Sabtu, 08 November 2008

Novel “Laskar Pelangi” Menuju Layar Lebar

Oleh MHD Darwinsyah Purba, S,Sos

Setelah novel “Ayat-ayat cinta” sukses di layar lebar yang telah menghipnotis 3,5 juta penonton di Indonesia. Novel “Laskar Pelangi” yang telah penghargaan “Indonesia most powerful book”. Bakalan dibuat sekuel film layar lebar. Dunia perfilman seperti mulai dewasa dan mulai tidak memanjakan penontonya dengan jenis film berbau mitos, komedi serta horor. Mereka mulai mengangkat cerita-cerita yang diadaptasi dari sebuah novel yang memiliki unsur budaya, sastra dan pendidikan.

Hal ini merupakan sebuah inovasi bagi insan film untuk membangun jiwa generasi Indonesia muda yang telah dimatisurikan oleh budaya eropa. Dengan adanya sebuah film yang mengandung unsur budaya, sastra dan pendidikan mungkin dapat membendung budaya luar tersebut. Agar di generasi yang selanjutnya tidak lagi terjebak di dalam lembah budaya bangsa lain.

Menurut rencana film ini akan mengambil lokasi syuting di tempat kejadian aslinya yaitu pulau Belitong-Sumatera. Sebagai produser film ini ialah Mira Lesmana dan di sutradrai oleh sutradara film GIE yaitu Riri Riza. Novel “Laskar Pelangi” karya Andrea Hirata telah memberi suasana baru di dunia sastra kita sekarang. Begitu santun, jujur dan sederhana. Di “Laskar Pelangi” (LP), begitu kental, bertabur metafora penuh pesona, deskripsi yang kuat, filmis ketika memotret lanskep dan budaya. Casting sudah dimulai sejak Desember 2007 kemarin dan diharapkan akan mulai shooting pada Mei 2008 serta diharapkan rilis pada bulan Lebaran. film “Laskar Pelangi” ini tertera moral yang terdapat dalam kisah ini ingin mereka sebar kepada seluruh penonton di Indonesia.

Andrea menceritakan kisah hidupnya sendiri bersama teman-temannya ketika masa-masa menikmati pendidikan dasar di daerah pelosok Pulau Belitong, daerah yang sebenarnya merupakan penghasil timah terbesar nasional. Sekawanan anak manusia itulah yang mereka namakan sendiri sebagai laskar pelangi, karena kesukaannya pada fenomena pelangi yang mereka nikmati di atas pohon Filicium.

Laskar Pelangi berkisah tentang sepuluh anak kampung yang tinggal di Belitung, Sumatra dimana mereka sekolah di sebuah Sekolah Dasar yang bangunannya sudah hampir hancur yang juga merupakan kandang hewan ternak. Sekolah itu sempat hampir ditutup oleh pemerintah dikarenakan jumlah murid yang sangat minim, tidak sampai sepuluh. Mereka agak kesulitan dalam memilih pemain film ini karena harus disesuaikan dengan wajah aslinya serta karakternya.

Ceritanya mengalir dimulai dari hari pertama penerimaan murid baru SD Muhammadiyah, sebuah sekolah swasta yang digambarkan dengan bangunan seperti kandang ayam yang terdiri dari seorang kepala sekolah dan seorang guru untuk 9 tingkat sekolah (SD dan SMP), akhirnya berhasil memenuhi target jumlah minimal 10 siswa sehingga sekolah tidak dibubarkan. Karena semata-mata sekolah itu gratis Dan hari-hari petualangan LP mulai menarik dinikmati, dengan karakteristik anak-anaknya yang unik.

Misalnya, seorang anak pesisir bernama Lintang, yang mewakili adegium bahwa kecerdasan bisa terlahir di mana saja, tidak melihat status sosial dan geografis. Kemudian Mahar, dengan kemampuannya berhasil mendalami dan mengaktualisasikan bahasa seni dari alam sekitarnya. Dan keduanya seperti perpaduan Yin-Yang, mampu menciptakan keseimbangan dinamis yang mengangkat posisi sekolahnya menjadi terpandang di Belitong.

Hal yang paling kuat disampaikan dalam novel ini, bahwa dibutuhkan keteguhan, ketekunan, keinginan dan kerja keras untuk mewujudkan cita-cita. Keterbatasan yang dimiliki, tetap akan menumbuhkan kebahagiaan bila dimaknai dengan keihlasan berkorban untuk sebanyak-banyaknya memberi, bukan menerima. Kita juga dihadapkan pada banyak perjuangan manusia dengan segala keterbatasannya, sangat menghargai pendidikan.

Tidak sedikit potret kehidupan yang ditampilkan novel ini. Kesahajaan seorang guru, Bu Mus, yang benar-benar layak digugu dan ditiru. Atau kebijaksanaan sang Kepala Sekolah, Pak Harfan. Kesenjangan pendidikan di daerah-daerah pelosok negeri ini, ketidakadilan yang harus menenggelamkan potensi kecerdasan anak bangsa dan kehidupan sosial masyarakat Pulau Belitong, sebuah gambaran paradoks pemerataan pembangunan.
Kisah Asmara gaya anak ingusan, keberanian dan keingintahuan yang besar menjadi feature dalam cerita ini. Andrea sendiri sengaja mengeksplorasi pengetahuan hayati, sehingga kita disajikan dengan banyak kiasan menggunakan bahasa tumbuhan, yang di satu sisi memperkaya kosakata.

Novel LP Dari jenisnya, bisa dimasukan dalam deretan novel realis, hampir sejalan misalnya dengan cerita fiksi yang disandarkan pada kisah nyata atau sejarah. Dan bagi penulis pemula, sebuah karya akan mudah lahir bila alur ceritanya memiliki ikatan emosional kuat dengan pengarang. Pun demikian dengan Andrea. Sehingga kelemahan seorang pengarang pemula yang terjebak pada ketidakjelasan alur dan muatan cerita, gaya bahasa serta kemampuan deskriptif banyak tertutupi karena Andrea seolah-olah hanya memindahkan pengalamannya ke dalam LP.

Akhirnya, “Laskar Pelangi” layak dibaca siapa saja, tidak hanya penikmat sastra, tapi juga penggiat atau stakeholder pendidikan. Dan khasanah cerita kita, akan semakin bermakna dengan kehadiran “Laskar Pelangi” ini. Bagi penikmat novel amda harus membacanya. Tapi, bagaimana dengan filmnya apakah dapat mengimbangi film fenomena “Ayat-ayat Cinta”...?

0 comments: