This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions..

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions..

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions..

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions..

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions..

Kamis, 11 Desember 2008

Mangkubumi update: RM Tabona tidak terbakar!

MHD DARWINSYAH PURBA
WASPADA ONLINE

MEDAN - Kebakaran yang terjadi kemarin malam pada pukul 20.10 WIB Rabu, (09/12) di Jln Mangkubumi simpang Jln Kol. Sugiono. Ternyata banyak media yang salah memberitakan peristiwa tersebut.

Rumah Makan Tabona di Jln Kolonel Sugiono, Kelurahan Aur, Medan Maimoon, yang diberitakan beberapa di Medan terbakar, ternyata salah informasi. Menurut pemilik rumah makan itu, Frederic,48, peristiwa kebakaran itu tidak sempat menjalar ke tempat usahanya.

“Api tidak sempat menjalar ke rumah makan kami, hanya sampai rumah warga di sebelah rumah kami yang berlantai empat. Rumah kami tidak sempat terbakar, dengan memperlihatkan foto-foto rumah yang tidak ada tanda-tanda terbakar.” katanya.

Dia mengaku terkejut ketika membaca pemberitaan disejumlah media. “Kami mengetahui pemberitaan itu dari keluarga yang membaca koran. Kami terkejut ketika membacanya dengan pernyataan beberapa media dan masyarakat menyatakan RM Tabona terbakar.

menjelaskan, yang terbakar Bengkel Indako dan dua rumah di sebelah bengkel itu. Dia mengungkapkan, sempat kerepotan karena banyak mendapat pertanyaan tentang kebenaran pemberitaan itu baik dari keluarga maupun pelanggan rumah makannya yang sehari-hari berkunjung ke rumah makan kami.

Diakuinya, ada juga media lain yang memberitakan seperti itu. “Kami bukan mau apa-apa, hanya saja dengan pemberitaan itu kami jadi kurang tenang,” tamabahnya.

Menurut Puji Latuperissa, Lurah Kampung Aur, yang terbakar hanya bengkel sepeda motor tidak ada korban jiwa dalam peristiwa itu dan pihaknya belum bisa memastikan sebab terjadinya kebakaran. Sedangkan kerugian, ditaksir mencapai ratusan juta rupiah. tegasnya.

Pekerja sebagai "Objek Eksploitasi"

MHD DARWINSYAH PURBA
WASPADA ONLINE

MEDAN - Pekerja di Indonesia merupakan suatu polemik yang tiada habisnya untuk dibicarakan oleh masyarakat dan pemerintahan. Masalahnya terus bergulir seperti bola salju, yang makin hari semakin pelik untuk diselesaikan.

Para pekerja baik karayawan swasta dan karyawan pabrik, selama ini masih dianggap sebagai "objek eksploitasi" dalam dunia usaha, diberi upah sekedarnya agar bisa bertahan hidup supaya tenaganya tetap terus dimanfaatkan oleh pengusahan-pengusaha yang tidak bertannggung jawab.

Drs. Irfan Simatupang, MSi di Medan, Dosen Ilmu Sosial Universitas Sumatera Utara (USU), tadi pagi. Pengupahan belum sampai tahap untuk mensejahterakan buruh tetapi hanya agar pekerja tetap hidup. tegasnya.

Dia menambahkan kesan eksploitasi tersebut dapat dilihat dari masih rendahnya standar gaji yang tercantum dalam upah minimum regional (UMR). Jumlah gaji yang didapatkan pekerja masih sangat rendah dan tidak sesuai sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan pokok mereka sehari-hari.

Menurut Ketua Umum SBSI Sumut Pahala Napitulu dimeja kerjanya, kepada Waspada Online siang tadi, mengatakan pengupahan yang dilakukan juga tidak dimaksudkan agar para pekerja dapat hidup sejahtera, minimal mampu meningkatkan taraf kesejahteraan mereka. Pengupahan hanya dimaksudkan agar pekerja tetap hidup guna dapat terus dieksploitasi.

Dia menambahkan, "penderitaan pekerja dan buruh semakin bertambah dengan tidak adanya "resistensi" terhadap fluktuasi moneter yang mempengaruhi perekonomian. Ketika perekonomian melemah dengan hilangnya penguasaan pasar yang menyebabkan harga beli barang menjadi tinggi, pekerja yang merupakan rakyat kecil menderita karena tidak mampu membeli kebutuhan pokoknya sehari-hari" katanya.

"Namun ketika perekonomian menguat dengan mampunya penguasaan pasar yang menyebabkan harga melemah, pekerja juga menderita karena banyak mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK) disebabkan pengusaha merasa merugi.

"Para pengusaha sangat jarang memikirkan kepentingan dan kesejahteraan pekerja karena terlalu memegang prinsip ekonomi yang selalu "mendewakan" keuntungan semata. Padahal, kondisi perekonomian sendiri dapat terganggu akibat kerusuhan yang dilakukan rakyat yang sedang lapar," tambahnya.