Minggu, 09 November 2008

Perempuan, Sumber Inspirasi penciptaan seni

Oleh Mhd Darwinsyah Purba

“Seorang Perempuan dengan pipi kemerahan menghampiri dan dengan tersenyum dia berkata, “Cinta itu laksana air pancuran yang digunakan roh pengantin sebagai siraman ke dalam roh orang-orang yg kuat, membuat mereka bangkit dalam doa di antara bintang-bintang di malam hari dan senandung pujian di depan matahari di siang hari.” Khalil Gibran (1833-1931)

Menurut Khalil Gibran dalam bukunya “Mutiara Kata,” Seorang perempuan telah dilengkapi oleh Tuhan dengan keindahan jiwa dan raga adalah suatu kebenaran, yang sekaligus nyata dan maya, yang hanya bisa kita fahami dengan cinta kasih dan hanya bisa kita sentuh dengan kebajikan.

Seandainya, tuhan tidak menciptakan perempuan di dunia ini, bagaimana nasib dunia seni niscaya tidak akan seperti saat ini keadaannya. Citra molek dan sensualitas tubuh perempuan telah menyulut api ilham dan merangsang gagasan penciptaan karya seni di berbagai titik ruang dan masa. Banyak karya agung berupa patung, puisi, cerpen, buku-buku, lukisan memngunakan objek estetika tubuh perempuan sintal dan seksi, film dan musik legendaris menampilkan sosok cantik-menawan dan desahan lembut perempuan, dan sastra pun tak tahan menolak godaan citra dan tubuh perempuan yang kerap terasa begitu luhur dan magis itu.

Buana seni semestinya berterima kasih kepada perempuan karena telah banyak berhutang kepada citra dan Arsitektur tubuh perempuan sebagaimana orok yang menetek kepadanya. Jika boleh mengiaskan dengan psikoanalisis Sigmund Freud, citra dan tubuh perempuan itu semacam libido yang banyak menentukan bentuk, pikiran, maupun tindakan seni. Atau, barangkali pandangan sosiologis, biologis, filosofis, maupun mitologis tentang perempuan sebagai sosok ibu yang terus menerus menjaga kelestarian silsilah spesies manusia di muka bumi ini juga telah menjadi atau setidaknya memengaruhi alam pikiran bawah sadar kolektif dan mendasari motivasi penciptaan seni sampai akhir zaman.

Penutup
Tubuh perempuan bukan lagi sebagaimana anggapan umum yang cenderung menempatkannya sebagai objek yang ditaklukkan dalam hubungan seks, yang digagahi dan bukan yang menggagahi. Politik rayuan itu akan memungkinkan untuk menempatkan eksistensi perempuan sebagai subjek, bukan tubuh yang dinikmati lelaki melainkan yang menikmati tubuh lelaki juga. Helai demn helai jasad mereka membisikkan ucapan: “Duhai lelaki, selamat tergoda perempuan, selamat berbahagia untuk kalian semua, dan waspadalah…! Inspirasinya akan selalu bernyanyi; kerana inspirasi tidak pernah menjelaskan dengan jelas kepada siapapun” dan perempuan adalah sibol cinta yang maha indah bagi setiap lelaki yang mencintainya.

0 comments: