Rabu, 19 November 2008

Cerpen Pujangga

Bujang Lapokh Sejati

Oleh Mhd Darwinsyah Purba
Bersih dan bersinar. Tubuhnya yang masih berbalutkan tubuh perempuan usia belasan tahun, layaknya seperti beras punel pulen. Tentu saja sebagian orang tak kan mengira dia sudah berumur kepala empat. Parto, seperti yang ditanya banyak orang kepadanya, selalu ia menjawab belum ada perempuan yang benar-benar Tuhan jodohkan buatku. tungu aja tanggal mainnya??

Singkat namun menggetarkan hati jawaban itu. Dan, akhirnya menjadi maklum, biasanya tersirat dari si penanya tadi. Memang, begitu menyebut nama Parto, nama itu yang akan mengusik dan dieluk-elukan di Kampung Bandar Slamet Ujung. Kemudian, setiap bibir perempuan itu untuk digunakan selalu mengulum liur, jika mengingat Parto. Memendam kepekatan kata-kata di dada, bagaimanapun keseganan untuk mengusik status Parto yang masih lajang diusia 39 tahun. Rasa eman, hormat, menggumpal bagi setiap perempuan, jika melihat Parto. Dia ibarat manusia setengah dewa. Yakin terhadap pilihan hidupnya.

Bayangan Parto, mungkin gambaran seorang Robin Hood . Segala kebaikan sifat dan behaviour-nya ada pada Ariel . Siapa perempuan yang akan bisa tahan, berhadapan dengan bidadari itu. Termasuk aku mungkin ndak akan tahan.

Aku hampir menangis jika selalu mengingat dan mengenang riwayat percintaannya. Mungkin hanya aku tahu seorang yang bias tahu isi hati Parto. Karena mungkin pula di sana aku juga terlibat. Pada akhirnya aku hampir tak berdaya serta tak kuasa untuk bisa menolongnya.

Sudah cukuplah aku anggap kamu menolong aku, sedemikian besar meskipun hanya mendengar ceritaku yang terasa menyesakan dada ini, begitu selalu kata Parto, setiap kali ku telphon dia.

Aku mengenal Parto, sejak duduk di bangku SMA. Sebuah SMA Negeri favorit di kampung kami. Dan, 21 tahun sudah aku mengenalnya. Parto tak berubah. Tetap menjadi primadona. Incaran perempuan-perempuan desa.

Aku tahu keluarganya merupakan keluarga demokratis. Kawin campur beda agama. Ayah-ibunya, kakak perempuannya, adiknya laki-laki .. Parto, pun saat itu juga mungkin akan mengalami hal serupa, jika jadi menikah dengan aku. Dan kini, adiknya juga demikian. Ibunya pergi meninggalkan keluarga, ke negeri jiran tetangga. Parto,

Yang aku tahu saat kali pertama, berkenalan, kakaknya sudah memilih menetap di kapung lain. Tidak tahan dengan kekangan Bapaknya .. katanya.

Mamankya pun demikian, kali. Hanya tiga kali aku melihat mamanya. Pertama saat mengajak Parto kencan. Kedua, membantu membersihkan halaman dari daun-daunan kerung serta ranting-ranting patah yang berhamburan. Ketiga, Saat liburan panjang, mamaknya pulang ke Surabaya. Kesanku, sungguh aku dalam sebuah pertemuan dengan seorang ibu.

Dialah yan merubah hidupku. Hidupku sejak itu menjadi berwarna. Aku benar-benar merasakan pengaruhnya begitu dahsyat dalam penentuan pilihan jalan hidupku. Memag sebuah cita-cita yang akan diraih selalu didorong oleh cinta ataupun amarah. Tapi Parto begitu tabah ..

Aku ingin jadi biarawati aku setengah gila setelah mendengar Parto mengatakan demikian. Wanita yang kupuja, ternyata menentukan pilihannya di saat usia belia. Bukan aku tak tahu, pilihan biarawati mengharuskan dia harus tidak boleh menikah hingga hayat menjemput.

Namun, biarlah ... itu tetap jadi pilihan hidupnya. Aku sendiri, asik dengan kehidupanku. Parto pun memang sepatutnya tak membawaku ke dalam kehidupannya. Banyak perempuan yang mendekat ... Dari mulai Asnay, Ahduy dan terakhir Sanimen. Semuanya kandas.

perempuan yang dipilihnya, selalu unik. Pernah dia mengungkap, apakah seorang aktor, layak untuk mendampinginya. Kepadaku, dia berkata seakan, Ahduy pilihannya telah menyakitinya. "Semua perempuan memainkan drama. Munafik," katanya.

perempuan pemain band, juga pernah hinggap dalam kehidupannya. Namun, memang segalanya tak cocok. Tentu saja, seperti problema klasik lainnya, perbedaan agama.

Sanimen, mungkin aku kira dia yang terlama dalam kehidupan Parto. Sejak bangku SMA dia mengincarnya. Namun cukup posesif memang Sanimen ini. Urakan dan semau gue. "Paranoid, kataku," begitu Parto berkata, kemarin.

Akibatnya, sungguh diluar dugaan. Parto memutuskan hubungan Sanimen. Sanimen marah berat. "Sanimen mengancam akan menculik adikku dan membunuhku," ujarnya.

Setiap kali, itu terjadi. Parto tak mampu menepisnya. Tiada bukti. Maka diputuskannyalah ia, ayah dan kedua adiknya pindah dari Surabaya ke kota Bandung.

Parto sejenak melupakannya. Dia lulus dari Fakultas Sastra sebuah universitas negeri di tanah Jawa. Kelar, dia melamar bekerja di Malaysia. Sungguh, ternyata, suasana laut membuat hatinya tentram. "Gajinya banyak..." ucapmu. Dan bisa bepergian secara gratis.

Sebagai karyawan di sebuah perusahaan traveling di Singapura, agaknya membuat semangat hidup Parto kembali terbuka. Dua tahun ditekuninya, dan Parto bisa mengembangkan bakatnya. "Aku sempat juara pertama untk kategori penyanyi band di atas kapal pesiar, " katamu bangga.

Menyanyi, membuatmu seakan melangkah di atas awan. Aku dulu pernah membawamu ke dalam dunia band. Band kampus, meski kamu bukan penyanyi utama. Tapi kebahagiaan di wajahmu membuat dunia ini seakan cerah.

"Agaknya, cara pendang orang Singapura terhadap profesi selalu begitu bisa mengungkap sisi kehidupan manusia yang diletakan pada porsinya," kata Parto.

cerita Parto begitu berkesan. Dia mempunyai teman seorang bule perempuan. Menghormati dan rasa respek terhadap dirinya, sungguh pujian yang begitu berharga baginya. Bule itu penumpang kapal dan Parto seorang waitres. "Aku pelayan, tapi, bule itu tidak canggung," katamu. Maka seperti kisah film Love Boat, arti sebuah persahabatan terjadi. Parto menceritakan dengan antusiasisme seorang gadis yang masih polos. Tapi aku kini kembali berpijak pada duniaku kembali.

"Aku menerima kartu pos-mu setiap kali sebelum sampai ke tanganku, selalu dibaca teman-temanku. Katanya basi,.. abis kamu pakai bahasa Indonesia sih ??" ujarmu tentang kartu pos yang selalu aku kirim setiap kali. Tentu saja dengan kata-kata pujaan sejak dulu terhadap sikap dan sifatnya serta perjuangan hidupnya. Parto bertambah matang.

Tapi, kebohongan ternyata mulai masuk dalam relung jiwanya. Parto berani membohongiku. Dia mengatakan menikah dengan seorang temannya. Bertaut muda usianya. Namun, dia suka. Dan dikatakannya ia telah menikah.

"Aku bohong kepadamu. Sebenarnya aku masih sendiri. Aku banyak yang mencintai tapi tidak ada yang berkesan di hati. Semuanya menunggu suara dari Tuhan," ucapmu.

Mungkin .. ini balasan. Aku pernah membuatmu kecut ... mungkin. Mungkin, sekali lagi. Tapi, tidak. Aku dan kamu yang hanya tahu ketidakseriusan ini. Maafkanlah aku Parto.

Kau pun meminta tolong untuk dicarikan kerja. Namun, aku sekali lagi tak pernah bisa mengabulkannya. Aku merasa berdosa lagi. Dari dulu ....

ceritamu menyadarkan aku. Kamu gigih dan feminin, peka sebagai seorang perempuan. Dan itu pula, yang membuatmu bertahan sebagai seorang Bujang lapokh sejati.

0 comments: