Senin, 21 Februari 2011

Tarif 0 dan Gratis Operator Menyesatkan

Medan IDTUG menyikapi banyaknya keluhan terhadap kualitas layanan Telekomunikasi selular akhir-akhir ini, seperti SMS Spam, Voice Call Spam, Drop Call yang sudah menjadi fitur operator, SMS yang tidak terkirim dan layanan data yang tidak sesuai yang dijanjikan. Yang parahnya dan lebih menyesatkan adalah trarif 0 dan tarif Gratis Selamanya, yang diiklan operator, dinilai cukup meresahkan pelanggan operator seluler yang menggunakannya. Hal tersebut dikatakan, Ketua Umum IDTUG (Indonesia Telecommunication Users Group), Nurul Yakin Setyabudi dalam siaran presnya yang diterima ini, di Medan.
“Keluhan ini yang diterima dan program tersebut sangat menyesatkan dan tidak benar. Oleh karena itu, IDTUG merasa perlu untuk melakukan kontrol ke masyarakat dan untuk mengedukasi pengguna telekomunikasi, agar waspada dan teliti terhadap tawaran operator-operator yang menyesatkan dan cenderung berlindung di balik bahasa iklan dan sengaja melakukan misleading atau penyesatan informasi,” katanya.
Ironisnya, pelaku operator yang menawarkan tarif 0 dan tarif Gratis Selamanya dinilai tidak mengenal Bahasa Indonesia yang baik dan benar sesuai dengan ejaan yang telah disempurnakan. “Sering kita dengar operator seluler yang menawarkan tarif Rp 0 alias gratis untuk menelpon ke operator seluler lainnya. Kata-kata gratis memang selalu menarik perhatian konsumen, meski ternyata, di dalamnya penuh dengan kebohongan dan penyesatan,” tungkapnya.
IDTUG menilai, tarif Rp 0 hanya membodohi masyarakat pengguna telekomunikasi. Saat ini tarif interkoneksi antar seluler lokal adalah Rp 251 per menit, sementara untuk interkoneksi antar seluler interlokal adalah Rp461 per menit.
“Harga Rp 0 penuh dengan syarat dan ketentuan, di mana hal tersebut sangat minim sosialisasinya. Tarif Rp 0 biasanya hanya berlaku setelah menit tertentu dan berakhir pada menit tertentu juga, atau untuk tarif sesama operator (on-nett). Adapun, tarif dari menit pertama sampai ketiga biasanya dua kali lipat lebih mahal dari tarif dasar atau interkoneksi, misalnya Rp10 per detik. Operator (yang beriklan Rp 0 ke semua operator) riilnya mengutip tarif ritel kepada konsumennya Rp 400 per menit. Keuntungan Rp149 per menit ternyata dapat dikemas dalam bahasa marketing menjadi Rp 0 per menit. Luar biasa menyesatkan. Tarif nelpon antaroperator (offnet) adalah Rp10/detik tanpa time band. Jika nelpon 4 menit bonus 2 menit gratis berarti totalnya 6 menit kena tarif Rp 2.400 sehingga tarif ritel riil adalah Rp400/menit,” katanya.
Jadi, tak ada yang betul-betul Rp 0, yang paling murah memang nelpon on-net pada pukul 00:00-11:00 (kena Rp100/10 detik) selanjutnya free, atau ada juga yang hanya memberi free Rp0 untuk 30 detik pertama.
Mungkin ini yang dimaksudkan nelpon gratis alias Rp 0 itu, meski tetap harus bayar Rp100 per call. Apalagi adanya fitur drop call yang mungkin disengaja atau tidak tetap saja merugikan pelanggan.
Dengan demikian menyikapi fenomena tarif Rp 0 dan Gratis Selamanya, pihaknya mengharapkan kepada Kominfo dan BRTI untuk memberikan tindakan tegas, baik berupa denda ataupun yang lain bagi industri telekomunikasi yang mengeluarkan kebijakan tarif yang sudah mulai ‘ngawur’ tersebut.
Regulator sebaiknya kembali menertibkan iklan-iklan operator yang cenderung menyesatkan, dengan menggandeng berbagai pihak terkait seperti pelanggan telekomunikasi dan Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN), karena perang tarif hanya membuat kualitas layanan makin tidak diperhatikan operator.

0 comments: