ini sangat diminati oleh banyak kalangan remaja bahkan anak-anak. Memaklumi akan hal ini, dirasakan perlu upaya menyiapkan pelaku-pelaku seni tari yang terampil dan berkualitas.

Untuk itu TBSU akan menyelenggarakan Bimbingan Teknis Seni tari tradisional/daerah. Di antara bentuk seni pertunjukan yang berkembang di masyarakat, seni tari akhir-akhir ini memiliki peluang tampil yang lebih besar dibandingkan dengan bidang seni lainnya.

Kenyataan ini menuntut kemampuan apresiatif para senimannya untuk melahirkan karya-karya yang berkualitas dari waktu ke waktu. Menyadari hal itu, TBSU menyelenggarakan lokakarya seni tari yang diharapkan akan lebih memperluas wawasan dan pengetahuan para seniman tari di daerah ini khususnya bagi mereka yang menjadi peserta lokakarya.

Estetika kota Medan terancam!

Spanduk politik diprediksi marak
Jumat, 17 Oktober 08

MHD DARWINSYAH PURBA
WASPADA ONLINE

MEDAN - Pemilu 2009 semakin dekat, sebuah pesta demokrasi yang paling ditunggu oleh para elit politik se-Indonesia. Namum Kota Medan terancam oleh spanduk-spanduk reklame politik tersebut. Akibatnya hal ini, dikhawatirkan estetika kota akan semakin semrawut.

Kasubdis Reklame Dinas Pertamanan Kota Medan Said Mozambiq mengatakan, ancaman membanjirnya reklame politik 2008 menyusul tidak dikenakannya retribusi. "Kami tidak mengenakan retribusi reklame politik. Tidak ada aturan yang mengatur retribusi ini," jelasnya pada wartawan di kantornya, Rabu (15/10).

Tidak hanya reklame politik katanya, reklame organisasi sosial kemasyarakatan lainnya pun tidak dipungut biaya. Namun yang jelas, koordinasi harus tetap dilakukan dalam pemasangan reklame politik itu.

Ketua Komisi D DPRD Medan Sabar Syamsurya Sitepu mengakui hal ini. Kata dia untuk reklame sosial-politik memang tidak dipungut bayaran oleh pemerintah Kota Medan. "Makanya kalau memang hal itu penting, ajukan revisi peraturan daerah ke DPRD," sebutnya.

Menurut Albert Kang Direktur PT Multigrafindo Advertising melalui telefon seluler kepada Waspada Online tadi malam, menyatakan papan reklame atau spanduk yang berisikan oleh reklame sosial-politik seharusnya mengadakan koordinasi dengan Dinas Pertamanan Kota Medan agar tata letaknya tidak mengganggu estetika kota" ujarnya.

"Sebaiknya pelaku politik dan penguasa iklan serta Dinas Pertamanan Kota Medan memperhatikan lebih jauh dampak tersebut agar tata letak kota tetap terjaga sebagaimana mestinya" tambahnya.

Said menambahkan jumlah reklame legal di Medan mencapai 500 titik lebih. Umumnya, reklame dari sektor korporat atau komersil mendominasi, disusul perbankan dan reklame even atau hiburan. Sementara jenis sewanya, lebih banyak sewa bulanan, tahunan dan sedikit mingguan ataupun harian.

Dia mengatakan saat ini sedikitnya ada ditemukan 50 titik reklame di Kota Medan. Reklame ini sifatnya temporer, namun relatif singkat, yakni satu hingga tiga hari. Umumnya reklame ilegal ini berkembang di pinggiran kota. "Sedikitnya ada 50 titik reklame ilegal yang kita bongkar. Namun diperkirakan masih banyak lagi titik reklame ilegal lainnya. Ini tidak dapat kami deteksi semuanya berhubung dengan sumber daya yang terbatas," jelasnya.

Diakui, reklame ilegal ini juga yang menghambat pihaknya untuk memaksimalkan retribusi dari reklame. Di sisi lain, Perda reklame juga dinilai tidak relevan lagi dengan kondisi Kota Medan saat ini yang tergolong sudah maju. "Artinya, Perda ini harus direvisi secara mendalam dan matang. Kami sendiri sedang menyiapkan draf revisinya ke Pemko Medan. Mudah-mudahan 2009 ini terealisasi," katanya.

Terkait retribusi reklame, pihaknya menargetkan sekitar Rp14,3 miliar untuk tahun 2008. Namun target ini sudah terealisasi dan bahkan over target sebab hingga Oktober, retribusi reklame sudah mencapai sekitar Rp17,6 miliar.

Istana Maimoon Dibalik Sejarah dan Legenda

Sunday, 22 June 2008

WASPADA ONLINE

Oleh Mhd Darwinsyah Purba

ISTANA Maimoon merupakan salah satu bangunan bersejarah dan penuh warna-warni estetika sejarah di kota Medan, arsitekturnya merupakan perpaduan tiga gaya, yakni gaya Eropa abad pertengahan, pola India Islam (Moghul) dan Melayu. Berada di tengah-tengah kota, warna khas Melayu itu kuning mencolok. Tetapi warna istana Maimoon terkesan tidak demikian. Begitu mendekatinya warna hijau pudar dan krem. Terkesan sangat elegan sekali.

Istana Maimoon didirikan pada 26 Agustus 1888 oleh Sultan Kerajaan Deli, Sultan Makmun Ar-Rasyid Perkasa Alamsyah. Arsiteknya orang Belanda, Kapten TH. Van Erp dari Zeni Angkatan Darat KNIL. Butuh satu juta Golden. Istana ini mu-lai ditempati sejak 18 Mei 1891 tepatnya di Jalan Brigjen Katamso No. 55. Letak geografisnya persis dekat sungai Deli yang sering membanjiri kawasan Multatuli.

Dari istana kesultanan inilah Raja Deli memerintah Kota Medan menapak tumbuh berkembang. Di mana berdirinya kota Medan sebagaimana menyingkat catatan dalam Hikayat Deli, besar bersama seorang pemuka Aceh bernama Muhammad Dalik yang berhasil menjadi Laksamana dalam kesultanan Aceh. Sebagai pembantu terpercaya sultan, Dalik berikutnya mendapat tugas memerintah wilayah bekas Kerajaan Aru dengan pusatnya di daerah Lalang-Percut. Pada tahun 1669 Tuanku Panglima Perunggit mengambil alih kekuasaan mengumumkan memisahkan kerajaan dari Aceh dan mulai merintis Kesultanan Deli atau kota Medan.

Tiba di pelataran istana Maimoon, rasanya lega sekali. Panas dan sesaknya kota Medan berubah menjadi lapang. Halamannya luas seperti tanah lapang. Hamparan rumputnya menghijau dihiasi taman bunga yang selalu dipakai oleh anak-anak dan orang dewasa untuk bermain sepakbola setiap sore. Pohon palem dan cemara sejukan pandangan mata menambah pesona indahnya bangunan ini. Ada juga pondokpondok kecil tempat menyimpan situs sejarah keluarga-keluarga kerajaan Istana Maimoon di pelataran istana.

Untuk memasuki ruangan dalam istana Maimoon yang bertingkat dua setinggi 14,40 meter ini, penulis harus menapaki 28 anak tangga berundak yang semua terdiri dari marmer asli dari Itali. Warnanya larik-larik hitam dan putih kelabu yang mengkilap. Hampir keseluruhan lantainya dari marmer. Dinding dan atapnya dihiasi ornamen perpaduan Melayu dan Timur Tengah. Kaca jendelanya didatangkan khusus dari Eropa. Perabotannya juga berasal dari luar negeri terutama Belanda. Tiang penopang bangunan istana terdiri dari 82 tiang berbentuk segi delapan dan 43 tiang kayu dengan lengkungan-lengkungan yang berbentuk lunas terbalik dan ladam kuda. Sedang atap bangunannya berbentuk limas dan kubah. Bentuk limas terdapat pada bangunan induk, sayap kanan dan sayap kiri yang terbuat dari bahan sirap dan tembaga.

Memasuki balaiurang (ruang tamu) setiap pengunjung dikenakan tiket masuk sebesar Rp2500. Di dalam balaiurang ada singgasana yang seluruhannya berwarna kuning menyala. Diterangi temaram sinar lampu-lampu kristal yang antik. Singgasana atau pelaminan itu memiliki empat undakan bagian kiri terdapat gebuk (wadah) yang terbuat dari kuningan tempat air membasuh tangan atau kaki raja) sebanyak lima buah. Sedangkan dibagian kanan terdapat lima buah tempat lilin. Pada kedua sisi dibagian belakang terdapat puan (tempat bunga dari sirih) yang terbuat dari logam berwarna kuning.

Di depan pelaminan itu terdapat kursi merah sepanjang 2,5 meter. Masing-masing menepi pada dinding kanan dan kiri balaiurang itu. Pada dindingnya terdapat hiasan dari cat minyak motif dan geometris ada yang distilir dan ada pula yang naturalis. Begitu pula dengan plafonnya terdapat motif hiasan yang sama namun ditempatkan pada bidang segiempat dan sigidelapan. Lukisan pada plafon didominasi warna merah dengan menempatkan motif floralistik di bagian tengahnya. Pintu-pintu yang lebar dan tinggi dengan lengkungan setengah bola di bagian atasnya meniru gaya arsitektur Belanda.

Rupanya di masa itu dokumentasi untuk mengabadikan keberadaan raja dan keluarganya sesuatu yang nampaknya sudah penting. Hal ini terlihat dari beberapa foto sultan Deli yang dipajangkan di dinding balaiurang. Terpajang di antaranya foto Sultan Mahmud Perkasa Alamsyah, Sultan Makmun al-Rasyid Perkasa Alamsyah, Sultan Amaludin Perkasa Sani Alamsyah dan Sultan Osman Alsani Perkasa Alam. Ada pula foto beberapa permaisuri dan raja-raja.

Memasuki ruang yang lebih jauh kedalam, terdapat dua buah ruangan di bagian kanan dan kiri. Ruangan yang kini digunakan untuk souvenir itu dulunya ditempat dayang untuk menyiapkan dan melayani makanan. Di bagian belakang yang berhubungan dengan ruangan itu adalah tempat raja dan keluarga bersantap. Di ruangan yang memiliki jendela bisa dibuka lebar-lebar pada bagian kanan dan kirinya itu, terdapat tahta Sultan dan permaisuri.

Ruang seluas 94 meter bujur sangkar itu selain untuk bersantap juga digunakan bila ada acara pernikahan keluarga raja. Kursi raja yang masih nampak seperti aslinya diapit dua lemari hias buatan Eropa dan dua meja toilet. Di ata slemari hias kini bertengkar beberapa mushab Al-Qur’an. Biasanya memang raja membaca Al-Qur’an di sana lalu menyimpannya di rak-rak terbuka dari lemari hias itu.

Pola arsitektur Belanda dengan pintu serta jendela yang lebar dan tinggi, serta pintu-pintu bergaya Spanyol menjadi bagian dari istana Maimoon. Pengaruh Belanda juga kentara sekali pada prasasti marmer di depan tangga pualam yang ditulis dengan haruf latin berbahasa Belanda. Sedang pengaruh arsitektur Islam kelihatan pada bentuk lengkungan atau arcade pada sejumlah bagian atap istana. Lengkungan yang berbentuk perahu terbalik itu dikenal dengan lengkungan Persia, banyak dijumpai pada bangunan di kawasan Timur Tengah, Turki dan India. Sedangkan pada gang beratap dibangun dengan gaya lengkungan berbentuk ladam kuda biasa disebut lengkungan asli, ciri khas kesenian Gothic yang merupakan embrio bangunan Islam di era kemudian.

Begitu juga ukirannya. Ukiran Melayu tradisional terlihat pada gambar Tringgalum, pinggiran atas lesplank dengan bentuk pucuk rubung yang terkenal: dinding sebelah atasnya dengan bentuk Awan Boyan, langit-langit dan kubisme gaya India Islam. Pada tahta terlihat ukiran foliage dan bunga corak ukiran Melayu “Bunga Tembakau”, ukiran atas depan Awan Boyan, samping atas bulatan bunga matahari.

Secara keseluruhan, istana Maimoon terbagi menjadi tiga bagian terdiri dari bangunan induk, sayap kiri dan sayap kanan. Jumlah kamarnya ada 40: 20 kamar di lantai atas tempat singgasana sultan dan 20 kamar mandi, gudang, dapur dan penjara di lantai bawah. Sedang kerabat raja hingga kini ada sekitar 20 kepala keluarga. Waktu mengunjungi istana Maimoon kebetulan pada jam kerja. Sehingga keadaan istana sepi. Keluarga istana sedang kerja, kecuali Tengku Burhan penjual tiket masuknya yang berusia sekitar 50 tahunan.

Ada sepenggal peninggalan sejarah yang menarik di sebuah rumah di samping istana. Barang kuno itu berupa potongan meriam puntung milik Putri Hijau. Di tempat meriam ini, pengunjung umumnya merogoh koceknya lagi untuk menyumbang keluarga istana. Sebagian uang yang diperoleh dari lokasi meriam digunakan untuk belanja bunga, yang nantinya diletakkan di atas meriam setelah dilengkapi dengan kemenyan. Bunga ini setiap hari harus diganti-Red. Apabila anda berkunjung ke kota Medan jadi tidak lengkap kunjungan anda tidak mengunjungi Istana Maimoon tersebut dan anda pasti terpukau dengan situs sejarah yang melekat pada setiap konsep bangunannya yang penuh sejarah masa lalu....

Sejarah
Dalam buku Riwayat Hamparan Perak yang ditulis oleh Tengku Lukman Sinar, diceritakan bahwa istani ini dibangun pada 28 Agustus 1888 dan dijadikan pusat administrasi kesultanan sampai akhir Perang Dunia II. Keberadaan istana ini tidak terpisahkan dari sejarah kota Medan itu sendiri. Karena sejak pihak kesultanan memindahkan semua kegiatan administrasi ke istana ini, Medan yang semula hanyalah sebuah kampung kecil, menjadi semakin ramai.

John Anderson, seorang pegawaiPemerintah Inggris yang berkedudukan di Penang, bernah berkunjung ke Medan tahun 1823. Dalam bukunya bernama “Mission to the Eastcoast of Sumatera”, edisi Edinburg tahun 1826, Medan masih merupakan satu kampong kecil yang berpenduduk sekitar 200 orang. Di pinggir sungai sampai ke tembok Masjid kampong Medan, ada dilihatnya susunan batu-batu granit berbentuk bujur sangkar yang menurut dugaannya berasal dari Candi Hindu di Jakarta.

Legenda Putri Hijau
Menurut legenda, dahulu di Kesultanan Deli Lama, sekira 10 km dari Medan, hidup seorang putri cantik bernama Putri Hijau. Kecantikan sang putri ini tersebar sampai telinga Sultan Aceh sampai ke ujung utara Pulau Jawa. Sang pangeran jatuh hati dan ingin melamar sang putri. Sayang, lamarannya ditolak oleh kedua saudara Putri Hijau, yakni Mambang Yazid dan Mambang Khayali. Penolakan itu menimbulkan kemarahan Sultan Aceh.

Maka, lahirlah perang antara Kesultanan Aceh dan Deli. Konon, saat perang itu seorang saudara Putri Hijau menjelma menjadi ular naga dan seorang lagi menjadi sepucuk meriam yang terus menembaki tentara Aceh. Sisa “pecahan” meriam itu hingga saat ini ada di tiga tempat, yakni di Istana Maimoon, di Desa Sukanalu (Tanah Karo) dan di Deli Tua (Deli Serdang).

Pangeran yang seorang lagi yang telah berubah menjadi seekor ular naga itu, mengundurkan diri melalui satu saluran dan masuk ke dalam Sungai Deli disatu tempat yang berdekatan dengan Jalan Putri Hijau sekarang. Arus sungai membawanya ke Selat Malaka dari tempat ia meneruskan perjalanannya yang terakhir di ujung Jambo Aye dekat Lhokseumawe, Aceh.

Putri Hijau ditawan dan dimasukkan dalam sebuah peti kaca yang dimuat ke dalam kapal untuk seterusnya dibawa ke Aceh. Ketika kapal sampai di ujung Jambo Aye, Putri Hijau mohon diadakan satu upacara untuknya sebelum peti diturunkan dari kapal. Atas permintaannya, harus diserahkan padanya sejumlah beras dan beribu-ribu telur. Permohonan tuan Putri itu dikabulkan.

Tetapi, baru saja upacara dimula, tiba-tiba berhembus angin rebut yang maha dahsyat disusul oleh gelombang-gelombang yang sangat tinggi. Dari dalam laut muncul abangnya yang telah menjelma menjadi ular naga itu dengan menggunakan rahangnya yang besar itu, diambilnya peti tempat adiknya dikurung, lalu dibawanya masuk ke dalam laut. Lagenda ini sampai sekarang masih terkenal dikalangan orang-orang Deli dan malahan juga dalam masyarakat Melayu di Malaysia.

Di Deli Tua masih terdapat reruntuhan benteng dari Putri yang berasal dari zaman Putri Hijau, sedangkan sisa meriam, penjelmaan abang Putri Hijau, dapat dilihat di halaman Istana Maimoon, Medan hingga saat ini.

KUMPULAN Sang pujangga

‘Risalah Perempuan’

Lafal nafasmu….
Adalah mantra klasikal yang slalu bertawaf di antara bulan sabit
Yang mengajak bintang-gemintang menari tarian khayangan
Lisanmu…
Bak, sekuntum himne yang diyanyikan oleh para biarawati didalam gereja kuno
Seperti senandung merdu burung-burung penyanyi di pagi hari
Sepasang bola matamu…
Ada sabda-sabda rohaniah yang didakwahkan oleh kaum sufi tempo dulu
Ada cerpen-cerpen tentang asmara nan syahdu
Ada wiridan kudus yang terdengar romantika
Ada seorang musikus yang sedang memetik arfah tua yang diiringi beberapa peri mungil mengitari tangga nadanya……….
Ada juga kasidah rindu, dendam dan benci
ada instrumen do..re…mi…fa…sol…la..si ..do…
ada pula orkestra sakit hati yang sudah klise
Dan bagaikan merpati putih matamu dibalik mukenahmu….wahai perempuan
Rambutmu…
Semacam kawanan ombak biru yang sedang menuju pesisir
Tempat laut dan pantai bercinta di mana pasir-pasir berbisik-bisik malu tentang—
Bibirmu…
Seperti seuntai pita kirmizi yang hampir menyerupai mawar merah di tengah-tengah kebun marifat
Seelok benda-benda pusaka kerajaan romawi
Alismu…
Laksana bianglala yang saling bertautan satu sama lain
Di mana batara-batari bercumbu rayu diatasnya buluh-buluh lentiknya
Dadamu…
Bak, sepasang anak rusa yang sedang makan rerumputan hijau di tengah-tengah bunga bakung
Sebagus taman syugaloka di atas langit tertinggi
Dan lekukkan tubuhnya….duhai perempuan
Adalah puisi-puisi dan sajak-sajakku yang lain
Yang dibalut kiswah yang melindungi marwah kaum adam
Yang banyak menyimpan hikma, keajaiban, teka-teki, kasih-sayang dan misteri illahi
Saat hamba menyaksikannya…..
tubuhku gemetaran seperti ilalang-ilalang yang ditiupkan oleh sang angin
terdiam laksana berhala-berhala miliknya fir’aun
dan seperti rasul yang sedang menerima wahyu
“O,…Maha Suci Tuhanku!!!
Yang menciptakan makhluk bernama perempuan

Makhluk Bodoh

menangis, tertawa dan canda adalah sajak-sajak hikmah
yang ditiupkan oleh sang maha pemilik maha
mengapa…????
gereja, kuil, masjid, rumah berhala
Kau bangun lambang-lambang penghambaanmu
Tidak pernah dalam hatimu kau membangun dirimu
untuk menjadi sebuah makhluk sesungguhnya..???
Maka itu kau takkan pernah jadi utusan tuhan yang merdeka…
oleh sebab itu kita selalu merengek seperti bayi yang ingin menetek…
takut miskin dan takit hina
takut mati dan takut hidup
sesungguhnya kau adalah Makhluk bodoh hingga akhir hayatmu…

biarkan aku duduk sendiri
di antara kamuflase duniawi
diam……..
terpaku…..
termangu…..
dalam suasana barzah alam kudus orang-orang yg telah mati
agar dapat aku meresap menjadi bunga-bunga kamboja


Nama…???

Namaku tidak ada
Di dalam abjad romawi tidak tertulis di batu nisan sansekerta
Apalagi tertera di perasasti-perasasti purbakala
Tidak juga tersimpan di balai pustaka para ilmuwan

Namaku tidak terdaftar di notebook anak-anak ingusan
Tidak tertelaah di dalam puisi, sajak dan syair kaum pujangga
Tidak ada tercantum di paragraph dan alinea kata pengantar sastrawan
Namaku juga tidak terangkum bersama lirik-lirik lagu terpopuler
Apalagi di antara tembang-tembang malam berjelaga
Serta tidak tersimpulkan oleh siapapun………..

Jika ada, itu nama-namaku yang lain
Jika ada, itu nama warisan dari ibu bapaku
Jika ia tidak mengetahui…..
ia tidak mengetahui siapa namanya….

Jika ia mengetahui…???
Niscaya ia mengetahui perkara “AKU”
Mahasuci tuhanku yang menciptakan nama itu………

Namaku tidak ada
Di dalam abjad romawi tidak tertulis di batu nisan sansekerta
Apalagi tertera di perasasti-perasasti purbakala
Tidak juga tersimpan di balai pustaka para ilmuwan

Namaku tidak terdaftar di notebook anak-anak ingusan
Tidak tertelaah di dalam puisi, sajak dan syair kaum pujangga
Tidak ada tercantum di paragraph dan alinea kata pengantar sastrawan
Namaku juga tidak terangkum bersama lirik-lirik lagu terpopuler
Apalagi di antara tembang-tembang malam berjelaga
Serta tidak tersimpulkan oleh siapapun………..

Jika ada, itu nama-namaku yang lain
Jika ada, itu nama warisan dari ibu bapaku
Jika ia tidak mengetahui…..
ia tidak mengetahui siapa namanya….

Jika ia mengetahui…???
Niscaya ia mengetahui perkara “AKU”
Mahasuci tuhanku yang menciptakan nama itu………

Senandung Munajat al-Majanin

pada malam di mana manusia terlelap dalam tidur dan bermimpi tentang
keindahan dunia al-majanin datang bertandang dan mengetuk pintu sang kekasih:

wahai kekasih yang terkasih,
segala puji-pujian dan segala kesucian
bersumber dari kebesaran dan kehendakmu
kami datang bertandang dan mengetuk pintumu,
dengan rasa malu yang besar pada kami
karena kemulian dan kesucian yang engkau miliki

wahai penguasa segala cinta dan keridhoan,
tiada kuasa kami mendekat padamu
tiada kuasa kami mencintaimu
tiada kuasa kami memohon ridhomu
bila engkau tidak mendekati kami,
mencintai dan meridloi segala keinginan kami

wahai pujaan hati kami,
bukalah pakaian yang melekat di tubuh kami
bukalah pakaian diri yang kami pakai ini
hingga kami dapat benar-benar berserah padamu
karena sebenarnya kami tiada memiliki apa-apa
kami terlalu hina untuk menyandang segalanya
kami terlalu kecil untuk melihat kebesaranmu

wahai yang menjadikan kegilaan kami,
tiada kami melihat kesempurnaan pada dunia
tiada kami tergiur akan keindahannya
tiada kami mempertuhankan ciptaanmu
karena sekejap saja mereka akan hacur
dan dalam kerugian yang berkepanjangan

kegilaan kami pada dirimu
kegilaan kami melihat keindahan wajahmu
kegilaan kami pada nurun 'alan-nuur

wahai penguasa malam,
wahai maha raja dunia dan akhirat,
wahai yang memiliki cinta,
kami selalu berusaha tuk ikhlas mengembara
walau perjalanan jauh akan kami tempuh
dan duri-duri serta bebatuan terjal nan tandus senantiasa menghadang
demi menuju dan mengetuk pintu rumahmu yang sebenarnya...

“Ayat-ayat Cinta”, Sastra dan Film yang Islam


Monday, 03 March 2008
WASPADA ONLINE

Oleh Mhd Darwinsyah Purba, S.Sos

Film ini sangat baik dari segala aspek, kalau novelnya butuh waktu 1 ½ Hari untuk dibaca, sungguh luar biasa alur cerita yang disajikan oleh penulis. Novel fenomenal “Ayat-Ayat Cinta” karya Habiburrahman El-Shirazy yang kini dikemas dalam versi film, genre drama religius roman dan percintaan yang diadaptasi dari sebuah novel best seller di sutradarai oleh Hanung Bramantyo.

Film ini sangat baik dari segala aspek, kalau novelnya butuh waktu 1 ½ Hari untuk dibaca, sungguh luar biasa alur cerita yang disajikan oleh penulis. Novel fenomenal “Ayat-Ayat Cinta” karya Habiburrahman El-Shirazy yang kini dikemas dalam versi film, genre drama religius roman dan percintaan yang diadaptasi dari sebuah novel best seller di sutradarai oleh Hanung Bramantyo yang sudah menelurkan beberapa film seperti “Get Married..!!” dengan genre komedi dan Legenda “Sundel Bolong” dengan genre horor: Hal ini menunjukkan produktifitas dari sutradara yang pernah merebut piala citra 2005 lewat film “Brownies” dan “Jomblo”.

Walaupun ini merupakan adaptasi dari sebuah novel yang terbilang kompleks dengan permasalahan agama untuk disajikan kepada khalayak umum. Bukan cuma sekedar kisah cinta yang biasa. Sebuah cerita tentang bagaimana menghadapi turun-naiknya persoalan hidup yang dihadapi secara Islami. Namun, latar belakang cerita di film klasifikasi
penonton 13 tahun keatas (13+) itu adalah negeri Kinanah. Karena diadopsi dari sebuah novel, tentu tokoh-tokoh yang ada sudah tergambar lewat narasi. Hal itulah yang benar-benar sangat diperhatikan yang selama ini menjadi PR besar bagi sutradara terjawab sudah yang ditayangkan pada tanggal 27 Februari 2008 lalu, di bioskop seluruh Indonesia namun tidak di medan yang tayang perdananya pada tanggal.

Ayat-Ayat Cinta bercerita tentang seorang pemuda Indonesia yang menuntut ilmu di Universitas Al-Azhar, Mesir. Meskinpun filmnya tidak begitu persis dengan yang diceritakan di novel. Sebab ada beberapa bagian yang dipotong, ada juga yang ditambahkan untuk memperkaya emosi dan amarah penonton. Ada perbedaan antara novel dan film. Jadi, beberapa plot yang tidak perlu telah dihilangkan dengan tidak mengurangi makna dan arti serta alur ceritanya.


Tokoh-tokoh utama dan cuplikan Ayat-Ayat Cinta The Movie

Fahri Bin Abdullah Shiddiq (Fedi Nuril)

Fahri Bin Abdullah Shiddiq, tokoh yang nyaris sempurna. tokoh Fahri ini yang di perankan oleh Fedi Nuril pemain film sekaligus personil Garasi band, pada awal-awal banyak yang meragukan ia memerankan tokoh Fahri bin Abdullah Shiddiq. Banyak yang menginginkan tokoh Fahri diisi oleh artis yang image-nya alim atau pendatang baru yang belum punya image. Fedi Nuril kelahiran Jakarta pada 1 Juli 1982. Film pertamanya adalah “Mengejar Matahari” yang diarah oleh Rudy Soedjarwo. Akhir mampu menunjukan kemampuan akting di Film ayat-ayat cinta ini. Meskipun
tidak sempurna seperti tokoh yang ada di dalam novel. Tapi, setidaknya ia sudah melewati masa-masa kristis.

Fahri bin Abdillah yang di perankan oleh Fedi Nuril adalah mahasiswa pascasarjana Indonesia yang berusaha menggapai gelar masternya di Al Ahzar. Berjibaku dengan panas-debu Mesir. Berkutat dengan berbagai macam target dan kesederhanaan hidup. Bertahan dengan menjadi penerjemah buku-buku agama. Semua target dijalani Fahri dengan penuh antusiasme kecuali satu: menikah. Kenapa? Karena Fahri adalah laki-laki taat yang begitu ‘lurus’.

Dia tidak mengenal pacaran sebelum menikah. Dia kurang artikulatif saat berhadapan dengan makhluk bernama perempuan. Hanya ada sedikit perempuan yang dekat dengannya selama ini. Neneknya, Ibunya dan saudara perempuannya. Sepertinya pindah ke Mesir membuat hal itu berubah. Fahri merupakan pribadi yang sangat menjunjung tinggi nilai-nilai keimanan. Nilai itulah yang dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari. Hal itu terus diterapkan Fahri hingga berkeluarga. Saat itulah, keimanan Fahri diuji. Dengan berbagai macam problematika hidup yaitu sebuah dilema cinta

Aisha (Rianti Cartwright)

Rianti Cartwright lahir di Bandung, 22 September 1983. Dikenal publik sebagai VJ MTV Indonesia dan (kini) bintang film, pemain sinetron. model video klip dan model iklan ini. memainkan sebagai Aisha, Si mata indah yang menyihir Fahri. Sejak sebuah kejadian di metro, saat Fahri membela Islam dari tuduhan kolot dan kaku, Aisha jatuh cinta pada Fahri. Dan Fahri juga tidak bisa membohongi hatinya, Aku memandang ke arah Aisha, pada saat yang sama dua matanya yang bening di balik cadarnya juga sedang memandang ke arahku. Pandangan kami bertemu. Dan ces! Ada setetes embun dingin menetes di hatiku. Kurasakan tubuhku bergetar. Aku cepat-cepat menundukkan kepala. Dia kelihatannya melakukan hal yang sama. Kukira Aisha tidak setegang diriku, sebab dia merasa lebih santai. Wajahnya tersembunyi di balik cadarnya. Sementara diriku, aku tidak tahu seperti apa bentuk mukaku. Aku harus mencari cara untuk menghilangkan ketegangan ini. Si kecil Hasan memandangi aku. Aku tersenyum padanya. Kutarik dia ke pangkuanku. Dia menurut…

……Sambil mendekap Hasan aku menyaksikan tangan kanan Aisha perlahan-lahan membuka cadarnya. Ada hawa sejuk mengalir dari atas. Masuk ke ubun-ubun kepalaku dan menyebar ke seluruh syaraf tubuhku. Wajah Aisha
perlahan terbuka. Dan wajah putih bersih menunduk tepat di depanku. Subhanallah. Yang ada di depanku ini seorang bidadari ataukah manusia biasa. Mahasuci Allah, Yang menciptakan wajah seindah itu. Jika seluruh pemahat paling hebat diseluruh dunia bersatu untuk mengukir wajah seindah itu tak akan mampu. Pelukis paling hebat pun tak akan bisa menciptakan lukisan dari imajinasinya seindah wajah Aisha. Keindahan wajah Aisha adalah karya seni mahaagung dari Dia Yang Maha Kuasa. Aku benar-benar merasakan saat-saat yang istimewa. Saat-saat untuk pertama kali melihat
wajah Aisha. (Cuplikan film, AAC. 28/02/08-Red)

Maria (Carissa Putri)

Tetangga satu flat yang beragama Kristen Koptik tapi mengagumi Al-Qur’an. Dan menganggumi Fahri. Kekaguman yang berubah menjadi cinta. Sayang cinta Maria hanya tercurah dalam diary saja. Gadis Mesir itu, namanya Maria. Ia juga senang dipanggil Maryam. Dua nama yang menurutnya sama saja. Dia puteri sulung Tuan Boutros Rafael
Girgis. Berasal dari keluarga besar Girgis. Sebuah keluarga Kristen Koptik yang sangat taat. Bisa dikatakan, keluarga Maria adalah tetangganya yang paling akrab. Flat atau rumah mereka berada tepat di atas flat kami. Indahnya, mereka sangat sopan dan menghormati kami mahasiswa Indonesia yang sedang belajar di Al Azhar. (Cuplikan film, AAC. 28/02/08-Red)

Noura (Zaskia Adya Mecca)

Juga tetangga yang selalu disiksa Ayahnya sendiri. Fahri berempati penuh dengan Noura dan ingin menolongnya. Sayang hanya empati saja. Tidak lebih. Namun Noura yang mengharap lebih. Inilah yang menjadi masalah besar ketika Noura menuduh Fahri memperkosanya. Noura…. kenal gadis itu. Kasihan benar dia. Malang nian nasibnya. Namanya Noura. Nama yang indah dan cantik. Namun nasibnya selama ini tak seindah nama dan paras wajahnya. Noura masih belia. Ia baru saja naik ke tingkat akhir Ma’had Al Azhar puteri. Sekarang sedang libur musim panas. Tahun depan jika lulus dia baru akan kuliah. Sudah berulang kali kami melihat Noura dizhalimi oleh keluarganya sendiri. Ia jadi bulan-bulanan kekasaran ayahnya dan dua kakaknya. Entah kenapa ibunya tidak membelanya. Kami heran dengan apa yang kami lihat. Dan malam ini kami melihat hal yang membuat hati miris. Noura disiksa dan diseret
tengah malam ke jalan oleh ayah dan kakak perempuannya. Untung tidak musim dingin. Tidak bisa dibayangkan jika ini terjadi pada puncak musim dingin. (Cuplikan film, AAC 28/02/08-Red)

Nurul Azkiya (Melanie Putria)


Melanie Putria Dewita Sari kelahiran 1982, eks Puteri Indonesia 2002. Dia juga pernah main Film bareng Duta S07, Tak Biasa, Cinta Silver dan Kejar Jakarta. Sutradara memang sengaja tidak menampilkan secara penuh, yang membuat penonton menjadi tambah penasaran dan penuh tanda tanya… Anak seorang kiyai terkenal yang juga mengeruk ilmu di Al Azhar. Sebenarnya Fahri menaruh hati pada gadis manis ini.

Sayang rasa mindernya yang hanya anak keturunan petani membuatnya tidak pernah menunjukkan rasa apa pun pada Nurul. Sementara Nurul pun menjadi ragu dan selalu menebak-nebak. Kau tahu Nurul adalah puteri tunggal Bapak KH. Ja’far Abdur Razaq, pengasuh pesantren besar di Jawa Timur. Selain cantik dia juga cerdas dan halus budi. Sejak masih kelas satu aliyah sudah banyak kiai besar yang melamar Nurul untuk puteranya. Nurul tidak mau. Ketika akhirnya Nurul belajar di Al Azhar pinangan itu justru semakin banyak. KH. Ja’far ayah Nurul berkali-kali menelpon Nurul agar segera menentukan pilihan pendamping hidupnya. Beliau merasa sangat tidak enak menolak pinangan terus menerus.

Apalagi jika pinangan itu datangnya jadi kiyai yang lebih senior dari beliau atau dari guru beliau. Jika Nurul sudah tunangan atau menikah dengan seseorang yang dipilihnya tentu kedua orang tua Nurul akan lebih tenang. Dan jika berjumpa dengan para kiyai-kiyai di Jawa Timur tidak akan terbebani oleh sindiran-sindiran halus dari para kiai yang meminang puterinya. Dua bulan yang lalu ayahnya menelpon ada pinangan dari Kiai Rahmad untuk puteranya Gus Anwar. Kiyai Rahmad ini adalah gurunya ayah Nurul waktu mondok di Bandar Kidul Kediri. Ayah Nurul tidak bisa menolaknya kecuali Nurul sudah memiliki seorang calon di Mesir. Jika tidak, maka Nurul terpaksa harus menerima pinangan itu. Inilah masalahnya.” (Cuplikan film, AAC. 28/02/08-Red)

Mengangkat dan menonjolkan unsur percintaan dalam islam. Di mana unsur positif, unsur percintaan islam, tetapi harus diingat bahwa kita tidak membicarakan agama, tapi kita lebih membicarakan percintaan seorang anak Indonesia yang sedang berjuang untuk belajar dan bagaimana dia bisa menghandle cinta tersebut sesuai dengan sunnah dan syariat Allah SWT agar remaja Islam tidak lagi tejebak oleh faham-fahan dunia barat yang semakin menjamur di Indonesia Karya besar kang Abik menjadi salah satu titik tolak kebangkitan kembali sastra islam ini memang luar biasa. Banyak
nilai-nilai keislaman yang dihadirkan tanpa sedikitpun menjadikan para penonton dan pembacanya merasa tidak digurui. Mereka justru secara tidak langsung disadarkan oleh kisah yang disajikan. Tentunya hal ini pula yang diharapkan dapat tetap dipertahankan dalam karya visual dan non-visual. Hal tersebut dapat menjadi motivasi generasi muda yang miskin dan minim untuk mengetahui nilai-nilai akidah.

Dialog menggunakan bahasa arab atau berdialek mesir, memperkenalkan kaum remaja Islam untuk belajar bahasa arab. satu pecut lagi buat kita! Ayo semangat belajar bahasa Arab!. Hal ini yang menjadi nilai plus bagi penonton selain kita dapat mengenal Negeri Kinanah, penonton juga dapat mengetahui bagaimana perkembangan bahasa arab di Indonesia serta dapat menarik minat penonton untuk mempelajarinya secara lebih dalam lagi sehingga sastra Islam akan terus hidup dalam generasi ke generasi selanjutnya.

Sedikit kontroversial memang, jika sebuah karya apik Habiburrahman El-Shirazy yang sudah menjadi jalan banyak orang menemukan berjuta hikmah disajikan dalam berbagai nuansa keindahan Islam ini dijadikan sebagai sebuah karya visual. Apalagi jika kondisinya terbentur dengan “belum siapnya” masyarakat kita untuk menerima sebuah tayangan yang full Islami. Kerena masyarakat kita terbiasa di suguhkan tayangan horor dan komedi yang penuh lelucon atau banyolan serta kisah cinta yang tidak mendidik bagi perkembangan kepribadian bangsa .

Insya Allah, Semoga tetap menjadi sebuah karya penggugah jiwa bagi siapa saja yang menikmatinya akan terus lahir, tanpa sedikitpun berkurang nilai keislamannya sehingga sartra Islam dapat bangkit kembali mewarnai belantika kesusastraan dan film Indonesia maupun dunia.

Amiin yaa Robbal’alamiin …Wallahu’alam bish-shawab

“Ayat-ayat cinta” Novel Islami karya Habiburrahman El-Shirazy


Sunday, 23 December 2007
WASPADA ONLINE

Oleh Mhd Darwinsyah Purba, S.Sos

Ayat-ayat cinta adalah sebuah novel 411 halaman sebuah novel fenomenal yang sudah dilayarkacakan pada tahun 2004 dan filmnya akan diputar diseluruh Indonesia pada tanggal 19 Desember tahun ini. Ditulis oleh seorang novelis muda Indonesia kelahiran 30 September 1976 yang bernama Habiburrahman El-Shirazy.

Ayat-ayat cinta adalah sebuah novel 411 halaman sebuah novel fenomenal yang sudah dilayarkacakan pada tahun 2004 dan filmnya akan diputar diseluruh Indonesia pada tanggal 19 Desember tahun ini. Ditulis oleh seorang novelis muda Indonesia kelahiran 30 September 1976 yang bernama Habiburrahman El-Shirazy. PERAIH PENGHARGAAN THE MOST FAVORITE BOOK 2OO5 " Berbeda selisih 4 suara dengan Harry Potter, akhirnya Ayat-Ayat Cinta terpilih menjadi The Most Favorite Book...". Ia adalah seorang sarjana lulusan Al Azhar University Cairo-Mesir. Founder dan Pengasuh Utama Pesantren Karya dan Wirausaha BASMALAH INDONESIA, yang berkedudukan di Semarang, Jawa Tengah.dikenal secara nasional sebagai dai, novelis dan penyair Beberapa penghargaan bergengsi berhasil diraihnya, antara lain, Pena Award 2005, The Most Favorite Book and Writer 2005 dan IBF Award 2006. dan sekarang sudah kembali untuk tanah air Indonseia tercinta.

Sepintas lalu, novel ini seperti novel-novel Islami kebanyakan yang mencoba menebarkan dakwah melalui sebuah karya seni, namun setelah ditelaah lebih lanjut ternyata novel ini merupakan gabungan dari novel Islami, budaya dan juga novel cinta yang banyak disukai anak muda. Dengan kata lain, novel ini merupakan sarana yang tepat sebagai media penyaluran dakwah kepada siapa saja yang ingin mengetahui lebih banyak tentang Islam, khususnya buat para kawula muda yang kelak akan menjadi penerus bangsa.

Sinopsis “ayat-ayat cinta”

Novel ini bercerita tentang perjalanan cinta dua anak manusia yang berbeda latar belakang budaya; yang satu adalah mahasiswa Indonesia yang sedang studi Universitas Al-Azhar Mesir, dan yang satunya lagi adalah mahasiswi asal Jerman yang kebetulan juga sedang melaksanakan studi di Mesir. Kisah percintaan ini berawal ketika mereka secara tak sengaja bertemu dalam sebuah perdebatan sengit dalam sebuah metro (sejenis trem).

Pada waktu itu, si pemuda yang bernama lengkap Fahri bin Abdullah Shiddiq, sedang dalam perjalanan menuju Masjid Abu Bakar Ash-Shiddiq yang terletak di Shubra El-Kaima, ujung utara kota Cairo, untuk talaqqi (belajar secara face to face pada seorang syaikh) pada Syaikh Utsman Abdul Fattah, seorang Syaikh yang cukup tersohor di seantero Mesir.

kepadanya Fahri belajar tentang qiraah Sab'ah (membaca Al-Qur'an dengan riwayat tujuh imam) dan ushul tafsir (ilmu tafsir paling pokok). Hal ini sudah biasa dilakukannya setiap dua kali seminggu, setiap hari Ahad/Minggu dan Rabu. Dia sama sekali tidak pernah melewatkannya walau suhu udara panas menyengat dan badai debu sekalipun. Karena baginya itu merupakan suatu kewajiban karena tidak semua orang bisa belajar pada Syaikh Utsman yang sangat selektif dalam memilih murid dan dia termasuk salah seorang yang beruntung.

Di dalam metro, Fahri tidak mendapatkan tempat untuk duduk, mau tidak mau dia harus berdiri sambil menunggu ada kursi yang kosong. Kemudian ia berkenalan dengan seorang pemuda mesir bernama Ashraf yang juga seorang Muslim. Mereka bercerita tentang banyak hal, termasuk tentang kebencian Ashraf kepada Amerika. Tak berapa lama kemudian, ada tiga orang bule yang berkewarganegaraan Amerika (dua perempuan dan satu laki-laki) naik ke dalam metro. Satu di antara dua perempuan itu adalah seorang nenek yang kelihatannya sudah sangat lelah.

Biasanya orang Mesir akan memberikan tempat duduknya apabila ada wanita yang tidak mendapatkan tempat duduk, namun kali ini tidak. Mungkin karena kebencian mereka yang teramat sangat kepada Amerika. Sampai pada suatu saat, ketika si nenek hendak duduk menggelosor di lantai, ada seorang perempuan bercadar putih bersih yang sebelumnya dipersilahkan Fahri untuk duduk di bangku kosong yang sebenarnya bisa didudukinya, memberikan kursinya untuk nenek tersebut dan meminta maaf atas perlakuan orang-orang Mesir lainnya. Disinilah awal perdebatan itu terjadi.

Orang-orang Mesir yang kebetulan mengerti bahasa Inggris merasa tersinggung dengan ucapan si gadis bercadar. Mereka mengeluarkan berbagai umpatan dan makian kepada sang gadis dan ia pun hanya bisa menangis. Kemudian Fahri berusaha untuk meredakan perdebatan itu dengan menyuruh mereka membaca shalawat Nabi karena biasannya dengan shalawat Nabi, orang Mesir akan luluh kemarahannya dan ternyata berhasil. Lalu ia mencoba menjelaskan pada mereka bahwa yang dilakukan perempuan bercadar itu benar dan umpatan-umpatan itu tidak layak untuk dilontarkan. Namun apa yang terjadi, orang-orang Mesir itu kembali marah dan meminta Fahri untuk tidak ikut campur dan jangan sok alim karena juz Amma saja belum tentu ia hafal.

Kemudian emosi mereka mereda ketika Ashraf yang juga ikut memaki perempuan bercadar itu, mengatakan bahwa Fahri adalah mahasiswa Al-Azhar dan hafal Al-Qur'an dan juga murid dari Syaikh Utsman yang terkenal itu. Lantas orang-orang Mesir itu meminta maaf pada fahri. Fahri kemudian menjelaskan bahwasanya mereka tidak seharusnya bertindak seperti itu karena ajaran Baginda Nabi tidak seperti itu. Lalu ia pun menjelaskan bagaimana seharusnya bersikap kepada tamu apalagi orang asing sesuai dengan yang diajarkan oleh Rasulullah SAW. Mereka pun mengucapkan terima kasih pada fahri karena sudah megingatkan mereka. Sementara itu, si bule perempuan muda, Alicia, sedang mendengarkan penjelasan tentang apa yang terjadi dari si perempuan bercadar dengan bahasa Inggris yang fasih. Kemudian Alicia berterima kasih dan menyerahkan kartu namanya pada Fahri. Tak berapa lama kemudian metro berhenti dan perempuan bercadar itupun bersiap untuk turun. Sebelum turun ia mengucapkan terima kasih pada Fahri karena sudah menolongnya tadi. Akhirnya mereka pun berkenalan. Dan ternyata si gadis itu bukanlah orang Mesir melainkan gadis asal Jerman yang sedang studi di Mesir. Ia bernama Aisha.

Maria, Gadis Koptik yang Aneh

Di Mesir, Fahri tinggal bersama dengan keempat orang temannya yang juga berasal dari Indonesia, yaitu Saiful, Rudi, Hamdi dan Misbah. Fahri sudah tujuh tahun hidup di Mesir. Mereka tinggal di sebuah apartemen sederhana yang mempunyai dua lantai, di mana lantai dasar menjadi tempat tinggal Fahri dan empat temannya, sedangkan yang lantai atas ditempati oleh sebuah keluarga Kristen Koptik yang sekaligus menjadi tetangga mereka. Keluarga ini terdiri dari Tuan Boutros, Madame Nahed dan dua orang anak mereka-Maria dan Yousef.

Walau keyakinan dan aqidah mereka berbeda, namun antara keluarga Fahri (Fahri dkk) dan keluarga Boutros terjalin hubungan yang sangat baik. Di Mesir, bukanlah suatu keanehan apabila keluarga Kristen koptik dan keluarga Muslim dapat hidup berdampingan dengan damai dalam masyarakat. Keluarga ini sangat akrab dengan Fahri terutama Maria. Maria adalah seorang gadis Mesir yang manis dan baik budi pekertinya. Kendati demikian, Fahri menyebutnya sebagai gadis koptik yang aneh, karena walaupun Maria itu seorang non-muslim ia mampu menghafal dua surat yang ada dalam Al-Qur’an dengan baik yang belum tentu seorang Muslim mampu melakukannya. Ia hafal surat Al-Maidah dan surat Maryam.


Fahri juga baru mengetahuinya ketika mereka secara tak sengaja bertemu di metro. Seluruh anggota keluarga Boutros sangat baik kepada Fahri dkk. Bahkan ketika Fahri jatuh sakit pun keluarga ini jugalah yang membantu membawa ke rumah sakit dan merawatnya selain keempat orang teman Fahri. Apalagi Maria, dia sangat memperhatikan kesehatan Fahri. Keluarga ini juga tidak segan-segan mengajak Fahri dkk untuk makan di restoran berbintang di tepi sungai Nil, kebanggaan kota Mesir, sebagai balasan atas kado yang mereka berikan. Pada waktu itu Madame Nahed berulangtahun
dan malam sebelumnya Fahri dkk memberikan kado untuknya hanya karena ingin menyenangkan hati beliau karena bagi Fahri menyenangkan hati orang lain adalah wajib hukumnya.

Setelah makan malam, tuan dan nyonya Boutros ingin berdansa sejenak. Madame Nahed meminta Fahri untuk mengajak Maria berdansa karena Maria tidak pernah mau di ajak berdansa. Setelah tuan dan nyonya Boutros melangkah ke lantai dansa dan terhanyut dengan alunan musik yang syahdu, Maria pun memberanikan diri mengajak Fahri untuk berdansa, namun Fahri menolaknya dengan alasan Maria bukan mahramnya kemudian menjelaskannya dengan lebih detail. Begitulah Fahri, ia selalu berusaha untuk menjunjung tinggi ajaran agama yang dianutnya dan selalu menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Si Muka Dingin Bahadur dan Noura yang Malang

Selain bertetangga dengan keluarga Boutros, Fahri juga mempunyai tetangga lain berkulit hitam yang perangainya berbanding 180 derajat dengan keluarga Boutros. Kepala keluarga ini bernama Bahadur yang terkenal dengan julukan si Muka Dingin karena ia selalu berperangai kasar kepada siapa saja bahkan dengan istrinya madame Syaima dan putri bungsunya Noura. Bahadur dan istrinya mempunyai tiga orang putri, Mona, Suzanna dan Noura.

Mona dan Suzanna berkulit hitam namun tidak halnya dengan Noura, dia berkulit putih dan berambut pirang. Hal inilah yang membuat Noura dimusuhi keluarganya yang pada akhirnya membuat dirinya tercebur kedalam penderitaan yang amat sangat. Bahadur mempunyai watak yang keras dan bicaranya sangat kasar, Nouralah yang selalu menjadi sasaran kemarahannya. Dan kedua orang saudaranya yang juga tidak menyukai Noura mengambil kesempatan ini untuk ikutikutan memaki dirinya.

Sampai tibalah pada suatu malam yang tragis di mana Bahadur menyeret Noura ke jalanan dan punggungnya penuh dengan luka cambukan. Hal ini sudah sering terjadi, namun malam itu yang terparah. Tak ada satu orang pun yang berani menolong. Selain hari sudah larut, Bahadur juga dikenal amat kejam. Akhirnya, karena sudah tak tahan lagi melihat penderitaan Noura, Fahri pun meminta bantuan Maria melalui sms untuk menolong Noura. Awalnya Maria menolak karena tidak mau keluarganya terlibat dengan keluarga Bahadur. Namun setelah Fahri memohon agar Maria mau menolongnya demi kecintaan Maria terhadap Al-Masih, Maria akhirnya luluh juga. Jadilah malam itu Noura menginap di rumah keluarga Boutros. Malam ini jualah yang akhirnya mengantarkan Fahri ke dalam penderitaan yang amat sangat dan juga membuatnya hampir kehilangan kesempatan untuk hidup di dunia fana ini.

Ayat-ayat cinta, picisan?
Jika bedah lebih jauh novel ini sebagai masukan bagi penulis, aoa sebegitu perfect-kah tokoh utama yang bernama fahri ini? Sehingga, ada empat perempuan yang mabuk asmara terhadap tokoh tersebut. Pada saat pertame membaca novel tersebut, ada empat tokoh wanita muda yang muncul, wanita manakah yang kemudian jatuh hati kepada tokoh utama. Ternyata semuanya. Apakah tidak berlebihan, begitu mudahkah wanita jatuh cinta? Seperti di Film seri ”The Return of Condor Heroes” di TV7. semua wanita jatuh hati pada tokoh utama, pendekar Yoko. Terlalu menggelikan apabila di telaah lebih jauh.

Bahasa-bahasa yang ditampilkan dalam novel tersebut kalau dilihat agak terlalu vulgar baik bahasa cinta, puisi, diari. Misalnya: “Saya mencium bibirnya” atau “tentara itu memainkan kemaluan saya” terkesan vulgar untuk sebuah novel islami. Dalam novel ini juga diceritakan bagaimana tokoh fahri saat ta’aruf dengan calon istrinya. Ia langsung jatuh cinta melihat jasad wanita tersebut, yang pahatannya sempurna, putih tinggi. Apa tidak terkesan seorang ikhwan terlalu melihat bentuk jasad wanita menjadi patokan baginya, kenapa tidak ditulis ia jatuh hati karena hafal Al-Qur’an, akhlaknya baik dan pengetahuan agamanya cukup mumpuni. Atau saat si fahri bimbang dengan dua pilihan bukannya memohon kepada Allah malah ia menjatuhkan pilihan gara-gara melihat wajah calon istrinya tersebut. Kita dapat menyimpulkan bahwa seorang laki-laki hanya melihat bentuk fisik saja. Bahkan sang tokoh utama yang agama bagus berpikir demikian kurang fokus alur ceritanya bukan? Dalam novel ini juga selalu (diulang-ulang) pula tinggi istri tidak jauh berbeda dengan tokoh fahri. Untuk apa?

Di novel ini dijelaskan sampai tiga wanita yang meminta fahri untuk dinikahkan. Digambarkan pula fahri yang menyesalkan salah satu tokoh wanita tidak mempercepat untuk meminta dirinya. Yang saya tanyakan kenapa tidak fahri saja yang minta duluan? Padahal jelas-jelas digambarkan bahwa fahri juga mempunyai kecenderungan terhadap wanita itu. Hal tersebut terkesan mengada-ada. Tiba-tiba mendapat istri kaya. Yang kekayaannya disamakan dengan Donald trump, apakah ending cerita harus selalu begitu? Jadi, apa yang membedakan novel ini dengan novel-novel picisan
lainnya?

Terkadang harus kita fahami, novel, cerpen, roman dan lain sebagainya terlalu banyak menjual mimpi-mimpi laksananya sinetron, kita hidup dalam duniawi realita dan harus Struggle dan saat menjalani proses itulah. Banyak ibrah yang bisa diambil yaitu dari keseharian manusia maupun ayat-ayat tuhan yang tidak tertulis yang beertebaran di bumi dan angkasa raya. Bisa dipastikan, novel atau cerpen selalu ending-nya dapat suami tampan seperti Tora Sudiro, Tom Cruise atau Leonardo Dicaprio. Dapat istri seperti Dian Sartro Wardoyo, Luna Maya, Dewi Persik atau Madona. Kemudian apa selalu begitu End of Story? Tapi semua berpulang kepada khalayak mungkin banyak para pembaca berpikir dari segi positifnya saja atau sebaliknya, tanpa memikirkan/melihat lebih jauh dari sisi negatif karena tidak berani mengkoreksi/mengomentari apa yang dibacanya apa bahan bacaan seperti novel, cerpen, roman dan lain sebagainya itu hanya sebagai penggembira saja.

Kesimpulan
Pertama, Novel ayat-ayat cinta ini, sebuah novel yang cukup baik. sekiranya para remaja kita dapat membaca dan menghayati dan mengambil iktibar dari kisah tersebut, terutama perkara yang menyangkut paut tentang cinta. Ini kerana pada hari ini, antara punca kerusakan yang berlaku di kalangan remaja kita adalah yang berkaitan dengan cinta. Semoga dengan pembacaan terhadap novel ini, kita akan menjadi lebih mengerti tentang apakah dia cinta yang sebenar, cinta yang hakiki......

Kedua, Novel Ayat-Ayat Cinta dalam etika dan estetikanya, dapat mamperkaya khasanah pengetahuan dan membuat angan kita melayang-layang ke negeri seribu menara dan merasakan ‘pelangi’ akhlak yang menghiasi pesona-pesonanya. Sungguh sebuah cerita yang layak dibaca dan disosialisikan pada para pemburu bacaan popular yang sudah tidak mengindahkan akhlak sebagai menu utamanya, agar dunia bacaan kita terhiasi karya-karya yang ‘membangun’. Kadangkala ia mengundang airmata tetapi akhirnya tetap ilmu yang berguna. Kadangkala ia membuatkan hati kita tergoda, tetapi nafasnya tetaplah ajakan untuk agama yang mulia. Ayat-Ayat Cinta adalah novel yang sangat bagus dan lengkap kandungannya. Ini bukan hanya novel sastra dan novel cinta, tapi juga novel politik, novel budaya, novel religi, novel fiqh, novel etika, novel bahasa dan novel dakwah. Sangat bagus untuk dibaca oleh
siapa saja.

Ketiga, Jika Naguib Mahfuz menulis Mesir dari pandangan orang Mesir, maka Mesir kali ini ditulis dalam pandangan orang Indonesia. Novel ini ditulis oleh orang Indonesia yang paham betui seluk-beluk negeri itu, hingga ke detail-detail yang paling kecil. la hidup, berbaur dan berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari; lalu menyerap spirit dan pengetahuan darinya, dan dituangkan dengan sepenuh hati dalam bentuk novel kaya. Ditulis dengan bahasa yang lancar, dengan tokoh-tokoh yang 'hidup' dan berkelebatan

Keempat, Salut buat sang Novelis yaitu Habiburrahman El-Shirazy dan patut angkat topi. Di antaranya yaitu penggambaran latar belakang novel ini yang menggambarkan kota Mesir. Meski hanya membaca, kita dapat mengenal geografi Kota Mesir, Penulis novel ini berhasil menggambarkan latar (setting) sosial-budaya Timur Tengah dengan sangat hidup tanpa harus memakai istilah-istilah Arab. Bahasanya yang mengalir, karakterisasi tokoh-tokohnya yang begitu kuat dan gambaran latarnya yang begitu hidup, membuat kisah dalam novel ini terasa benar-benar terjadi. Ini contoh novel karya penulis muda yang sangat bagus! bahkan dari gaya bahasa, budaya dan gaya hidup penduduk pribuminya. Padahal penulisnya asli orang Indonesia dan beberapa tausiah dan dakwah dikemas cukup apik dalam bentuk cerita tanpa maksud menggurui sedikitpun.

Kelima, Untuk semua Muslimin dan Muslimat sejati yang ingin menjiwai agama sama ada yang sedang mencari cinta, tengah hangat atau ingin cinta yang hilang kembali bertaut (pastinya cinta murni karena Allah dan berlandaskan syari’at) naskah novel Ayat-Ayat Cinta ini dan hayatilah ia. Terus terang, kisah dilema cinta Fahri vs Aisya, Nurul, Maria dan Noura yang berlatarbelakangkan suasana Mesir-Indonesia akan membuatkan pembaca terbangun, tertegun dan tertuntun ke arah menginginkan bahagia dan meningkatkan azam untuk menjadikan cinta anda benar-benar selarasdengan ajaran Islam yang syumul. Ayat-Ayat Cinta mengajar kita bagaimana kita boleh mencintai Allah dan Rasulullah SAW sepenuh hati serta sekaligus membantu kita mencari pengisian bagaimana kita bisa menjadi Muslim dan Muslimah yang sebenar di dalam agama yang indah ini. Bacalah... Dan saksikan filmnya sebagaimana diri, anda pasti akan jatuh cinta!!!