Senin, 17 Agustus 2009

Sejarah di kota Medan


Guru Patimpus sang pendiri Kota Medan

Kota Medan didirikan Guru Patimpus Sinambela pada tanggal 1 Juli 1590 atau pada 'Nggara 10 paka 5' menurut perkalaan Batak. Guru Patimpus Sinambela adalah cucu Si Singamangaraja melalui anaknya yang bernama Tuan Siraja Hita. Tuan Siraja Hita adalah anak kedua dari Jalipa. Anak pertama dari Jalipa ini yang bernama Tuan Manjolang kemudian menjadi Singa Mahraja di Bakerah (Bakkara). Karena abangnya Tuan Manjolang sudah menjadi Raja, Tuan Siraja Hita kemudian merantau, dan dengan menempuh perjalanan bertahun-tahun akhirnya sampailah ia ke Gunung Si Bayak.
Dari Gunung Si Bayak kemudian sampai di Kendit. Di sana, Tuan Siraja Hita kemudian membuka kampung, itulah keturunan Karo Sepuluh Dua Kuta (Toba: Sappuludua Huta, naraja) yang sekarang ini. Tuan Siraja Hita kemudian kembali ke Bakkara. Kawin di sana dan memperoleh 3 anak laki, yang tua Timpus, tengah si Pakan, dan yang kecil si Balige. Si Pakan dan Si Balige kemudian menjadi raja, masing-masing di Pakan dan di Balige. Sedangkan si Timpus pergi ke hutan mencari ilmu. Sepulang dari hutan ia oleh orang-orang memanggilnya Guru Patimpus.

Guru Patimpus pertama kawin dengan putri Ketusing dan mendapat 7 orang anak. Yang pertama Sibenara, kedua si Kuluhu, ketiga si Batu, keempat si Salahan, kelima si Paropa, keenam si Liang Tanah, dan ketujuh anak perempuan dikawinkan dengan Raja Tangging. Guru Patimpus selalu membuka kampung dan menamai kampung tersebut sesuai dengan nama anak-anaknya.

Setelah mendengar di Karo ada huru-hara, ia pun kesana dan memadamkan kegaduhan tersebut. Di sana ia kawin yang kedua dan mendapat anak 2 orang yakni, Si Gelit dan Si Jahei. Setelah menyelesaikan kegaduhan di Batu Karang, iapun kawin yang ketiga dan memperoleh anak, yaitu si Ajji. Untuk si Ajji dibuka kampung bernama Perbaji. Tak berapa lama kemudian ia mendapat anak lagi dan diberi nama Si Raja Hita (mengambil nama bapanya, naraja) dan membawa si Raja Hita ke dusun Langkat mencari tanah yang baik, yang kemudian tanah itu diberi nama Durian Kerajaan dengan Si Raja Hita menjadi raja di sana. Ketika inilah Guru Patimpus mendengan kabar: "...Jawi said datang dari negeri Jawa..."

Mendirikan Kampung Medan

Setelah bertemu dengan Datuk Kota Bangun dan masuk Islam, Guru Patimpus kemudian tinggal di kuala Sungai Sikambing. Setelah kawin yang keempat dengan putri Panglima Hali raja bangsa Tarigan dari dusun Berayan, ia pun pindah dan membuat kampung Medan. Setelah selesai mendirikan kampung Medan, ia memerintah disana. Di sinilah ia mendapat anak lagi yaitu si Kolok dan Si Kecik. Sebelum ia masuk Islam, ia mengatakan: "....aku pikir jikalau aku tiada masuk Islam, tentulah tanah kita yang dekat laut diambil oleh Jawi dari seberang..."

Riwayat Hamparan Perak

Cerita di atas bukan dongeng, tapi sejarah yang terekam di dalam naskah Hamparan Perak. Dokumen Hamparan Perak inilah yang dijadikan sebagai salah satu bahan riset oleh Panitia Penyusun Hari Jadi Kota Medan yang diketuai oleh Prof. Mahadi, SH , dimana pada hasil rapatnya yang terakhir Tanggal 24 Oktober 1973 mengemukakan, bahwa: " Kuta Medan didirikan oleh Guru Patimpus sendiri pada tanggal 1 Juli 1590 pada 'Nggara 10 paka 5' menurut perkalaan Batak"



*150 Year Tjong A Fie Heritage Eshibition
Sejarah Perjalanan Tjong A Fie Hidup Hingga Kini

Tak terasa, 150 tahun sudah kita diingatkan akan seorang saudagar etnis tionghoa yang banyak memberi jejak perniagaan masa lampau di Medan. Tjong A Fie, seorang dermawan yang tiada taranya telah mengangkat tatanan ekonomi dalam kehidupan masyarakat Medan yang wafat pada 4 Februari 1921 silam, dan dimakamkan di Pulo Brayan.

Kediaman Tjong A Fie yang terletak di jalan Jendral A. Yani No. 105 sampai sekarang tetap dengan bentuk apa adanya dan dalam kondisi relatif baik. Untuk mengenang wafatnya Tjong A Fie pihak keluarga dan The Tjong A Fie Memorial Institute membuka Pameran 150 Year Tjong A Fie Heritage Eshibition, Kamis (18/6) lalu.

Peringatan itu dibuka oleh Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sumatera Utara, Ir. Nurlisa Ginting, M.Sc mewakili Gubernur Sumatera, Syamsul Arifin, SE. "Kediaman Tjong A Fie ini sangat unik dengan ornamen yang menghiasi atap dan setiap sudut ruangan bercorak Melayu, Eropa dan China, sangat cocok sebagai objek wisata. Saya mengharapkan agar masyarakat dapat mengikuti sejarah dan budaya yang berkembang di Medan yang dipelopori oleh Tjong A Fie ini," tutur Nurlisa Ginting kepada wartawan.

Peringatan ini dimaksudkan untuk mengajak masyarakat menyaksikan pameran tersebut dalam waktu dekat ini. Bentuk pameran yang telah digelar diantaranya adalah pembukaan pameran photo-photo sejarah-sejarah perjalanan Tjong A Fie dan keluarga, museum dan gallery Tjong A Fie, pameran masakan kuliner peranakan, serta bazaar.

Selain itu, kadis berharap dengan dibukanya rumah tersebut dapat menambah kunjungan wisatawan baik lokal maupun mancanegara. Peringatan itu pun dibuka dengan pagelaran Tarian Melayu dan pertunjukan Barong Shai. Dihadiri pula oleh Duta Besar Jerman, Mr. Paul Matzalhn.

Mengenang kisah Tjong A Fie dahulu, adalah perantau China yang datang dari Hokian. Dengan bermodal sepotong kayu pikul untuk mengumpulkan goni-goni bekas dan botol-botol kosong. Dia berhasil membangun kerajaan bisnisnya di Medan. Dia mendirikan toko yang diberi nama Kesawan dan kemudian menjadi nama kawasan tersebut. Sayangnya, tidak seorang pun di antara anak dan cucunya mampu mempertahankan bisnis Cong A Fie. Rumahnya yang begitu megah di Kesawan, masih berdiri dengan kokoh menunjukkan sisa-sisa kejayaan Cong A Fie.

Konon, banyak sekali harta peninggalan berupa tanah dan bangunan milik Tjong A Fie yang ada di Medan. Ada juga tanah peninggalannya yang sangat luas di daerah Deli Tua, bahkan hingga daerah Medan Labuhan.

Fon Prawira, salah seorang cucu (generasi ketiga) Tjong A Fie mengaku dari sekian banyak tanah peninggalan kakeknya, sebahagian besar memiliki sertifikat walaupun hampir semuanya sudah tidak menjadi milik mereka lagi. Namun, masih berdirinya kediaman Tjong A Fie ini membuktikan sejarah perjalanan hidupnya yang berhasil dalam perniagaan masih hidup hingga kini.


Renovasi

Kediaman Tjong A Fie yang masih ada kini menurut pihak keluarga, Fon Prawira, membutuhkan biaya perawatan yang tidak sedikit. Diperkirakan, sekitar 2 miliar dana harus disiapkan guna merenovasi dan perawatan kediaman tersebut.

"Selama ini, kediaman Tjong A Fie kakek kami belum pernah direnovasi secara utuh. Sebab, dana yang kami miliki sangat terbatas. Alangkah baiknya kediaman ini direnovasi sedemikian rupa agar dapat menampung masyarakat yang berkunjung nantinya," demikian kata Fon Prawira.

Fon mengakui, memang ada bantuan yang pernah diterima dari Pempovsu, tapi hanya Rp20 juta. Sementara Pemko Medan sendiri belum pernah memberikan bantuan biaya renovasi yang sebelumnya sempat berjanji. Namun hingga kini belum juga terealisasi.

Sementara Nurlisa Ginting selaku Kadis Kebudayaan dan Pariwisata mengatakan sudah membahasnya dengan pihak pengelola kediaman Tjong A Fie ini. Nurlisa meminta agar The Tjong A Fie Memorial Institute beserta pihak keluarga membuat program prioritasnya. "Harus ada kejelasan tentang program prioritas yang harus dibuat pengelola kediaman ini. Kami berharap hal ini dilakukan dengan profesional dan terbuka," ungkapnya.

Dosen Universitas Sains Malaysia Gali Sejarah Tjong A Fie


Universitas Sains Malaysia (USM) Penang, Research & Post Graduate Studies, Assoc, Prof Sohaimi Abdul Aziz didampingi Associate Professor, Dr Noriah Mohamed mengunjungi kediaman Tjong A Fie, Jalan Ahmad Yani Medan, pekan lalu.

Dalam kunjungan tersebut,Tjong A Fie Memorial Institute dan Dosen USM sepakat akan mengadakan seminar sejarah peranakan Tionghoa dan pameran pada bulan September mendatang sekaligus menandatangani memorandum of understanding (MoU) untuk menjalin kerjasama yang lebih erat lagi dari segi budaya dan sejarah di masa mendatang.
“Dukungan dari masyarakat luas, Pemda Medan dan Pemprovsu sangat diharapkan dari kegiatan ini karena sejarah budaya peranakan Tionghoa akan kita angkat dalam seminar tersebut,” kata Pendiri Tjong A Fie Memorial Institute, Fon Prawira dalam siaran persnya.
Dikatakan, kelak di Medan akan dibentuk sebuah lembaga yang akan merintis atau memajukan kepentingan sejarah budaya peranakan Tionghoa yang berhubungan erat dengan Tionghoa peranakan Malaysia. Sementara itu, menurut Dosen USM, Sohaimi, tujuan kedatangan mereka adalah untuk membuat penyelidikan peranakan Tionghoa di Medan dan melihat hubungannya dengan Tionghoa peranakan di Pulau Penang.
Berdasarkan informasi dari Fon Prawira selaku salah seorang cucu Tjong A Fie kata Sohaimi, dari segi sejarah Tjong A Fie dan istrinya Lim Koei Yap apabila ditelusuri sepertinya memiliki hubungan dengan Pulau Penang. Hal ini dapat dilihat dari foto dan pakaian yang dikenakan istri Tjong A Fie.
“Setelah kembali ke Pulau Penang kami akan segera mencari dan menelusuri jejak-jejak sejarah dan bukti-bukti yang ada, khususnya istri Tjong A Fie karena orangtuanya berasal dari keluarga Melayu Pulau Penang. Kita sendiri tidak mengetahui secara mendetail beluk-beluknya, apakah mereka orang Siam atau Melayu. Dari foto-foto yang ada sepertinya orangtua Lim Koei Yap memang orang tempatan atau penduduk lokal Pulau Penang. Ini bisa diketahui dari busana yang dikenakannya,” kata Sohaimi.
Sohaimi menambahkan, usai menyelidiki peranakan Tionghoa di Medan, dirinya akan melanjutkan penyelidikan tersebut ke Phuket. ”Peranakan Tionghoa cukup besar dan tersebar di mana-mana dan kami akan menyelidikinya seca lebih luas lagi,” ucapnya.
“Kami bernasib baik bisa menemukan kediaman Tjong A Fie dan bertemu cucunya. Ternyata rumah Tjong A Fie ini lebih hebat lagi dari rumah pamannya Tjong Fatt Tze yang ada di Pulang Penang. Barang-barang yang dipamerkan di dalam rumah ini perlu dilakukan penambahan seperti artifak dan lainnya. Oleh sebab itu kami akan menggelar seminar dan menandatangani MoU,” kata Suhaimi.

Kediaman Tjong A Fie Terbuka Untuk Umum


Selama ini, kediaman Tjong A Fie yang menjadi satu-satunya peninggalan yang masih utuh tidak pernah dibuka untuk umum dalam jangka waktu yang relatif lama. Pameran 150 Year Tjong A Fie Heritage Eshibition, Kamis (15/6) lalu itu merupakan simbol akan dibukanya kediaman itu bagi masyarakat umum hingga 18 Agustus 2009 nanti.

Itu dilakukan karena adanya tuntutan dari berbagai kalangan termasuk Gubernur Sumatera Utara, Syamsul Arifin yang menginginkan kediaman yang penuh sejarah itu bisa dikunjungi secara umum oleh masyarakat. Pada suatu kesempatan, gubsu pernah bertemu dengan salah satu cucu Tjong A Fie yang merupakan keturunan ketiga, Fon Prawira, agar pihaknya memberi kesempatan bagi masyarakat dapat mengikuti dan menelusuri sejarah yang ditorehkan dalam perjalanan hidup Tjong A Fie.

Tjong A Fie, konon adalah seorang yang gemar membantu orang tanpa memandang etnis dan banyak mendirikan rumah ibadah. Istrinya pun adalah wanita keturunan melayu asa Binjai. Sangat banyak jejak sejarah Tjong A Fie, baik dari bidang perniagaan maupun sosial kemasyarakatan yang berbaur dengan etnis lainnya di Medan dahulu.

Rumah Tjong A Fie dibangun dengan konstruksi beton dan kayu. Desain interiornya memancarkan kharisma yang kuat pada sosok yang megah luas. Secara umum, bangunan ini terbagi menjadi bagian depan untuk menerima tamu, bagian tengah yang terbuka beratap langit, tempat sembahyang, dan bagian dapur. Selain itu, terdapat juga bagian samping berupa kamar-kamar keluarga dan taman. Sebagian ruangan samping bagian belakang dijadikan gudang dan kamar pelayan.
Bangunan utama dibangun berlantai dua. Lantai kedua disokong oleh kayu-kayu besar yang ditutup papan-papan tebal. Secara umum, bangunan lantai dua memang terbuat dari kayu. Seluruh kusen dan perlengkapan interior dirancang dengan kayu-kayu terbaik yang utuh. Namun sayang, sebagian mulai rapuh dimakan waktu. Bangunan ini masih terlihat mewah meski membutuhkan sentuhan renovasi untuk kelayakannya sebagai objek kunjungan wisata di Medan.

Fon Prawira, cucu Tjong A Fie berusaha menjadikan kediaman ini menjadi objek wisata yang menarik. "Kami melalui The Tjong A Fie Memorial Institute tengah berupaya menjadikan kediaman ini menjadi objek wisata. Lembaga ini terdiri dari dosen-dosen USU, Nommensen, Unimed sebagai pembinanya. Melalui lembaga inilah kediaman ini akan diupayakan menjadi objek wisata yang baik," kata Fon ketika ditemui Nasional Pos di Kediaman Tjong A Fie, Kamis (18/6) disela-sela Pameran 150 Year Tjong A Fie Heritage Eshibition berlangsung.

"Kami sedang merintis program kedepan untuk menjadikan kediaman ini sebagai objek pariwisata di Medan. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sumut meminta kami menyiapkan program prioritasnya. Itu sedang kami kerjakan sekarang," katanya lagi.

Selama ini kata Fon, sejarah Tjong A Fie masih banyak yang belum diketahui oleh masyarakat. Sejarah itu sendiri katanya tidak mungkin ditutup-tutupi apalagi dihilangkan. "Kami mencoba memberikan nuansa yang terbuka. Karena selama ini sepertinya masih banyak sejarah yang belum terekspose oleh masyarakat. Jadi, dengan ini kita bermaksud membuka kediaman Tjong A Fie ini untuk dapat dikunjungi masyarakat," ungkapnya.

Dari sejarah ini, menurut Fon dapat diketahui bahwa Tjong A Fie tidak hanya bergelut dalam sistem perniagaan, tapi juga disegala sektor, termasuk spiritual keagamaan dan sosial kemasyarakatan yang tidak membeda-bedakan etnis dan agama.


Foto-foto Rumah bersejarah Tjong A Fie

0 comments: